Chapter 37

1.1K 179 40
                                    

"Aku nggak lawak. Ngapain? Ini bukan main-main"
Alden menatap Machel
Dikira dia bergurau? No. 100% dia sadar dan tau apa yang ia katakan barusan.

Victor menatap tajam ke Cheryl. Ia menduga Cheryl lah dalang dibalik ini.
Ia menghampiri Cheryl.
Dengan tatapan marahnya , ia memandang Cheryl. Sungguh ia ingin mencekiknya sekarang juga.

Cheryl tenang saja. Mengapa ia takut? Ia malah memandang remeh kearah Victor.

"Kenapa , Tor? Kamu kira aku yang bujuk Alden?"
Senyum manis tersungging diwajah Cheryl.

"Kalo gak kamu , siapa lagi? Kamu yang udah bakar selimut Alden kapan hari , terus Alden minta kita buat jangan apa-apain kamu. Sekarang dia ngomong kayak gitu ke aku. Anceman mu nggak berlaku buat aku , Cher"
Mata Victor memicing. Menunjukan betapa ia marahnya dengan wanita didepannya ini. Sungguh licik.

"Cih."
Cheryl melipat tangannya.

"Anceman apa , Tor? Aku gak ada ya ngancem-ngancem cowok itu. Oke memang aku yang bakar selimut itu. Tapi aku nggak ada omongan ke Alden apa-apa. Itu dia sendiri yang minta mungkin? Itu pertama.
Kedua , aku nggak ada nyuruh atau ngancem dia buat ngomong ke kamu , Vic. Aku benci sama dia , bukan berarti apa-apa yang dia lakuin , berhubungan aku yang nyuruh ya."
Jelas panjang lebar Cheryl. Ia tidak mau dituduh macam-macam apalagi apa yang tidak ia lakukan.

"Tapi--

"Iya Vic. Dia bener. Dia ngga ada omongan apa-apa ke aku. Ini murni..

Aku yang mau"

Alden menatap kosong tembok. Ia tau , harusnya memang seperti ini. Ia punya keluarga , ia punya orang-orang sekitar. Tidak semua orang bisa menerima mereka nantinya. Toh mereka tidak akan bersatu di masa depan. Semua akan kembali ke kodratnya masing-masing.
Mungkin mereka ada di timing yang salah , yang menyebabkan ada perasaan diantara mereka. Mau tidak mau , salah satu dari mereka harus sadar dan menghentikkan. Meskipun ada yang tersakiti. Bahkan mungkin keduanya.

"Den.. kamu sadar kamu ngomong apa?"
Vallerie mencoba membuat Alden sadar apa yang ia bicarakan.

Alden berputar dan menghadap Vallerie dan Machel.
"Kalian berdualah yang nggak sadar selama ini. Kalian gatau apa yang kalian lakukan slama ini."

"Kok kita , Den? Kita dari dulu sadar , Den."
Machel bingung. Kenapa malah mereka yang dituduh nggak sadar? Sakit nih bocah , pikirnya.

"Mananya yang kita lakuin yang buat kamu ngomong kita gak sadar?"
Tanya Vallerie.
Semoga tebakanku salah..

"Kalian dukung aku sama Victor pacaran aja udah salah loh. Kalian sadar gak sih?"
Tanya Alden.

Sial , tebakanku bener. Ini ternyata..

"Den.. selama kalian bahagia--

"Kamu tau darimana kalo aku bahagia?"
Tanya Alden sengit.

"Jangan sok tau lo , Chel"
Tambah Alden.

Sekarang mau tidak mau , ia harus menutupi perasaan sebenarnya. Ia ingin ini cepat selesai. Sungguh muak ia dengan drama ini.

Semua terdiam. Mencoba mencerna apa yang dikatakan Alden.

"Den.. jadi.. lo gak bahagia sama Victor"
Tanya Machel pelan.

"Nggak sepatutnya lo tanyak gitu , Chel. Mana ada 2 cowok pacaran itu bahagia. Nggak ada. Susah buat bahagia. Lah kalian malah dukung."

"Kamu selama ini nggak bahagia sama aku , Den?"
Tanya Victor setelah ia berdiam , mencerna kalimat yang Alden katakan sedari tadi.

Alden menghadap ke Victor. Ia memperhatikan wajah lelaki itu. Ia tau Victor menyayanginya. Bahkan mencintainya.
Tapi bukan kuasanya untuk melanjutkan ini. Sekarang atau tidak selamanya..

"Udah aku jawab tadi , Vic. Gue gamau ngulang lagi."

Gue..
Alden pake "gue" pas lagi ngomong sama aku. Biasanya aku-kamu.

"Den berhenti pura-pura! Aku nggak suka ya!"
Victor menahan emosinya. Sungguh ia harus mengkontrol nada bicaranya agar tidak tambah runyam.

"Keliatan kalo gue lagi main-main , Tor? Liat mata gue"

Shit..
Ngga ada ragu di mata Alden. Dia beneran..

"Gue serius. Gue udah anggep ini selesai. Buat kalian semua , terutama Machel , Vallerie. Tolong jangan jodoh-jodohin lagi gue sama Victor. Gue capek. Bukan kodratnya. Sampein juga sama Shearen sama Noni. "

"Buat lo , Tor. Ilangin segera perasaan lo. Ini kompetisi. Bukan acara dating atau apalah itu.
Jadi tolong , gue minta tolong. Stop perasaan lo apapun , apapun ke gue. Balik pas kita belum kenal mungkin lebih baek lah"


"Nggak , Den.. aku nggak bisa."
Victor menggeleng. Ia tidak mau untuk berhenti dengan perasaanya.

"Kenapa gak bisa? Gue yang dulunya tulus aja bisa kok ngelupain perasaan gue ke lo. Masak lo yang dulu pura-pura , malah gak bisa?"

Jawaban sarkas Alden memukul telak Victor. Apa Alden berniat membalasnya?

"Den.. kamu mau bales yang soal dulu gapapa. Tapi please jangan kayak gini."
Victor mendekat ke Alden. Ia ingin meraih tangan Alden tapi Alden menepisnya.

"Nggak. Gue gak balas apapun dan siapapun. Gue cuman mau ini berhenti aja. Nggak lebih nggak kurang. Tolong kabulin permintaan gue."
Alden harus belajar melupakan Victor. Bagaimanapun caranya. Sudah bukan waktunya ia menye-menye ke Victor. Ia harus tegas.

"Den..tolong.. aku gamau kamu kayak gini. Jangan berhenti.. tolong."
Suara Victor mengiba. Membuat teman-temannya kasian. Dimana Victor yang selalu percaya diri?

"Harus berapa kali gue ngomong sih , Tor? Gue mau berhenti. Gue gak bisa. Guee....






















Gue udah gak cinta sama lo , Vic."
Ucapan Alden sudah seperti momok baginya. Kenapa tiba-tiba Aldennya tidak mencintainya?
Sekali lagi ia menatap Alden. Dan sekali lagi , tidak ada keraguan dimatanya. Malah terlihat sangat yakin akan keputusannya itu.

"Den , lo jangan ngomong gitu ah"
Machel menyaut. Kata-kata Alden menurutnya sangat jahat. Apalagi disuasana seperti ini.

"Emang niat gue gitu , Chel. Gue gamau drama-drama lagi. Sebelum terlalu jauh , mending gue stop dulu aja"

"Ini udah terlalu jauh , Den. Aku udah terlanjut cinta sama kamu ,Den. Tolong please jangan gini."
Victor meraih tangan Alden tanpa penolakan sedikitpun dari yang empunya tangan.

Alden membiarkan tangannya digenggam Victor. Ia sudah mengutarakan perasaan dan pendapatnya.

"Vic.. udah yaaa"
Alden melepas tangan Victor perlahan. Sudah cukup ia menyakiti hati Victor. Bukan bermaksud balas dendam atau apa , hanya saja ia ingin berhenti. Tidak mau berusuan lagi dengan dengan Victor.

Alden berjalan keluar ruangan itu. Perasaannya campur aduk sekarang. Cinta , rasa sakit , membuat pikirannya penuh.
Jujur ketika ia mengatakan itu , beban dimilikya agak berkurang. Sudah merasa plong.
Victor memanggil Alden berkali-kali. Tapi tak digubris sama sekali.
Mengapa harus dirinya yang menerima ini?
Ia tau ini adalah kompetisi. Tapi tidak ada salahnya kan kami salinng mencintai. Selama tidak merugikan orang lain.
Mencoba untuk tidak memikirkan orang lain , tapi malah Aldennya yang seperti overthinking.

Aku nggak akan semudah itu nuruti kata-katamu , Den.
Aku sekali cinta ya cinta , Den. Sama kamu.
Aku.. Victor Agustino .. akan tetap mencintai Jonathan Alden sampai kapanpun..
Nggak akan aku lepas lagi Alden..
Nggak akan..














Yeay update lagi wkwkw
Makasih ya yang udah baca dan  vote. Kritiik dan sarannya juga makasih.

Love u

REAL or UNREAL? ( VICTOR X ALDEN )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang