GAB; 1

60.1K 3.6K 77
                                    

Suara tawa yang menggema membuat gadis yang tengah tidur di bawah selimut dengan nyaman harus terbangun karena merasa terganggu, ia baru sadar jika sedang tidur di rumah orang yang ia kenal semalam.

Pasha Arinda, gadis yang berniat bunuh diri berakhir di rumah mewah milik Guntur. Pasha keluar dari kamar, mencari sumber suara dimana suara tawa itu berada.

"Guntur...,"

Empat orang dalam ruangan itu seketika menoleh pada gadis yang berdiri tepat di dekat guci besar, lantas Guntur melambaikan tangan menyuruh agar Pasha mendekat. Namun, Pasha justru berbalik meninggalkan keempat pria dewasa disana.

"Haduh, anak kecil."

"Apa yang mau di pegang, tipis begitu."

"Udah-udah sana pulang, gua mau pergi!" Guntur menyudahi obrolan meraka yang sama sekali tidak ada gunanya. Tiga pria itu berdecak sebelum meninggalkan rumah Guntur yang terbilang sangat besar ini.

Guntur menghampiri Pasha, gadis berambut sebahu yang ia selamatkan semalam kini terduduk di tempat tidur dengan sorot mata sayu. Hingga tiga kata baru saja keluar dari mulutnya...,

"Gua mau pulang."

"Saya antar." Ujar Guntur ikut duduk di sebelah gadis yang ia perkirakan berumur belasan ini, namun Pasha lebih dulu menjauh, menjaga jarak dengan pria tampan di sampingnya.

Pasha akui, Guntur memang visual yang sempurna. Tampan, tinggi, badan sedikit berisi dan tentu saja mapan. Apalagi tampilan pria itu terlihat menonjol sekali, memakai brand terkenal yang sering ia lihat di internet.

"Gua bisa pulang sendiri...,"

"Rumah kamu dimana?"

"Lo gak perlu tau. Cukup biarin gua pergi sendiri apa susahnya sih?"

Guntur diam, ia harus sabar menghadapi gadis kecil di sampingnya ini. Ia hanya mengangguk, memberi kode agar Pasha mengikutinya keluar.

"Kamu gak mau mandi dulu? Baru bangun kan...,"

"Nggak, gua maunya pergi."

Guntur diam lagi, ia merasa Pasha adalah sosok gadis baik. Hanya saja permasalahan yang berat membuat gadis ini menjadi tidak sabaran, berbicara dengan nada tinggi dan judes, istilahnya senggol bacok.

"Tetap saya antar."

"Gue bisa sendiri Guntur...,"

"Dan saya gak bisa lepasin kamu gitu aja, kamu bisa bunuh diri lagi kalo saya biarin kamu pergi sendiri."

"Lo bukan siapa-siapa gua, gak usah perduli!" Guntur hanya perlu diam, ia tidak membalas ucapan Pasha lagi. Perdebatan mereka seolah tidak akan berakhir jika ia terus ikut menentang agar Pasha tidak pulang sendiri.

"Tapi saya bakal tetap antar kamu, pake sendalnya...,"

Guntur meletakan sendal jepit warna gradasi di depan kaki Pasha, gadis itu terlihat diam saja hingga akhirnya memakai sendal itu, mengikuti Guntur keluar dari rumah.

"Kamu suka sama rumah saya?"

Pasha hanya mengedikkan bahu saat Guntur menyadari jika ia tengah mengamati ruangan yang ia lewati hingga mereka sampai dimana mobil Guntur berjejer rapi. Pasha kaget bukan main, tapi ia cukup pandai menutupi rasa itu dengan memasang wajah datar.

"Rumahnya gede, tapi sepi."

Guntur terkekeh kecil, ia sedikit melirik Pasha yang berdiri di sampingnya, lalu menyuruh gadis itu agar masuk ke mobil.

GUNTUR ASKA BUMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang