GAB; 11

36.3K 2.1K 65
                                    

emang asu cowok tuh!

____

Surya yang tenggelam.

Pasha tidak tau sudah berapa lama ia tertidur setelah menangis dalam diam. Langit sudah gelap bahkan lampu kamar sudah menyala secara terotomatis membuat Pasha yakin jika di luar Guntur sudah pergi.

Namun, dugaannya salah ketika membuka pintu ia menemukan Guntur tengah duduk bersandar menekuk lutut membuat Pasha sadar ada bercak darah dan lebam biru di buku jari pria dewasa ini.

Lantas, Pasha pun mengambil kotak p3k yang tergeletak di atas laci ruang tengah dan mengobati jemari Guntur mencoba agar tidak membangunkan pria ini. Sebegitu keras Guntur meluapkan emosinya sampai tangannya berdarah.

"Sha...,"

Pasha menatap mata Guntur dalam, namun ia kembali fokus pada luka yang ada di tangan Guntur. Memberinya obat merah dan membungkusnya dengan kapas.

"Maaf." ucap Guntur lagi.

Berharap gadis yang duduk bersila di depannya ini membalas ucapannya. Namun, Pasha justru menundukkan kepala menahan air matanya yang kembali terjatuh membasahi pipinya.

"Gak apa-apa."

"Tapi, Sha...,"

Pasha menyuruh agar Guntur diam. Beberapa detik di antara mereka hanya ada kesunyian, terdengar suara angin dari AC hingga saat Pasha hendak berdiri Guntur segera menahan kepergiannya membuat gadis delapan belas tahun itu terduduk di pangkuannya.

"Apaan sih? Awas!"

"Melati itu bukan siapa-siapa."

"Iya terserah!" Pasha menyingkirkan tangan Guntur dari pinggangnya, berdiri menjauhi pria dewasa itu dan berjalan ke sofa. Dimana tempat mereka bersenda gurau tadi pagi.

"Kamu marah ya?"

Guntur mengikuti langkah Pasha, ia menarik tangan gadis kecil itu agar berdiri menghadapnya. Namun, Rinjani menepis tangan Guntur kita ia menggapai bahunya.

"Aw!" desis Guntur saat tangannya yang terluka terkena tamparan kecil dari Pasha. Gadis itu hanya menatapnya datar membuat Guntur menurunkan bahu lemas.

Ternyata Pasha kalo marah jadi bodoamat-an, tidak peduli, dan membuat Guntur semakin merasa bersalah. Sumpah demi apapun, ia tidak ada niat untuk menyinggung perasaan Pasha.

"Sha, aku bisa jelasin Mel...,"

"Gue mau pulang!"

Pasha segera beranjak dari sofa, melihat itu Guntur hanya bisa mengangguk tanpa berkata apa-apa. Ia mengikuti langkah Pasha keluar, mungkin gadis di depannya ini masih tidak ingin mendengar penjelasannya.

Keluar dari pintu masuk, Sigit melihat bos-nya mengejar gadis kecil itu. Ia sampai menggelengkan kepala karena bisa-bisanya Guntur kalah dengan seorang gadis. Bukannya setiap Guntur berhubungan, ia akan memegang kendali pada pacarnya sendiri.

Sepanjang perjalanan hanya ada kesunyian diantara mereka, hanya terdengar klakson motor dan mobil bersahutan. Guntur melirik Pasha yang memilin jemarinya sembari menundukkan kepala, wajahnya masih datar enggan menatapnya kembali.

GUNTUR ASKA BUMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang