Chapter 29

1.3K 154 12
                                    

Sesampainya mereka di gallery..

Satu persatu peserta turun dari bus.

"Den.. ayo turun."

"Hah?"

Rey memutar bola matanya malas. Haheo mulu nih orang. Untung imut

"Turun. Udah sampe"

"Oh iya kamu turun aja dulu. Hmm lewat gih"
Alden meminggirkan badannya kesamping agar Rey bisa lewat.

"Lo nggak turun?"
Yakali nih orang nggak ikut syuting. Brabeh ntar.

"Iya bentar. Udah turun dulu aja."

Alden menyuruh Rey untuk segera turun. Rey berdiri dari bangkunya dan berjalan melewati Alden.

"Ntar turun ya. Nggak enak ditunggu yang lain."

"Hmm"

Rey berjalan dan turun dari bus.




"Hmm Vic.. bisa lo minggir bentar gak? Turun yuk"
Machel menyuruh Victor untuk turun. Kalo nggak , minimal ya minggir lah. Ia harus touchup dulu dan styling rambut. Rambutnya panjang gaizuuuu.. butuh waktu gaizzuuu

"Eh iya ya.."

"Ayo pap.. turun"

Machel dan Palitho melewati Victor.

"Tor , lo gak turun?"
Tanya Palitho.

Alden sedari tadi memperhatikan tingkah 3 temannya itu. Hmmmmm....

"Iya bentar. Mau pemanasan dulu."

"Eh lo mau masak. Bukan mau angkat besi. Please."
Machel bingung melihat mantannya itu. Yakali pemanasan.

"Iyaa tau. Udah sana cepetan gih lewat. Sakit kaki gue nih."
Memanh kaki Victor harus menekuk ke bawah kursi , agar temannya lewat.
Kalau dipanjangkan , akan bersinggungan dengan kaki Alden.
Kan nggak sopan gaaaeesss..

"Iya ya sabar napaaa."

"Eh Tor Tor.. ora cukup. Ngadek o sek poo"
Palitho kesusahan keluar. Badannya tidak cukup untuk melewati Victor yang notabene sama-sama memiliki badan besar.

"Duhh maka e toh. Awak jok lemu-lemu"
Nyolot Victor.

"Eh kok kon nyolot sih. Garek ngadek ae kok. Cepett."







"Pffttttt..."
Ada yang tahan tawa disini..

Machel melihat Alden menahan tawanya.
Imut banget nih bocah. Pantes Victor terAlden-Alden.

Alden menutup mulutnya , menahan tawanya.
Sungguh lucu kejadian disampingnya. Victor yang mager berdiri dan Palitho yang susah keluar karena badannya besar.

"Ketawa ketawa aja kali , Den. Nggak usah ditahan"
Machel tersenyum manis ke arah Alden.

Alden yang ketauan hanya berdehem. Canggung banget nih.
Machel tau Alden merasa canggung. Ia tau Alden memiliki sifat yang baik dan bijak. Jadi ia mencoba untuk berdamai dengan Alden? Bolehkan?

"Hemm.. gak kokk"
Alden mengelak. Malu kali ah

"Halahhh... santai aja kali sama gue , Den. Hehehe"
Machel mencoba mencairkan suasana. Ia ingin berbaikan dengan adiknya satu ini. Machel tak mau dimusuhi lama-lama oleh Alden. Sungguh sepi di karantina. Tidak ada celetukan aneh yang ia dengar setiap harinya.

"Hmm soal kemaren--

"Gue gamau bahas , Chel."

Alden memotong pembicaraan Machel. Dia tau kemana arahnya. Ia sudah mencoba melupakan. Jangan diungkit-ungkit lagi. Mengapa harus dibahas terus jika bisa dilupakan?
Susah memang. Tapi ya udah.. toh setelah kompetisi kelar , mereka nggak bakalan tau sesering apa ketemuan lagi. Bisa saja kembali ke rutinitas masing-masing. Ya kan?
So ya buat apa disia-siakan waktunya?
Selagi bisa diperbaiki dan ketemu , ya udah enjoy.
Sesimple itu pikiran Alden. Nggak muluk-muluk.
Masih aja ada yang jahatin. Heran kan kalian? Sama.

REAL or UNREAL? ( VICTOR X ALDEN )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang