Lembaran bendera kuning terlihat berkibar di beberapa sudut rumah yang bangunannya lebih mirip dengan sebuah istana tersebut. Tak nampak kemelut duka yang terlihat dari wajah para pelayat yang berdatangan untuk menyampaikan belasungkawanya. Selepas mereka menyalami Gayatri yang terus berlinang airmata di dekat jasad sang mantan suami yang sudah terbujur kaku tertutup kain, mereka justru saling berkasak-kusuk membicarakan hal buruk yang terjadi sebelum Kuncoro dinyatakan meninggal Dunia.
Meski sudah resmi bercerai dan tak lagi menetap di Desa yang sempat ia tinggali itu, rupanya Gayatri masih begitu menyayangi dan memedulikan mantan Suaminya tersebut. Pasalnya, begitu mendapat telepon dari Pak RT yang mengabari bahwa Kuncoro tengah kritis setelah diamuk warga, Gayatri segera datang untuk merawat dengan telaten Kuncoro yang sedang sakit berat itu.
Bukan hanya memar, bekas cakaran bahkan nyeri di kulit kepalanya setelah dijambak oleh Rosmala, perlakuan yang sama pun sempat diterimanya dari para Ibu-Ibu yang gemas setelah tahu bahwa Kuncoro lah pelaku dari hilangnya perhiasan emas yang mereka miliki. Jika saja aparat Desa tidak segera datang untuk melerai, bisa saja Kuncoro tewas di tempat itu, Sore kemarin.
Tak hanya sampai di situ. Kemalangan Kuncoro buah dari hasil ulahnya yang memelihara Jenglot demi memulihkan kekayaannya itu pun masih berlanjut. Dengan usul Wakil Kepala Desa yang mempersilakan para warga yang kehilangan barang berharganya untuk mengambil apapun benda berharga di dalam rumah Kuncoro ; yang harganya sebanding dengan harta mereka yang telah lenyap secara gaib tempo hari.
Bak sudah jatuh tertimpa tangga, Kuncoro benar-benar dibuat down saat itu juga. Melihat dengan matanya sendiri, banyak warga yang keluar masuk di rumahnya untuk membawa pulang alat elektronik, dan benda-benda berharga lainnya sebagai kompensasi dari kerugian mereka, akibat Jenglot miliknya yang sudah hangus dibakar warga tersebut. Tak ingin dirinya dilaporkan ke Polisi dan menyandang predikat sebagai seorang Kriminal, Kuncoro pun hanya dapat pasrah menyaksikan bahwa kini rumah besarnya bak sebuah Istana megah itu kini telah kosong. Tak ada lagi kulkas dua pintu, Tv mahal, kasur empuk dan Sofa import yang dulunya Kuncoro bangga-banggakan karena hanya ia yang memilikinya. Hilanglah sudah semuanya termasuk kesehatan Kuncoro yang tiba-tiba saja menyusut. Dalam hitungan detik, Kuncoro mengalami serangan stroke yang membuat sekujurnya sampai kejang-kejang lalu jatuh pingsan.
Warga yang melihat hal itu segera membawa Kuncoro ke Puskesmas, namun Pihak Puskesmas menolak dan memberi rujukan untuk mendatangi Rumah Sakit besar saja. Namun saat dibawa ke sana, pihak Rumah Sakit juga enggan menerima Kuncoro sebagai Pasien baru mereka. Pasalnya setelah diperiksa, penyakit yang Kuncoro indap sudah sangat parah. Luka bak bisul bernanah yang tak kunjung hilang di sekujur tubuhnya pun memperburuk keadaan Kuncoro waktu itu.
"Hanya mukjizat Allah yang bisa menolong Beliau, Pak."
Kalimat terakhir yang Seorang Dokter IGD ucapkan, menjadi penanda bagi Pak RT dan warga lain yang ikut serta mengantar Kuncoro berobat, mengambil keputusan kilat membawa kembali Kuncoro pulang ke rumahnya. Karena mungkin, hidupnya tidak akan lama lagi.
Jika bukan karena ajakan Eyang Fatah selaku sesepuh Desa, sepertinya tak akan ada warga yang bersedia untuk melayat apalagi membantu keperluan prosesi pemakaman Kuncoro yang meregang nyawa di saat cuaca di luar sana sedang hujan badai. Pemadaman lampu yang terjadi di lingkungan rumah Kuncoro pun menambah kesan horor di hari kematian Kuncoro. Meski ikut membantu dan banyak yang hilir mudik berdatangan untuk melayat, para tetangga dan warga sekitar tampak setengah hati melakukannya. Namun hal itu tak dipermasalahkan oleh Gayatri. Karena mantan Istri Kuncoro tersebut sangat memaklumi sikap mereka.
Kemunculan Wijaya berikut Istri serta Iparnya yang juga hadir melayat Pagi itu, sontak membuat Gayatri langsung menghambur mendatangi mereka. Baru saja kursi roda yang Arnold dorong sampai di ambang pintu, tubuh Gayatri sudah ambruk. Duduk bersimpuh memeluk lutut Wijaya memohon ampun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Supranatural High School [ End ]
HorrorMereka berpikir, aku gila. Aku selalu diasingkan. Bahkan orangtuaku sendiri pun sampai pernah mengirimku ke RSJ, hanya gara-gara aku tidak seperti mereka. Aku frustasi dan hampir menyerah pada hidup karena hal ini. Namun, sebuah sekolah justru mener...