Chapter 45

1.3K 162 17
                                    

Alden menghela nafas berat. Iya berat. Meninggalkan teman-teman layaknya keluarga itu berat loh. Tinggal bersama beberapa bulan , bercanda , tertawa , menangis , bercerita , konflik semua menjadi kenangan manis sekaligus pahit untuknya.
Semakin banyak kenangan itu , semakin susah untuk dilupakan seseorang.
Hal itu juga yang dirasakan Alden saat ini.

Ia mengemasi barang-barangnya , memasukkan ke dalam koper. Ada perasaan ingin tetap disini mungkin untuk beberapa hari. Tapi.. buat apa?
Menyaksikan teman-temannya pulang satu persatu? No..

Ia melihat sekeliling kamar. Ia ingat awal-awal mereka saling kenal satu sama lain , bercanda , saling memberi ilmu , kadang juga mereka menginap di kamar salah satu peserta. Teman rasa keluarga. Ia rindu moment itu.

Ia teringat juga awal pertemuannya dengan Victor. Salah paham berujung cinta yang tak masuk akal. Adanya konflik diantara mereka , melibatkan hampir semua peserta , lebih tepatnya korban. Ia lah korban di konflik itu. Apalagi saat itu , perasaannya ke Victor sedang bergemuruh. Sedangkan Victor? Hahaha.. udahlah jangan diinget lagi.
Memaafkan? Bisa. Melupakan? Tidak. Konflik itu sangat membekas di dirinya. Sampai saat ini.
Itulah salah satu alasan dia ingin menjauhi Victor. Untuk selamanya.
Berteman , its oke. Just friend menurutnya masih oke. Kalau lebih dari itu? Hmmmmm.. kayaknya nggak dulu deh ya..











Malam hari, mereka kembali berkumpul. Di kamar Alden. Ia yang meminta untuk semua berkumpul. Kecuali Arsyan , siapa lagi..

Alden menaruh kepalanya di pundak Machel. Nyaman? Tentu saja. Ia merasa sedang bersama cece nya. Ia rindu keluarganya hahaha.

"Mau?"
Tawar Machel.

Alden membuka mulutnya dan 1 suapan roti besar dilahap oleh Alden.

"Gragas men toh , Den."

"Bodo amat , Pal"










"Elu gak mau sama Victor?"
Bisik Machel. Agar yang lain tidak mendengar.

"Maksudnya?"
Alden bingung. Ini maksudnya gimana

"Mungkin lo ada yang mau diomongin sama Victor. Tuh liat. Victor udah kek patung pancoran. Kaku amat tuh duduknya"

"Hahahaha.. nggak deh. Biarin. Ada Cheryl. Gue gak enak."

"Oke , up to you , Den."











"Ci Val.. mana? Katanya mau masakin aku kalo aku elim?"
Tanya Alden.

"Itu loh udah , dek. Di meja mu. Aku juga masak banyak. Yang lain biar maem sekalian."

"Hehehe. Terbaek Ci Val emang."

"Masak apaan , Val?"
Tanya Palitho.

"Itu loh ayam kuah jahe. Alden minta jauh-jauh hari. Ngidam dia"

"Anak siapa tuh?"
Goda Machel.

"Anak tuyul"

"Ya udah yok makan. Den , ayo habisin. Awas nggak habis."

"Hooo siap , Ci Val. Yakali nggak aku habisin."






Semua makan dengan diam. Menikmati masakan sederhana yang dibuat oleh Vallerie. Sederhana tapi homey. Jadi kangen rumah.

"Kok jadi kangen rumah ya gara-gara masakanmu , Val."
Celetuk Cheryl.

"Hohoo iya dong."

"Lho gimana sih. Rumahmu kan di aku , Cher. Aku disini kok ngapain kangen."
Mulai si Victor.









"Ck"

"Sabar, dek."








"Gombalanmu gak mempan , Vic."

REAL or UNREAL? ( VICTOR X ALDEN )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang