"Ngomong opo kui? Gak gak gak. Ngawur"
"Hmm.. ya wes lupa no ae , ko"
Alden memejamkan mata sambil menikmati elusan Victor di dahi dan kepalanya.
Sungguh nyaman rasanya."Den."
Victor memanggil Alden"Hm?"
Alden membuka matanya dan mengarahkan pandangannya menghadap Victor.
"...."
"...."
"...."
"Nek gak ngomong , tak tinggal tidur."
"Sekk sekk."
Victor bingung. Ngomong nggak ya?"Hmmm.."
Alden mah nunggu aja. Kalo ngomong ya didengerin , kalo nggak ya tinggal tidur. Gampang."Misal.. kalo aku.. hmmmm... kita .... hmmm
balikan gitu piye , Den?"
Victor gugup. Ia sangat takut menanyakan perihal ini. Sungguh ia mencari momen yang pas untuknya bicara.
Jawaban Alden?"Jangan dulu , Vic."
Tegas dan lugas. Alden belum mau memikirkan soal hati. Jujur ia masih trauma. Apalagi jika mengingat-ingat kata Victor kapan hari.
Ya iya tau kalau itu sudah lewat. Hanya saja tidak bisa hilang dipikirannya.
Sungguh menancap di hati dan pikirannya tentang penilaian Victor kepada dirinya.Alden bangun dari tidurnya dan duduk bersender di ranjang , tepat disebelah Victor.
Mata Victor mengikuti apa yang dilakukan Alden."Kata-katamu kemarin sek inget aku , Vic. Ngga ada kalimat paling sakit yang pernah aku denger selain kata-katamu kemarin. Aku sampe kaget pas itu. Kok isa kamu ngomong kayak gitu."
Alden mengeluarkan isi pikirannya. Victor harus tau bahwa kalimat yang ia ucapkan tempo hari sungguh menyakitkan. Tidak tanggung-tanggung. Semua aspek menjijikkan rasanya sudah dikeluarkan dari mulut Victor. Mulai dari homo , kurang mikir lah , dan beberapa kata lainnya.
"Den , aku-
"Aku belum selesai , Vic"
Alden menatap tajam Victor. Pertanda ia tidak mau dipotong.
"Kamu tau sendiri to aku tulus ke kamu , Vic?"
Victor mengangguk.
"Jan-- tapi apa balesanmu? Pura-pura , Vic."
"Rating rating persetan , Vic. Iki kompetisi. Nek kamu mau ngomong soal rating , ngomong di depan. Jangan kayak gitu , Vic.. sakit aku , Vic. Hiks.."
Diakhiri dengan tangisan.
Sungguh jika ia ingat perlakuan Victor , sangat sakit sekali. Air mata berlomba-lomba keluar dari matanya. Hatinya remuk."Den.. maaf"
Victor mengelus tangan Alden. Kemudian dengan pelan-pelan ia merengkuh Alden ke dalam pelukannya.
Menaruh kepala Alden di dadanya. Ia mengelus punggung Alden dan kepalanya bergantian."Hikss.. sakit Vic.. hikss.."
Victor mempererat pelukan itu. Rasa bersalah menggrogoti hatinya. Sungguh ia menyesal melakukan itu kepada anak dipelukany ini. Salah apa Alden kepada dirinya?
"Maaf , Den.. maaf"
"Hiks.. hikss... kepalaku hikss.."
"Wes wes cup cup.. ntik pusing lagi.. udah udahh.. cup cupp.. shh udah yaa"
Victor tau Aldennya masih kurang sehat. Malah tambah dengan pertanyaan bodohnya.
Jek goblog e kon , Vic Vic.."Udah yaa..shh maaf maaf.. udahh jangan dipikirin lagi. Aku salah ngomong tadi , oke? Maaf yaa.. "
Victor mengelus kepala Alden dan mengecupnya lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
REAL or UNREAL? ( VICTOR X ALDEN )
RomanceSebuah cerita.. atau kisah yang menceritakan tentang 2 kontestan MasterChefIndonesia season kali ini , yang terlibat sebuah hubungan "bromance" .... atau lebih?