Kelas Utara

6 0 0
                                    

Di samping jalanan beraspal yang dipadati hiruk-pikuk para pengendara, tampak Dylan tengah berdiri gelisah menunggu Bus yang dinantinya. Lama menunggu, akhirnya Bus terakhir menuju Kota Sleman tersebut akhirnya datang juga. Tanpa ragu, remaja lelaki itu melangkahkan kaki masuk menaiki Bus yang rupanya sepi akan penumpang tersebut.

Banyak sekali jok kosong dalam kendaraan umum itu, hanya terdapat lima orang pemuda yang sebaya dengan Dylan duduk di kursi belakang, sepasang suami-istri yang sudah lanjut usia duduk di kursi bagian kanan Bus dan dua orang  wanita kantoran yang asyik ngerumpi di kursi  belakang sang Supir.

Tak ingin diganggu atau mengganggu siapa pun, Dylan memutuskan untuk duduk di kursi bagian kiri Bus yang memang saat itu masih kosong penghuni, barisannya. Dengan sangat hati-hati, lelaki ABG itu meletakan tas ranselnya pada kursi kosong di sampingnya, lalu memilih memposisikan punggungnya untuk bersandar pada sandaran kursi. Tubuhnya terasa lelah dan berat hari itu, penat pun seolah menambah bobot kepala yang ditopangnya. Entah, rasa letih yang sedang Dylan rasakan saat ini mungkinkah hanya rasa lelah biasa ataukah efek dari janjinya untuk membawa Welthok pulang.

Masih ingat dengan jelas dalam benak Dylan perihal alasan kenapa makhluk astral itu ada di tambak lobster milik mendiang Mbok Sri. Dengan mimik ketakutannya, salah satu demit pesugihan itu mengaku bahwa dirinya memang diutus oleh seseorang untuk merusak dan menggagalkan tiap panen peternakan hewan laut itu. Dan yang paling mengejutkan, Welthok mengaku bahwa Ferry Atmaja adalah orang yang mengutusnya.

"Ferry Atmaja. Bisa-bisanya ya dia ngelakuin itu demi buat Papa bangkrut." gumam Dylan seraya mengurut keningnya yang terasa pening.

Sepengetahuan Dylan. Ferry merupakan partner bisnis lama ayahnya, Mahesa yang sudah dianggap oleh ayah Dylan sebagai saudaranya sendiri. Tapi  kenapa sekarang beliau malah berniat merusak kerjasama mereka yang sudah sangat lama terjalin? Apapun itu alasannya, yang jelas Dylan sudah memberitahu ayahnya untuk berwaspada pada tindak-tanduk yang Ferry Atmaja lakukan.

Merasa benang kusut dalam kepalanya akan hilang jika Dylan memejamkan mata, pemuda berbibir penuh itu pun lantas mulai merilekskan tubuhnya agar nyaman terlelap di kursi Bus barang sejenak. Detik jam mulai bergulir. Daerah demi daerah telah terlewati. Meski hanya segelintir orang, namun beberapa penumpang bergantian naik dan turun dari mobil Bus tersebut. Kala kendaraan umum itu tiba di Terminal pemberhentian terakhir, Dylan yang cukup lama tertidur pulas di tempatnya pun sontak kaget. Karena ketika ia membuka mata, hanya tinggal seorang kondektur-lah yang ada di dalam Bus tersebut untuk membangunkannya sekaligus meminta ongkos.

"Eh, udah sampai ya? Cepet banget." seloroh Dylan sembari satu tangannya sibuk menggosok-gosok mata.

"Lha ..., hampir tiga jam di dalam mobil dibilang cepet. Mas-nya terlalu pulas tidur nih pasti." celetuk Sang Kondektur sekenanya.

"Masa sih?" Dylan tersenyum kecil lalu memberikan ongkos yang Sang Kondektur minta dengan uang pas. "Ya udah kalo gitu, ayo kita pulang!" seru Dylan yang kemudian menggendong tas ransel hitam yang semula dibiarkan tergeletak di samping kursinya.

Mendengar celotehan Dylan, Sang Kondektur mengernyit bingung. Pasalnya, Dylan mengatakan itu pada tas ransel hitamnya yang seolah-olah hidup. Bahkan cara Dylan mengenakan tasnya di punggung juga berbeda, tidak asal-asalan. Tatapan aneh mengiringi langkah kaki Dylan yang bergerak menuruni Bus. Setelah tubuh anak remaja itu tak lagi terlihat, Sang Kondektur memutuskan untuk membersihkan ruang dalam Bus sebelum akhirnya ia juga akan pulang ke rumah. Namun baru beberapa kursi ia bersihkan, suara seseorang yang memanggilnya dari luar kendaraan roda empat tersebut membuatnya menghentikan kegiatannya.

"Maaf, Pak. Anu ..., kalo daerah yang ada Tugu udangnya itu Kaliurang, kan? Kira-kira kalo dari sini ke Kaliurang jalan kaki bisa gak ya?" tukas Dylan bertanya.

Supranatural High School [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang