GAB; 33 -AKHIR?

27.7K 1.7K 33
                                    

Suka kebawa ke real life kalo sedih-sedih gini😖

Maaf ya kalo tidak menyentuh🙏

______

”PANGGIL AMBULANCE CEPET!”

Guntur melakukan pertolongan pertama hingga Pasha terbatuk membuat pria itu seketika lega. Namun, gadisnya masih belum membuka mata. Tubuhnya dingin dengan jemarinya keriput, bibir membiru dan menggigil.

Ia tidak peduli dengan bajunya basah, bahkan Guntur tidak perduli apa kata anak buahnya karena mengeluarkan air matanya menangisi keadaan Pasha. Ia mengangkat tubuh Pasha ke dalam gendongannya, berjalan terburu-buru. Sial. Air matanya terus mengalir.

”Jangan tinggalin bang Guntur, sha.”

Guntur terus menggenggam tangan Pasha ketika Ambulance datang dan membawa mereka ke rumah sakit. Di depannya Riki membawa mobil membelah jalanan agar ambulance yang membawa gadis kesayangan bosnya tidak ikut terjebak macet.

Kelima belas bodyguard yang Guntur kerahkan memang berhasil menahan Pasha agar tidak keluar rumah, tapi tidak dengan menahan Pasha untuk mengakhiri hidup dengan menenggelamkan diri di bath tub kamar mandi.

Susi masih menangis ketika melihat Ambulance dan mobil yang Riki kendarai menjauhi rumah. Di ikuti mobil-mobil berisi bodyguard menyusul ke rumah sakit. Tarmo, dan satu satpam lainnya tidak menyangka dengan Pasha yang ia kenal ceria nekat ingin bunuh diri.

Beberapa saat sebelumnya, Susi masuk ke kamar Pasha hendak membereskan kamar gadis cantik itu. Namun, suara musik yang keras sempat mengganggu pendengarannya ketika memanggil nama Pasha berkali-kali hingga ia menempelkan telinga ke pintu.

Pasha menangis tersedu di balik pintu kamar mandi, merapalkan kalimat yang Susi tidak dengar jelas. Ketika musik ia hentikan, suara tangisan pun berhenti berganti dengan suara air yang mengalir deras. Perasaan Susi tidak enak dan mengetuk pintu beberapa kali tapi tidak ada respon sama sekali dari gadis cantik di dalamnya.

Menaruh curiga, Susi segera berlari memanggil pria-pria berbadan besar yang berjaga di luar.

”Jangan tinggalin aku, sha.”

Sesampainya di rumah sakit, Pasha segera di bawa ke unit gawat darurat mendapat penanganan lebih lanjut. Guntur meninju dinding rumah sakit melampiaskan amarahnya pada dirinya sendiri. Harusnya ia tidak meninggalkan Pasha sendirian, harusnya ia membiarkan Riki saja mengurus Yuni dan Sofia. ”Argh....”

”Pak Guntur.” Riki melihat atasannya berjongkok dengan menundukkan kepala, ia sungkan meski hanya untuk mengusap bahu menenangkan bosnya ini.

”Hancur hidup saya, Rik.”

”Tenang pak, gadis bapak pasti baik-baik aja.”

Riki tidak pernah melihat Guntur seperti ini. Pria yang lebih tua dua tahun darinya itu menangis menundukkan kepala. Ia tau karena Guntur sesekali mengusap mata.

”Telepon Mommy saya, Rik!”

”Baik, pak.”

Guntur masih duduk diam, ia meremas kepalanya. Bodoh! Harusnya ia tidak pergi tadi pagi. Kini, hanya tinggal penyesalan. Melihat wajah cantik Pasha pucat nafasnya seketika berhenti, melihat seluruh tubuhnya terendam air tidak bisa hilang begitu saja dari kepala.

GUNTUR ASKA BUMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang