GAB; 38 -Malam pengantin

37.4K 1.4K 26
                                    

Enjoy.
_______

Seorang gadis menggeliat di bawah selimut, ia merenggangkan ototnya. ”Ko bangun?”

Pasha membuka matanya ketika merasa seseorang mencium pipinya hingga basah. ”Jam berapa?”

”Jam 2.”

Guntur meletakkan gelas kopinya di meja dan kembali duduk di kursi. Pria itu mengotak-atik laptopnya, memperhatikan kurva yang sama sekali tidak Pasha pahami. ”Lagi ngapain?” tanya Pasha.

Guntur tersenyum sebelum menjawab. ”Bentar lagi ya.”

”Kerjaan ya?”

Guntur mengangguk. ”Iya, Yang.”

Pasha beranjak ke kamar mandi, namun sebelumnya ia sempat mengecup sebelah pipi Guntur membuat pria itu tersenyum menatap gadis kecilnya masuk. Pasha mencuci wajahnya, saking lelahnya ia sampai lupa belum memakai rangkaian perawatan wajahnya.

Ia menatap wajahnya dalam pantulan cermin, mendadak jantungnya bertalu-talu. Perasaan berdebar menyelimutinya, ia melihat penampilan saat ini. Hotpants dan kaos oversize. Pasha teringat dengan baju yang sempat Arianna berikan padanya.

Kenapa Guntur belum meminta hak nya?

Melangkahkan kakinya keluar, Pasha mencari baju itu.

”Nyari apa sayang?”

Pasha menggelengkan kepala. ”Nggak ko.”

Kembali masuk ke kamar mandi dan mengganti bajunya. Pasha sempat ragu, ini seksi sekali. Pasha sampai malu untuk keluar dari kamar mandi, darimana Arianna mendapat baju seksi ini. Ah, apakah masih bisa di sebut baju dengan bahan tipis dan menerawang.

Tok! Tok!

”Sha, ada masalah? Ko lama banget.”

”Iya bentar!”

Guntur sebenarnya tidak bisa tidur dan menyibukkan diri dengan pekerjaannya. ”Kenapa lama ba...,”

Pasha mengigit bibir bawahnya melihat respon Guntur yang mematung. Ia memperhatikan tubuh Pasha dari kaki sampai kepala seolah menelanjanginya. Tidak lagi bisa menahan semuanya, Guntur menarik pinggang Pasha menggendongnya dan membawa gadisnya ke ranjang. ”Dapet baju gini dari siapa?”

Dengan jahil ia menurunkan tali tipis itu dan mencium bahunya. Mati-matian Pasha menahan suaranya.

”D-ari Mommy.”

”Aku harus makasih sama Mommy.”

Pasha menyentuh rahang Guntur, beberapa detik mereka bertatapan. Kecupan-kecupan singkat berubah jadi lumatan, Pasha melingkarkan tangannya ke seputaran leher Guntur sesekali meremas rambutnya. Ciuman Guntur turun ke leher, sesekali mengigit kecil menciptakan guratan merah di sepanjang leher.

”Ahh...,”

Pasha mengutuk dirinya sendiri karena tak sengaja meloloskan suara menjijikan dari mulutnya. Ia sampai menutup mulutnya dengan telapak tangannya sendiri.

Guntur menarik tangan itu. ”Gak usah malu sayang.”

Keringat Pasha sudah mengucur, padahal ini belum apa-apa. Guntur mengecup keningnya, mengusap keringat yang membasahi walaupun AC menyala sedari tadi. ”Aku bisa berhenti kalo kamu belum siap.”

GUNTUR ASKA BUMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang