Chapter 53

1.7K 112 55
                                    

Suasana berkabung menyelimuti mereka semua. Warna putih menjadi suatu pemandangan paling mencolok untuk saat ini. Semua memakai pakaian putih , seragam. Menyampaikan rasa duka cita mereka.

Teman-teman , keluarga serta fans memenuhi ruang duka itu. Mengelilingi sosok yang paling mereka sayangi. Yang telah tertidur selamanya , dalam damai.

Senyum gigi kelincinya , wajah imutnya , tingkah randomnya , serta kebaikannya kepada teman-teman , keluarga , dan fansnya akan selalu teringat di benak mereka. Tanpa lupa sedikitpun.

Sosok ceria dan polos itu , sudah tiada lagi. Hanya kenangan yang dimiliki orang-orang tersayangnya. Bagaimana mereka bertemu , bersendagurau , bercanda , sedih , senang , sampai dititik dimana , seseorang itu telah pergi untuk selamanya.

Christopher Jonathan Alden.
Sosok itu akan selalu menjadi kenangan untuk semua orang yang ada di rumah duka itu. Terutama untuk keluarganya. Sungguh , hati mana yang sanggup melihat , anaknya , kakaknya , adiknya , tertidur damai dihadapan mereka saat ini. Terasa sakit sampai-sampai dimana mereka tidak bisa mendeskripsikan rasa sakitnya. Menangis , itulah yang bisa mereka lakukan.

"Nyoooo... bangun nakk hikss... kamu denger mama to , nyo? Hikss.. ojok ninggalin mama.. hikss.. mama pengen kamu disini nyoo.."
Mama Alden merosot disampi peti Alden. Memegang erat sisi peti milik anaknya. Siapa yang melihatnya , akan ikut teriris hatinya.

"Maaa.. udahh ma.. ntik nyo gak tenang ya maa.. relain.."
Aldy , kakak Alden memeluk mamanya. Sedih? Bukan kata itu yang menggambarkan perasaanya.
Bagaimana ia melihat mamanya tak karuan seperti ini , melihat adiknya sudah tertidur dengan damainya tanpa bisa bangun kembali?
Coba saja kalian rasakan..

Mama Alden mendorong Aldy sampai terjatuh.
"MAMA BOK SURUH NGERELANO NYO? YANG BENER KAMU , KO. HIKSS.. GILA KAMU , KO..HIKSS."

Mama Alden lepas kendali. Ia berteriak tepat didepan wajah anaknya.

"Maa.."
Aldy bergumam memanggil mamanya. Shock. Diteriaki tepat didepan wajahnya.
Mamanya kira , ia bisa merelakan adiknya? Nggak.. sama sekali. Tapi mau apa lagi? Sudah kehendak Tuhan. Sebagai manusia hanya bisa menerima.

"Maa... Aldy anak kita juga lhoo.. kamu kok gitu.. gak boleh. Aldy yo shock denger adik e gak ada. Kita sama-sama gak rela , ma. Tapi ya mau gimana.. Alden wes damai, ma. Liaten ta.. wajah e senyum lho. Udahh ya maa.. kasian Aldy. Sampe diem gitu.. Alden yo gak seneng liat mama e mbentak koko e."
Papa Alden memeluk mama Alden yang masih menangis sesenggukan. Mulai menyadari kesalahannya. Seharusnya saat ini mereka saling menguatkan , bukan malah menyalahkan.

Mama Alden melepaskan pelukan suaminya , beralih memeluk Aldy anaknya.

"Ko.."

"Hikss.. maa.. koko ya nggak relaa.. hikss.. tapi mau piye?.. mama salah ngira aku rela.. hikss. Koko wes gak punya adek , ma.. hikss.."
Aldy menangis , memukul dadanya berulang kali. Melepaskan sesaknya.

"Ko.. ko.. wes yaa.. maafno mama ya , nak.. maaf.. hiks.. maaf"
Mereka berpelukan. Saling menguatkan , memberi energi. Merelakan adik dan anaknya agar Alden bisa tenang disana.














"Chel.."

"Hmm?"

Saat ini seluruh teman Alden dari MCI , sedang berkumpul di salah satu sisi rumah duka.

"Dedek pinter yaa.."
Suara Noni sumbang , menahan tangis. Ia melihat keluarga Alden yang merasa sangat terpukul. Juga melihat dedeknya yang tidur di dalam peti itu. Sungguh hatinya tak kuat.

"Kenapa , Non?"
Machel mendekat dan memegang tangan Noni. Noni juga membalas memegang tangan Machel. Saling menguatkan.

"Kan.. katanya dia mau kita reuni ..hiks.. dengan caranya dia.. hikss.. kita semua ngumpul lho , Chel.. hiks.. pinter dedek yaa.."
Noni tersenyum meski air matanya berlomba-lomba turun dan wajah yang memerah.

REAL or UNREAL? ( VICTOR X ALDEN )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang