GAB; 39

29.9K 1.4K 13
                                    

Beberapa part lagi ending.

______

Menahan rasa canggung, Pasha keluar dari kamar mandi mendapati Guntur duduk di ranjang dengan ponselnya. Ia malu sekali karena sekarang hanya memakai handuk saja. Pura-pura tak melihat keberadaan Guntur, Pasha pun masuk ke walk in closet di kamarnya.

Guntur tersenyum geli. ”Lucu banget itu anak.”

Saat sedang berusaha memasang resleting, Pasha harus kaget karena Guntur memeluknya dari belakang.

”Kaget tau!”

”Sini aku bantuin.”

Guntur memasang resleting di dress bunga-bunga tanpa lengan berbahan katun yang Pasha pakai. ”Makasih.”

”Makan yuk, aku udah laper banget.”

Pasha mulai berani menatap matanya. ”Kenapa gak makan duluan?”

”Nunggu kamu bangun.”

Pasha menoleh ke balkon kamar, suara teriakan anak-anak mendominasi rumah ini. ”Lagi pada renang, kamu ke ganggu ya tidurnya sayang?”

”Nggak ko, bang Guntur bangun kenapa gak bangunin aku juga. Malu tau, udah siang begini aku baru bangun.”

”Mommy paham ko.”

”Iya sih, tetep aja malu. Bukannya bangunin!”

”Ko marah sih, dah ah mending kita makan.”

”Aku gak marah, aku cuma kesel.”

Cup.

”Iya-iya sayang.”

Pasha mengelap keningnya yang basah, cara mengecup Guntur memang agak-agak. Ia mengikuti langkah suaminya itu masuk lift dan turun ke bawah. Sebenarnya Pasha ingin kamar mereka di bawah saja, tapi Guntur tidak ingin. Katanya di atas lebih enak pake nongkrong di balkon. Cuma ya, Pasha pegal kakinya. Naik lift masih takut sedangkan naik tangga pegal.

Ngeluh aja terus, sha.

Pekiknya dalam hati, ia perlu banyak-banyak bersyukur tinggal di rumah yang lebih pantas di sebut istana ini. Entah mengapa interiornya mengingatkan pada satu film barat, seperti mansion-mansion di luar negeri.

”Ini di meja banyak banget, siapa yang masak?”

Guntur mengedikan bahu. ”Aku juga gak tau.”

”Tambah malu deh, masa aku yang tuan rumah tinggal menikmati masakan orang.” ujar Pasha.

”Apaan sih, paling mamah juga order.”

”Dia kan gak bisa masak!” ucap Guntur lagi.

”Masa sih?” tanya Pasha tidak percaya.

”Iya, Yang. Tanya gih sama orangnya.”

”Nggaklah!” Pasha mengambil minum untuk mereka berdua, ia merasa tidak nyaman di area intimnya. Guntur benar-benar menghajarnya rupanya tadi malam. Masih berasa dan ngilu sekali. ”Kenapa, Yang?”

GUNTUR ASKA BUMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang