GAB; 4

44.8K 2.8K 82
                                    

"Biar saya saja!"

Riki mengangguk lalu memilih membawakan dua koper milik bos dan gadis kecil yang Riki tidak tau apa hubungan mereka, ia hanya tersenyum kecil saat Guntur yang terkenal keras menggendong gadis itu memasuki kamar Hotel yang mereka sewa.

Penerbangan cukup memakan waktu membuat Pasha lelah hingga tertidur di mobil saat mereka turun dari pesawat. Gadis itu benar-benar membuat Guntur gemas dengan kebiasaannya yang tidur dimana saja.

"Makasih, kamu bisa pergi!"

"Baik, pak."

Setelah meletakkan dua koper itu, Riki berbalik badan meninggalkan bosnya bersama gadis cantik yang sayang memiliki kekurangan di wajahnya. Guntur meletakan Pasha di ranjang bersprei putih dengan selimut coklat diatasnya, membuka blazer anak itu dan menyimpannya sembarangan.

"Kamu kok cantik banget...,"

Guntur mencubit kecil pipi Pasha membuat tidur gadis itu terusik, jika boleh jujur saat melihat wajah Pasha yang begitu rapuh membuatnya ingin sekali merangkul gadis kecil yang hidupnya penuh penderitaan, tidak seperti gadis seusianya yang masih asik bermain.

Pria dewasa itu senyum-senyum sendiri sembari memperhatikan wajah manis Pasha yang tidur pulas bahkan saat ia mengangkatnya keluar dari mobil dan menaiki lift hingga bisa tidur di ranjang dengan nyaman.

Sumpah demi tuhan, Guntur tidak peduli dengan bercak abstrak merah yang terdapat di wajah Pasha. Ia cantik dari berbagai sisi, cukup sempurna di matanya. Tapi sayang, umurnya masih begitu kecil.

Saat Guntur mendudukkan kepala hingga hidung mereka bersentuhan, Pasha membuka mata membuat pria dewasa itu segera berdiri menjauh. Namun sebelum itu Pasha lebih dulu mencekal jemari Guntur yang terasa hangat.

"Mau kemana?"

"Keluar, kamar saya di sebelah."

"Disini aja!" Guntur mengangguk kembali duduk di samping Pasha yang tengah berbaring, mengusap helai rambut lurus yang dimiliki gadis cantik ini, membiarkan Pasha tidur kembali.

"Gue kangen ayah, Tur."

"Kangen ibu juga...,"

Guntur diam sembari mendengarkan Pasha, ia masih mengusap rambut Pasha dengan lembut. Tubuhnya yang kecil membuat dirinya ingin sekali merengkuh Pasha ke dalam pelukannya, namun ia cukup sadar takut hal itu membuat Pasha tidak nyaman dengan keberadaannya.

"Kalo gue gak bisa tidur, biasanya ibu peluk gue. Sekarang, ibu sama Ayah gue udah bener-bener ninggalin gue sendirian. Rindu paling menyakitkan itu, kangen pada orang yang sudah mati kan?"

Guntur juga pernah merasa kehilangan, ia cukup mengerti dengan keadaan Pasha saat ini. Namun, yang membuat Guntur heran adalah kemana kerabat-kerabatnya setelah kedua orang tua Pasha meninggal.

"Gue pengen dipeluk...,"

Guntur merendahkan kepala, mengecup kening Pasha singkat membuat gadis itu menutup matanya. Ia benar-benar merasa sendiri setelah terbangun pasca operasi. Hidup penyakitan dan mempunyai tanda lahir tidak lazim membuat Pasha ingin sekali mengakhiri hidup.

"Saya ada buat kamu."

Guntur mematung saat merebahkan diri di samping Pasha, apalagi saat gadis itu menyusupkan wajah ke dadanya. Ia tidak tau gadis ini sadar atau tidak sudah memeluknya, yang jelas Guntur seperti bukan pria berumur tiga puluh satu tahun yang baru saja mengenal cinta. Astaga! Ia sudah seperti perjaka saja.

"Jangan tinggalin gue...,"

"Enggak akan pernah."

Guntur mengusap punggung Pasha membiarkan gadis itu tidur di pelukannya, namun sepertinya Pasha tidak kembali tidur apalagi saat gadis itu mendongak melihat wajahnya membuat Guntur ikut menunduk, menatap kembali wajah Pasha.

GUNTUR ASKA BUMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang