Museum yang Terabaikan (Noni Belanda)

165 5 5
                                    

Sebuah mobil Bus pariwisata tampak tangguh membelah jalanan curam nan berkelok di tengah kelamnya malam. Kabut tebal yang terus mengikis jarak pandang sang pengemudi, seolah tak mempengaruhi konsentrasi sang sopir untuk terus berfokus pada laju jalan, sembari mendendangkan nyanyian jawa yang justru menjadi bius bagi para murid SHS yang menjadi penumpangnya agar pulas terlelap.

Untuk kesekian kalinya, Sonita yang duduk berdampingan dengan Chester menoleh ke belakang; memastikan bahwa sunyinya suasana di dalam kendaraan yang mereka tumpangi, tidak lain tidak bukan adalah karena semua anak muridnya tengah menikmati waktu istirahat singkat mereka, selepas mengikuti serangkaian pelatihan di Sekolah.

Bibir merah guru Asrama Putri itu mengembang, kala ia menyapu wajah damai dari tiap anak didiknya yang sedang tertidur di kursi mereka masing-masing, menggunakan bola matanya. Sadar bahwa sejak tadi, seorang lelaki berwajah tirus yang duduk bersamanya tengah memperhatikan Sonita, guru wanita bertubuh bak seorang model itu pun menarik diri untuk kembali merilekskan punggungnya, bersandar santai pada sandaran kursi.

"Menurutmu, berapa persen dari anak-anak itu yang akan berhasil melewati ujian terakhir ini?"

Suara serak Chester yang menggema di telinga kanan Sonita, memaksa guru cantik itu untuk membuka lebar kelopak matanya yang sempat terpejam tadi. "Mungkin hanya 50% atau 35%. Tapi semakin kecil kesempatan mereka untuk berhasil, maka semakin besar pula mereka akan sadar betapa pentingnya kita untuk mendalami ilmu kebatinan," sahut Sonita yang mencoba kembali menutup matanya. Melihat lawan bicaranya mulai terpejam, Chester pun ikut serta menyiapkan diri menuju alam mimpi.

Hal berbeda justru tampak pada kursi sebelah kiri di deretan ketiga dari belakang. Tempat di mana Helga, Hira dan Rucita duduk. Gadis berparas innocent yang mendiami jok dekat jendela itu, baru saja terjaga dari tidurnya setelah suara dentuman terdengar keras dari atap mobil.

"Jangan khawatir, itu hanya keusilan kecil dari hewan di sekitar jalan ini aja. Jadi lo gak perlu bangun dari tidur lo."

Suara Rucita yang membuat kecemasan Helga sedikit berkurang, tak lantas membuat gadis pendiam itu untuk dapat kembali memejamkan matanya. Helga justru membiarkan sepasang netranya terbuka, guna menikmati pemandangan perkebunan yang kini tersaji di depan jendela Bus, seraya memikirkan ke mana gurunya akan membawa Helga dan teman-temannya pergi. Dengan bermoduskan 'Rekreasi malam', rasanya sulit untuk Helga percaya jika perjalanan ini memang hanya diperuntukan sebagai ajang liburan para murid SHS saja.

Tak jauh berbeda dengan yang Helga lakukan. Dylan CS, Aiden dan Raga pun tampak tak terpengaruh oleh bius dari tembang jawa yang sang sopir dendangkan, meski masih dalam posisi duduk seperti orang yang tengah tertidur, namun rupanya mereka juga sepemikiran dengan Helga. Walau kemungkinan liburan yang akan mereka dapatkan merupakan jebakan, Baron, Arthur, Raga dan Ernest tetap berharap bahwa mereka semua memang hanya akan diajak ke sebuah tempat wisata untuk bersenang-senang. Di balik kekhawatiran beberapa murid di dalam kendaraan pariwisata yang sedang melaju itu, di lain tempat ... tepatnya di atas atap mobil besar tersebut tampak seorang lelaki berhoodie panda, tengah duduk bersila menikmati permen lolipop di tangan kanannya dengan begitu santai. Sesekali ia tersenyum kecil, mendengar kegelisahan hati dari pentagram emas bernyawa yang baru saja diselamatkannya dari seekor siluman ular berkepala manusia yang sempat mengincar Helga sebagai santapan lezatnya.

©Rainsy™


Setelah tiga jam lebih terlewati, mobil besar yang mengangkut puluhan siswa SHS dari pusat kota Yogyakarta itu akhirnya tiba di Semarang. Tepatnya di pelataran sebuah gedung tua megah yang terletak di Simpang Lima Tugu Muda. Hampir semua murid yang turun dari kendaraan tersebut memasang ekspersi wajah serupa, tatkala mengetahui bahwa tempat yang katanya akan menjadi lokasi mereka berwisata adalah Lawang Sewu.

Supranatural High School [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang