Jerat

5 0 0
                                    

Dunia.

Yang awalnya hanyalah sebuah tempat untuk saling mengenal dan menjaga sesama makhluk hidup ciptaanNya, kini telah dimaknai berbeda oleh Manusia.

Dunia.

Yang semula menjadi wadah dari semua kebesaranNya, kini dipandang sebelah mata oleh Manusia. Ketamakan juga kesombongan umat Manusia  sebagai makhluk Tuhan yang paling sempurna dengan derajat paling tinggi dibanding makhluk hidup lainnya itu, menjadikan kaum mereka, besar kepala. 

Kerakusan meraup semua kekayaan alam, menciptakan kemiskinan yang tanpa sadar, mulai menggerogoti kenyamanan hidup mereka. Kesombongan mereka atas kecerdasan otak yang mumpuni dengan menciptakan beragam mesin canggih, tanpa sadar telah merenggut kemurnian udara di Alam ini. Dan keajaiban-keajaiban  rahasia Tuhan yang ada di Antariksa, di kedalaman Samudera, berikut Dunia tak kasat mata di sekitarnya pun, tanpa takut, mereka coba kulik semua. Jika sudah begini, benarkah hanya Bangsa Jin dan Iblis yang dianggap sebagai kaum yang dilaknat dan dicap sebagai pengkhianat Allah?

Hanya Allah yang tahu.

Namun, di sisi lain. Selagi Manusia sibuk mengejar seisi Dunia dan menganggap keabadian adalah kunci kejayaan mereka. Para makhluk astral yang menjadi makhluk tak sempurna itu, justru mendambakan hidup layaknya Manusia pada umumnya. Menjalani hari dengan banyak kegiatan yang menyita waktu, dengan raga dan rupa yang dapat dilihat. Dan kini, keinginan mereka tak hanya sekadar rasa ingin. Lewat tipu dayanya, para Iblis dapat bertukar bahkan tak segan berani merebut wujud dan rupa dari Manusia yang dikehendakinya.

Arthur yang baru saja mendobrak salah satu pintu kamar dalam gedung tua yang sudah lama tak berpenghuni itu, tampak tertegun. Ketika sepasang netranya disajikan pemandangan seseorang yang tengah terbaring di atas sebuah ranjang ; dengan kain kelambu lusuh yang menjadi tirai penghalang pemuda itu untuk melihat bagian atas tubuh sosok tersebut. Namun, jika melihat warna merah pada sepatu gunung yang dikenakannya, juga celana jeans hitam yang membentuk lekuk kaki jenjangnya, sepertinya Arthur dapat mengenali siapa gerangan orang yang tengah terbaring tersebut.

"Kak?" Dengan sangat hati-hati Arthur berjalan mendekat. Mendatangi ranjang besi yang dijadikan tempat untuk Seniornya itu ditidurkan. "Kak Rucita?!" Arthur memanggil nama itu lagi, setelah menyibak kain kelambu yang tadi sempat menghalanginya ; untuk memastikan apakah benar itu Rucita atau bukan. Dibanding saat mereka menemukan Aiden yang tergeletak pingsan di lantai, kondisi Rucita justru tidak nampak seperti orang yang sedang pingsan. Dilihat dari posisinya dengan kedua tangan bersedekap di atas perut, dan ekpresi wajah yang tenang, Rucita justru seperti orang yang sedang terlelap nyenyak.

Dengan begitu teliti, Arthur mengamati kondisi tubuh Kakak Kelasnya itu dari ujung sepatu hingga ujung dagu. Dan ketika pupil matanya tengah mengamati air muka Rucita, Arthur menemukan sesuatu yang janggal.

"Loh, kenapa bibir Kak Rucita pucat banget? Apa karena terlalu banyak ngehirup zat beracun ya?" Kepanikan tercetak jelas di wajah Arthur yang kemudian berusaha membangunkan Rucita dengan mengguncang-guncangkan kedua bahu gadis itu. Arthur semakin kuat berusaha membangunkan salah satu Senior di Sekolahnya tersebut, kala Arthur menemukan tanda keriput mulai bermunculan di wajah muda milik Rucita.

"Bagaimana ini? Apa yang terjadi?! Kak! Bangun, Kak! Ayo sadar!"

Hihihi ....

Sebuah tawa seseorang yang entah muncul dari mana, tiba-tiba saja menggaung dalam ruangan itu. Membuat Arthur refleks menghentikan aktivitasnya sejenak.

Penasaran akan sumber suara tawa meremehkan itu berasal, pemuda itu lantas menyapu setiap sudut dalam kamar itu dengan netranya. Tak ada yang dapat ia temukan lewat cahaya senter yang digunakannya sebagai penerang untuk mencari objek yang dimaksud.

Supranatural High School [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang