Guntur di hadapkan dengan situasi membingungkan. Hidup tak segan, mati juga belum siap. Pria kelahiran tiga puluh satu tahun yang lalu itu kini terluntang-lantung tidak tau arah tujuan hidupnya. Harta dan semua kekayaannya seolah tidak berguna.
Guntur Aska Bumi nama lengkapnya, menghabiskan uang dengan pesta dan liburan mewah sendiri. Pria itu berjalan menyusuri trotoar dengan menenteng jas hitamnya di tangan, meninggalkan Tesla berharga miliaran rupiah di depan cafe tempat terakhir yang ia kunjungi hari ini.
"Booking cewek enak kali ya, tapi males gerak. Capek banget gue hari ini."
Pria lajang itu masih menenteng jas hitamnya, bersandar di besi pembatas jembatan. Guntur mendongakkan kepala ke atas langit yang kelam, sebelum mendengar rintihan tangis seseorang.
Sampai Guntur bisa melihat tubuh seseorang bergelantungan di tepi jembatan sembari menangis kencang bersamaan dengan tubuhnya terlempar ke bawah air yang deras.
Guntur kaget, ia tidak tau harus melakukan apa melihat kejadian yang begitu mendadak di depan matanya.
Byur!
"Anjing! Tuh cewek bunuh diri?"
Tersadar dengan suara air di bawah sana akibat gadis berambut pendek itu, akhirnya Guntur nekat meloncat dari jembatan yang ia perkirakan lebih dari sepuluh meter. Guntur bahkan melempar jasnya dan terjun bebas tanpa pikir panjang.
Di dalam air Guntur bisa melihat bayang seorang gadis yang sengaja menceburkan dirinya ke danau dengan arus kencang dan membiarkan tubuhnya tenggelam tanpa berusaha kembali ke permukaan.
Wajahnya cantik, hanya saja Guntur bisa melihat ada banyak bercak merah di wajah gadis berambut sebahu itu, Guntur berusaha menarik pergelangan tangan gadis yang hanya memakai kaos juga celana pendek meski beberapa kali ia mendapat penolakan.
Sampai akhirnya Guntur bisa membawa gadis itu ke permukaan dengan paksa, meski sempat bertengkar di dalam air dan gadis itu selalu menendangnya menolak untuk di selamatkan.
"Kenapa lo selametin gua anjing?!"
"Kalo kamu selamat berarti kamu belum waktunya mati!"
Guntur menunjuk wajah sang gadis, matanya yang merah menahan tangis menghindari Guntur, menjauhi pria yang berniat menolongnya.Menolong? Pasha ingin mati!
Pasha Arinda, gadis yang putus sekolah sejak kelas sepuluh. Menjadikannya gadis tempramen dan tidak tau cara bertata krama. Tubuhnya yang basah membuatnya sedikit menggigil, melihat itu Guntur tidak tega.
"Saya antar pulang?"
"Gak usah sok baik!"
"Saya tau kamu gadis baik, ayo pulang! Ibu kamu nunggu di rumah."
"Jangan sok tau deh lo! Gue gak ada ibu, gua gak punya siapa-siapa."
Malam itu di tepi danau yang gelap, yang hanya diterangi lampu jalan. Guntur sadar, ada orang yang mempunyai beban masalah lebih dari yang ia punya. Gadis di hadapannya terlihat begitu rapuh meski mulutnya terlontar kata-kata tidak pantas.
"Nama kamu siapa?"
Suara Guntur melembut, ia menyodorkan tangan ke hadapan gadis berkaos hitam itu. Dengan ragu, gadis berambut sebahu akhirnya menjabat tangan Guntur, menyebutkan namanya.
"Pa-sha Arinda."
"Pasha?" Gadis itu mengangguk membuat Guntur tersenyum kecil.
"Nama kamu bagus."
"Makasih."
Gadis bernama Pasha Arinda itu menarik tangannya dari genggaman Guntur, sedikit menjauh dari posisi sebelumnya. Ia berbalik, meninggalkan Guntur yang masih menatap tangannya dimana jemari dingin Pasha bersemayam sebentar disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
GUNTUR ASKA BUMI
AléatoireNovel tersedia di shopee galeriteorikata. Guntur pernah gagal menikah. Kini, hidupnya hanya tentang kerja, pesta, dan buang-buang uang saja. Sering bepergian melakukan perjalanan bisnis tak membuat Guntur menemukan pengganti Melati, mantan tunangan...