Kelam telah berganti terang. Gelapnya awan yang terus bergumul sepanjang sore tadi, hilang diterpa angin malam yang datang. Suara gemuruh berikut kilatan halilintarnya telah diganti oleh derik suara serangga malam yang bernyanyi. Bulatnya rembulan di tengah langit hitam itu, seolah menjadi pertanda didukungnya sebuah acara yang diselenggarakan oleh para anggota OSIS SMK N 9 Yogyakarta.
"Tegak grak! Rapikan barisan!" Instruksi yang Sultan berikan pada calon anggota OSIS baru, menjadi tanda akan dimulainya kegiatan menjelajah.
Para siswa tersebut telah dibagi menjadi beberapa regu, kemudian diberikannya arahan perihal tempat dan lokasi yang harus mereka kunjungi sebelum mereka kembali ke Sekolah.
Beberapa kali, suara lantang nan tegas Sultan, terdengar menggema sampai mengisi sepinya suasana Sekolah kala itu, menjadi magnet tersendiri bagi Sekar yang rupanya sedang mengintip aktivitas 'Mantan Pacar'nya tersebut, dengan binar mata yang sulit diartikan.
Terlihat secuil rindu muncul di sana, namun segera dibalut perban kemarahan, mana kala sosok siswi cantik tiba-tiba berlari mendatangi Sultan untuk kemudian menyerahkan beberapa tumpukan buku seraya menyunggingkan senyuman manis.
"Cih! Modus dia." cibir Sekar yang masih betah menyembunyikan tubuhnya di balik tembok ruang Labolatorium.
"Iih, Sekar. Ngapain kowe masih ning kene? Ayo, buruan kita ke belakang Sekolah. Galih dan yang lainnya udah nungguin tuh. Kalo lama-lama di sini, bisa-bisa ..., kita ketahuan lagi. Udah, ayo!" Laras menarik paksa lengan kanan Sekar yang seolah enggan untuk pergi dari tempatnya.
Namun, mengingat tujuannya kembali ke Sekolah adalah untuk membalaskan rasa sakit hatinya, Sekar pun akhirnya mengalah. Membiarkan sahabat sebangkunya itu menyeret tubuhnya menuju area belakang Sekolah.
Tak jauh berbeda dengan suasana ramai di halaman depan Sekolah yang sedang melangsungkan acara Baris Berbaris. Halaman belakang Sekolah pun tampak terang dan tak kalah ramainya. Pasalnya, beberapa anggota OSIS Senior termasuk Banyu dan Adi, tengah disibukan oleh aktivitas mereka membuat tenda sebagai tempat istirahat para junior mereka nantinya.
"Itu tuh, ambilin palunya. Ini kurang kencang ini. Bisa roboh tendanya kalo gak tertancap kuat di tanah." Adi mengomeli temannya saat mengetahui salah satu tenda yang didirikan terlihat kurang simetris.
"Hei-hei. Udah jangan jauh-jauh. Kayu bakarnya taro di situ aja. Tapi jangan deket-deket sama tenda juga. Nanti takutnya malah ada yang kebakar lagi, pas api unggunnya dinyalain." Kali ini giliran Banyu bersuara. Memberi arahan pada salah satu teman Eskulnya itu untuk menata ulang posisi kayu bakar berikut jarak api unggunnya.
Saking sibuknya seluruh anggota OSIS yang ada. Mereka sampai tidak menyadari kehadiran para siswa lain yang bukan termasuk dalam anggota mereka, tengah berjalan mengendap-endap menuju ke arah gudang Sekolah.
Lokasinya yang berada di ujung serta bangunannya yang memang terpisah dari gedung utama Sekolah, membuat gudang yang menjadi tempat untuk menyimpan barang-barang tidak terpakai itu sangat jarang dilewati, apalagi menjadi tempat singgah para siswa saat jam sekolah berlangsung. Sehingga sangat wajar jika bangunan itu, kini dipenuhi sarang laba-laba dan debu tebal di mana-mana.
KRIEETT ....
Derit pintu gudang yang baru saja dibuka oleh Yoga membuat pemilik beberapa pasang mata yang membuntutinya, refleks mengarahkan satu jari telunjuknya di depan bibir.
"Ssuutt ..., ojo berisik. Pelan-pelan wae bukanya." ucap Laras lirih. Setelah sebelumnya berhasil membuat Yoga meringis sakit karena tepukan keras yang mendarat di punggungnya.
"Ya maaf. Lagian bukan salah aku kok. Lha wong pintunya aja yang udah lapuk. Makanya jadi bunyi pas aku buka." sahut Yoga tak mau disalahkan.
Dengan gerakan sangat hati-hati. Satu demi satu siswa kelas akhir SMK N 9 tersebut masuk ke dalam gudang. Bermula dari Yoga dan Laras. Lalu Sekar dan Galih, kemudian disusul oleh Afdal yang berada paling belakang. Setelah mereka berlima sudah berada di dalam ruangan pengap yang hanya dihuni oleh perabot usang tersebut, mereka saling adu pandang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Supranatural High School [ End ]
HorrorMereka berpikir, aku gila. Aku selalu diasingkan. Bahkan orangtuaku sendiri pun sampai pernah mengirimku ke RSJ, hanya gara-gara aku tidak seperti mereka. Aku frustasi dan hampir menyerah pada hidup karena hal ini. Namun, sebuah sekolah justru mener...