Guntur merentangkan kedua tangan ketika melihat Pasha berlari kecil ke arahnya. Tapi gadis kecil itu tidak menerima pelukan Guntur dan lebih memilih merangkul tangannya saja membuat pria itu sempat cemberut.
”Hati-hati ya pak Guntur, Pasha, have fun ya!”
”Makasih ya bu Sofia.”
Wanita kisaran umuran dua puluh lima tahun itu hanya mengangguk dan menatap Guntur dan Pasha menjauh. Ia berbalik sembari menjulingkan kedua mata ke atas dan kembali meja kerjanya. Pupus sudah harapannya ingin memiliki Guntur yang ia kira duda kaya raya.
Sementara Guntur dan gadis kecilnya kini sudah berada di dalam mobil dengan Riki yang mengemudi. Guntur sudah menanggalkan jas hitamnya dan menyisakan kemeja warna putih dan celana bahannya yang di setrika licin. ”Enak gak?”
Pasha mengangguk ketika Guntur bertanya, ia baru saja memakan sesuap roti hangat yang di belikan pria dewasa itu untuknya. Pasha mengulurkan tangan hendak menyuapi Guntur dan pria di sampingnya ini menerima dengan suka cita, Pasha tersenyum ketika Guntur mengusap rambutnya lembut.
”Udah punya temen baru?” tanya Guntur.
”Udah dong.”
”Siapa tuh?”
”Yuni, Nisa, Rika, sama Katrin. Oh iya, Yuni itu ternyata adeknya bu Sofia tau bang.”
”Oh ya?”
Guntur menaikkan sebelah alis dan Pasha mengangguk menyakinkan. Gadis kecil melanjutkan makan dan tidak menimpali obrolan mereka lagi. Hingga mereka akhirnya sampai di Bandara internasional Soekarno-Hatta. Riki ikut turun dan menurunkan satu koper untuk keperluan sang bos dan juga kekasihnya.
Sebenarnya perjalanan mereka cukup tertunda karena Guntur dan Riki harus pulang dulu, ada sesuatu hal yang Guntur lupa selain membawa keperluan mereka berdua.
”Hati-hati pak Guntur, nona Pasha.”
”Makasih ya, Rik.”
”Sama-sama pak.”
Riki mengangguk sopan dan melihat keduanya berjalan masuk. Guntur menunggu Pasha di depan toilet karena gadis itu berganti pakaian lebih dulu, hingga beberapa saat kemudian Pasha menghampirinya dan sudah berganti memakai one set dan tetap memakai sneaker.
”Gak lama banget kan?” tanya Pasha dan Guntur menggelengkan kepala. Keduanya berjalan beriringan hingga kini mereka sudah berada di dalam pesawat. Padahal ini bukan pertama kali Pasha terbang tapi gadis itu selalu terlihat antusias dan berhasil membuat Guntur tersenyum sembari mengusap rambut Pasha lembut.
”Emang bang Guntur temenan sama Reno dari kapan?”
”Dari SMA.”
”Oalah, seumuran ya berarti.”
”Betul banget, seratus buat kamu.”
”Ko bang Guntur belom nikah?”
”Kan nunggu kamu.”
”Oalah.”
”Oalah-oalah mulu!”
Pasha tertawa mendengar Guntur mendengus dan menghalang tangan pria dewasa itu agar tidak menggapai tubuhnya untuk Guntur peluk karena gemas. Keduanya menikmati perjalanan hingga Pasha sempat menutup mata. ”Kamu tidur?”
”Nggak, tutup mata doang.”
”Cape ya di sekolah?” Guntur menyelipkan anak rambut Pasha ke belakang telinga. Gadis kecil itu membuka mata dan menegakkan duduknya menatap mata Guntur membuat pria dewasa itu menaikkan sebelah alisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GUNTUR ASKA BUMI
RandomNovel tersedia di shopee galeriteorikata. Guntur pernah gagal menikah. Kini, hidupnya hanya tentang kerja, pesta, dan buang-buang uang saja. Sering bepergian melakukan perjalanan bisnis tak membuat Guntur menemukan pengganti Melati, mantan tunangan...