Topeng yang Terlepas

80 3 0
                                    

Malam itu, setelah Aiden pergi meninggalkan ruang kepala sekolah. Satu demi satu para guru pembimbing di Supranatural High School mendatangi ruang kepala sekolah. Mereka yang baru masuk ke dalam langsung membungkukkan badan, kala mengetahui Devian juga ada di sana; tengah duduk di sebuah kursi single dengan memangku satu kakinya.

Setelah memastikan bahwa Yardan, Dustin, Sonita, Chester, dan guru-guru lain telah lengkap menghadiri rapat penting dan rahasia itu, barulah Friedrich beranjak dari kursi putarnya.

"Kenapa ... wajah Master terlihat gelisah seperti itu?" tanya Sonita, menangkap kecemasan dari wajah sang kepala sekolah.

Devian yang masih duduk di tempatnya semula, berdehem sekali. Menurunkan kakinya yang tadi ia lipat, lantas berkata, "Dia ... telah kembali. Tadinya, aku tidak berniat sama sekali untuk mengunjungi tempat ini. Namun, begitu mendengar seorang warga diserang oleh makhluk astral penunggu hutan Wanagama hingga mengalami syok berkepanjangan, aku pun tertarik untuk memeriksanya." Devian melempar pandangannya ke arah para pengajar yang duduk berseberangan dengannya. Mimik muka mereka juga sama seperti Friedrich saat pertama kali Devian memberitahukan berita itu, mereka semua tidak menginginkan kehadiran Rakta di SHS lagi.

Setelah mengetahui isi dari pikiran semua pembimbing SHS, Devian melanjutkan bicaranya. "Setahuku, hampir semua jenis makhluk yang berada dalam hutan itu sudah ditaklukkan dan hanya patuh dengan perintah para Masternya yang berada di sini. Tapi, ini jauh di luar dugaanku. Karena begitu aku masuk ke dalam hutan, aku langsung mendapat banyak serangan dari mereka. Untuk suatu alasan, mereka telah kembali ganas. Dan udara di sana yang seakan ingin mencekikkulah yang menjadi penyebabnya."

"Apa ... itu artinya, Acacio berhasil melewati batas yang kita buat agar para makhluk astral jahat tidak mengganggu ketenangan sekolah ini?" Chester bertanya.

"Bagaimana pun, Acacio Rakta. Dia bukanlah jin kafir atau setan jahat seutuhnya. Dia masih memiliki tubuh sebagai manusia, mungkin itu sebabnya batas yang kalian buat tidak begitu berpengaruh padanya. Dan lagi, setelah satu dekade lebih ia menghilang. Tentu dia takkan kembali tanpa menambah kekuatan hitamnya, bukan?" jawab Devian masih dengan mulut yang sibuk dengan permen lolipopnya.

Friedrich yang baru saja ikut bergabung dengan duduk di sebuah kursi kosong samping Devian, angkat bicara. "Lalu, sekarang kita harus bagaimana? Apa sebaiknya kita membangun pagar ghaib yang lebih kokoh lagi?"

Devian menggeleng. "Percuma. Karena ...," ucapnya terputus. Karena bersamaan dengan aksi tangan Devian yang melepas permen lolipop itu dari mulutnya, pemuda itu langsung terbatuk-batuk. Dan dari batuknya, Devian memuntahkan banyak darah.

"Tuan Muda!!" Semua pengajar SHS memekik khawatir, melihat Devian tiba-tiba saja seperti itu.

Citra, sang guru konseling yang hendak membantu menyembuhkan batuk Devian menggunakan kekuatannya, justru ditolak oleh Devian yang mengangkat satu tangannya. "Tidak apa. Ini sering terjadi saat aku berjarak sangat dekat dengan kepala dari pentagram emas itu."

"Apa maksudmu, Helga Maheswari?" terka Sonita yang langsung dibalas anggukan kepala dari Devian.

Dustin menjentikkan jarinya sekali, kini ia tahu alasan kenapa Devian terus menyumpal mulutnya dengan permen lolipop adalah karena kehadiran Helga. Bukan karena dia seorang anak remaja yang mulai tidak tahu sopan santun.

"Rakta ada di sini. Dia berada di sekitar sini. Daripada bersusah payah untuk membuat pagar pembatas yang baru, ada baiknya aku memancing dia keluar sekalian. Master, sebentar lagi aku akan melakukan sesuatu pada sekolah ini. Dan ini, mungkin akan berdampak buruk pada mental para murid baru SHS. Jadi apa pun yang terjadi nanti, aku minta pada kalian untuk menjaga dan melindungi semua murid sekolah ini."

Supranatural High School [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang