Peraturan Sekolah

117 4 0
                                    

Dengan dikawal oleh Aiden CS di belakang mereka, Dylan, Helga dan ketiga temannya yang lain berjalan memasuki gedung SHS. Sepasang mata yang menatap takjub, juga bibir yang tak hentinya berdecak kagum mengiringi pergerakan kaki pria pemandu yang dijuluki sebagai Master oleh Aiden CS tersebut untuk memperkenalkan seluk beluk gedung megah bercat putih itu. Dengan begitu ramahnya, Friedrich memberitahukan satu demi satu fungsi beberapa ruangan yang ada di sana.

Gedung yang akan menjadi hunian baru bagi Dylan CS terletak di tengah hutan Wanagama, dengan sebuah makam kuno dan perbukitan kecil yang mengitarinya sebagai pagar pembatas antara Supranatural High School dengan pemukiman penduduk. Gedung dengan bentuk memanjang yang hampir mirip Lawang Sewu itu, memiliki dua lantai.

Lantai atas digunakan sebagai asrama para anak didik mereka. Dengan sebuah ruang santai yang dipenuhi banyak buku bacaan seperti mitos dan sihir dari berbagai penjuru dunia, sebagai penambah wawasan. Sedangkan lantai bawah digunakan sebagai tempat di mana proses belajar mengajar dilangsungkan.

Layaknya sekolah pada umumnya. SHS juga memiliki banyak ruang kelas, perpustakaan, labolatorium, ruang komputer, ruang guru, ruang kesehatan, ruang olahraga, dan juga kantin yang lokasinya terletak di sayap kanan gedung. Sedangkan beberapa ruangan yang ada di kanan dan kiri lorong gelap bagian sayap kiri gedung, digunakan untuk melakukan praktik supranatural. Seperti ruang meditasi, ruang pembersihan diri, ruang uji nyali, dan praktik-praktik spiritual lainnya yang bisa dikatakan ekstrem.

Friedrich yang berprofesi sebagai Kepala Sekolah di SHS menerangkan bahwa dalam satu minggu, hanya satu hari mereka diberi libur, empat hari untuk belajar segala macam tentang ilmu kebatinan, dan tiga hari untuk belajar pelajaran umum. Setelah melihat begitu lengkap dan modernnya perabotan yang ada di kelas baru yang akan mereka tempati, Baron dan Ernest sepertinya harus membuang jauh-jauh bayangan mereka, akan sekolah yang gelap dan menyeramkan sebagai sekolah baru mereka.

"Gak ada hiasan apa pun di dinding, naga atau lukisan yang bisa gerak dan bisa ngomong kayak di film Harry Potter juga gak ada di sini," celetuk Ernest setengah berbisik di telinga Baron.

"Gue juga gak liat sapu terbang. Katanya sekolah supranatural, tapi kok hal-hal magis kayak yang ada di channel TV luar pada gak ada ya?" ucapan Baron yang tampaknya sudah terkontaminasi oleh otak movie Ernest dan dihadiahi jitakan keras oleh Raga yang berjalan di belakangnya.

"Kita gak pake sapu terbang kayak Harry Potter. Tapi kita sering pake piring terbang buat nyumpal mulut orang yang sering ngira SHS itu kayak sekolahnya Harry Potter. Apa kalian mau, jadi sukarelawan yang bersedia nyicipin gimana rasanya piring terbang?" Gertakan Raga berhasil membuat Baron dan Ernest mengunci mulut mereka rapat. Menciptakan tawa tertahan dari Rucita dan Aiden yang menonton pertikaian mereka.

"Udah-udah jangan berantem mulu. Lebih baik kalian fokusin pikiran kalian pada apa yang Master jelasin. Karena itu sangat penting buat kalian para murid baru," lerai Rucita bijak. Sedangkan Arthur yang berjalan berdampingan dengannya tampak begitu tenang mengamati wajah cantik Rucita yang tertutup tingkah tomboi itu.

Setelah puas berkeliling, tour mereka berakhir ketika sang Master membuka sepasang pintu kayu dengan tinggi dua meter di hadapannya.

"Selamat datang, Master!"

Sapaan juga penghormatan semua murid SHS juga jajaran guru pembimbing yang sudah menempati meja makan mereka masing-masing mengejutkan Dylan CS. Pasalnya, kantin yang mereka datangi itu lebih mirip seperti restoran elit bertemakan ramah lingkungan, yang di design seapik mungkin agar para siswa dan guru yang datang, merasa nyaman. Beberapa vas berisi bunga liar yang menebarkan aroma wangi terlihat di beberapa sudut kantin. Kursi dan meja yang terdapat di sana pun tak luput dari perhatian murid baru itu, tumbuhan rambat dengan ular yang melingkar di atasnya juga seekor burung terbang yang menjadi aksen pada tiap kaki meja dan kursi kayu tersebut, membuat mereka mengerutkan dahi. Sepasang kelopak mata mereka terbuka lebar, mana kala Dylan CS mengetahui bahwa siswa dan siswi yang menempati tiap meja dalam kantin tak hanya berasal dari orang-orang pribumi saja.

Supranatural High School [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang