Nyanyian serangga malam, mengantarkan Arthur dan Ernest yang tengah terlelap, semakin terhanyut ke dalam mimpi mereka. Suara dengkuran dari kedua pemuda yang tengah terbaring tak beraturan di atas tempat tidur berukuran besar yang begitu empuk dan nyaman itu, tampak saling bersahutan.
SREEK ... SREEK ....
Samar, suara seperti langkah kaki yang tengah menyeret gaun panjangnya yang menjuntai menyapu lantai, muncul di tengah nyenyaknya tidur mereka. Suara aneh yang berasal dari luar kamar tamu tempat Arthur dan Ernest berada itu, sukses membungkam ramainya suara jangkrik di luar rumah sana dalam sekejap. Suara misterius itu semakin keras terdengar mendekati ruangan tengah rumah kediaman keluarga Mahardika.
Bersamaan dengan terdengarnya bunyi derit pintu yang dibuka perlahan oleh seseorang, suara langkah kaki misterius tersebut tiba-tiba saja menghilang.
Arthur yang tengah terbaring tengkurap di sisi ranjang bagian kiri, refleks menepuk telinga kanannya. Ketika pemuda berdagu lancip itu merasa ada sesuatu yang menggelitik lubang telinganya. Baru sebentar suasana kembali tenang, Arthur sudah mendapat gangguan untuk yang kedua kalinya. Namun kali ini, giliran tubuh Arthur yang bergidik geli. Tepat setelah ia merasakan embusan napas seseorang menyentuh tengkuknya. "Nest, sanaan gih tidurnya. Napas lo bikin gue merinding tau!" oceh pemuda itu bergumam, tanpa membuka sedikit pun matanya.
Hening. Tak ada sahutan apa pun dari teman yang tidur satu ranjang dengannya. Semilir angin dingin yang menyerang ujung kakinya, membuat Arthur merespon dengan mempererat dekapannya pada bantal guling yang ia peluk.
Sebuah anak sungai, mulai mengalirkan cairan bening yang berasal dari sudut bibir Arthur. Pertanda si empunya mulut kecil yang sedikit terbuka itu, telah kembali terlena dalam tidurnya.
Beberapa helai anak rambut berwarna putih panjang, tiba-tiba saja jatuh tepat di atas wajah playboy sekolah itu yang tengah berpaling menghadap ke samping. Merasa risih dengan rambut yang menutupi separuh wajahnya, Arthur kembali bergumam, meminta agar Ernest dapat menjauhkan kepala dan rambut panjangnya.
Tunggu!
Rambut panjang?
Seingat Arthur, ketiga temannya tidak ada yang memanjangkan rambut mereka. Sadar akan kejanggalan itu, Arthur sontak membuka matanya yang langsung menemukan Ernest tengah tidur mendengkur dengan posisi tubuh memunggunginya. Jika pemuda berdarah Tionghoa itu berada di sisi ranjang bagian kanan, lalu rambut panjang yang masih bertengger manis di wajah Arthur itu, milik siapa?Masih dengan posisi yang sama, Arthur meneguk salivanya payah. Pikiran negatifnya, mendoktrin pemuda itu untuk mengingat kembali pertemuannya dengan berbagai macam hantu yang menerornya semalaman ini. Sebenarnya, Arthur sangat takut untuk memastikan siapa pemilik rambut tersebut. Namun, karena rasa penasarannya jauh lebih besar. Akhirnya rasa takut itu, Arthur tepis sejauh yang ia bisa. Dengan mata yang sudah ia pejamkan kembali, pemuda berusia 16 tahun itu mengubah posisinya menjadi berbaring terlentang.
1 detik ....
2 detik ....
3 detik ....
Embusan napas seseorang dan rambut panjang tadi, sudah tak lagi mengganggunya. Merasa keadaan sudah aman dan tak ada hal ganjil apa pun yang terjadi pada tubuhnya, Arthur lantas membuka kelopak matanya perlahan.
Awalnya pupil mata milik Arthur hanya terbuka sedikit, namun ... lama kelamaan, mata kecil itu langsung membulat sempurna. Manakala Arthur mendapati sosok hantu wanita berwajah buruk, tengah terbaring melayang di atas tubuhnya. Sepasang mata putih hantu wanita itu menatap lurus ke dalam manik mata Arthur, membuat pemuda itu tercekat. Belum sempat keterkejutan Arthur menghilang. Hantu itu lebih dulu menjatuhkan dirinya menindihi tubuh Arthur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Supranatural High School [ End ]
HororMereka berpikir, aku gila. Aku selalu diasingkan. Bahkan orangtuaku sendiri pun sampai pernah mengirimku ke RSJ, hanya gara-gara aku tidak seperti mereka. Aku frustasi dan hampir menyerah pada hidup karena hal ini. Namun, sebuah sekolah justru mener...