GAB; 5

46.1K 2.8K 71
                                    

"Sayang?"

Guntur mengangguk menjawab wajah kebingungan dari seorang Pasha. Gadis kecil yang sekarang tinggal bersamanya, Pasha mengalihkan pandangannya lagi ke luar tidak mengerti dengan Guntur.

"Kecepetan ya?"

"Jadi lo bela-belain ajak gue kesini karena lo sayang sama gue?...,"

"Iya."

"Tapi lo gak terima dengan keadaan gue yang kayak gini? Lo pengen gue cantik, lo pengen gue sempurna? Iya!"

"Nggak gitu, Sha!"

"Turunin gue!"

"Gak akan."

"Turunin gue anjing!"

Pasha berontak, di dunia ini memang tidak ada manusia yang sayang dengan tulus padanya. Guntur terpaksa memberhentikan mobil dan menenangkan gadis yang sudah menangis ini. Pria itu benar-benar penasaran dengan psikis Pasha.

"Sha, kamu dengerin saya dulu."

"Dengerin apa hah?!"

"Saya sayang sama kamu, saya suka kepribadian kamu. Saya hanya ingin mengembalikan apa yang seharusnya kamu punya, jangan buat saya merasa bersalah dengan opini yang ada di kepala kamu, Sha."

"Suka lo kecepetan, gue gak percaya!"

"Sumpah demi Tuhan, saya tidak pernah merasa suka sama orang secepat ini!"

"Gak usah bawa-bawa Tuhan, gue gak punya keyakinan!"

Guntur menarik tubuh rapuh Pasha ke dalam pelukannya, mengusap punggung gadis kecil yang pura-pura tegar menjalani hidup. Pria itu menangkup wajah Pasha, mengusap sisa-sisa air mata yang tumpah disana.

Cup.

"Tur...,"

"Kamu cuma perlu cintai saya, itu saja."

Guntur tersenyum menarik Pasha ke dalam dekapannya lagi, mengusap punggung perempuan yang kini sudah jadi gadisnya. Punggung Pasha masih terasa bergetar, mungkin efek kecupan yang ia beri di bibirnya.

"Aku gak akan pernah ninggalin kamu," ujar Guntur kemudian, mengacak rambut Pasha membuat gadis itu tersenyum malu.

"G-ue belom sayang sama lo," ucap Pasha dan Guntur terkekeh, ia menjalankan mobilnya kembali. Guntur melirik Pasha sekilas, tersenyum lebar.

"Gak masalah, kan belum bukan nggak."

"Kalo sampe nanti gak sayang?...,"

"Gak mungkin," Guntur tersenyum miring hingga akhirnya mereka sampai di sebuah cafe yang menyajikan makanan lezat favorit warga sana yang di dominasi didatangi para remaja, Guntur membawa Pasha duduk di salah satu meja dan memanggil pelayan.

"Hape kamu dibawa?"

"Nggak," Pasha menunduk, memilin jemarinya sendiri yang ia letakan di meja. Ia tidak mau melirik Guntur yang kini duduk di hadapannya, apalagi melihat bibir pria yang sudah mengecupnya tadi.

"Kamu kenapa nunduk? Coba liat aku!"

"Kenapa?" Tanya Pasha menatap kedua mata Guntur yang terlihat tajam dan sayu dalam waktu yang bersamaan, matanya yang sedikit cekung ke dalam membuatnya terlihat dewasa dan manly.

"Kamu yang kenapa?"

"N-ggak," jawab Pasha singkat, akhirnya pesanan mereka datang juga. Ia tidak perlu berbohong jika jantungnya tidak terkondisi saat di mobil tadi. Pasha memang gila sudah membiarkan pria itu menyentuhnya.

Saat Pasha diam menikmati makan, Guntur berpindah tempat, duduk di samping gadis yang memiliki tubuh yang hanya setinggi bawah dadanya saja. Pasha melirik Guntur tajam dan kembali pada aktifitasnya. Memakan satu porsi yaki udon dengan daging di atasnya.

GUNTUR ASKA BUMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang