"Guntur!"
"Kenapa sayang hm?"
Guntur turun dari tangga sembari menenteng jas hitam ditangan, sudah dua Minggu setelah Pasha mengikuti prosedur menghilangkan tanda lahir di wajahnya membuat mereka memutuskan kembali ke tanah air setelah Pasha terpuaskan dengan menonton konser boyband Seventeen di Seoul sebelum pulang.
"Susunya abis...,"
"Ya ampun, kirain apaan."
Guntur mengusap rambut Pasha dengan lembut, mengecup pelipisnya. Sementara gadis itu segera menepis tangan Guntur membuat pria itu terkekeh sebelum mengeluarkan ponsel dari balik saku.
"Apaan sih cium-cium!"
"Udah aku pesen, biar satpam yang terima. Kamu jangan keluar!"
"Oh iya sayang, hari ini aku terbang ke Singapura. Pulangnya nanti malem, gak papa ya aku tinggal?"
Pasha hanya meliriknya sekilas, mengedikkan bahu dan menyingkirkan tangan besar milik Guntur dari bahunya. Ia menenggak susu pisang terakhir yang Guntur beli banyak sebagai oleh-oleh.
"Kok gitu, aku beliin oleh-oleh ya?"
"Gak usah!"
"Coklat Singapura gak mau?" Guntur mengusap lagi rambut Pasha, mengacaknya tidak beraturan. Pasha memang tidak suka dengan coklat batangan seperti yang Guntur tawarkan. Dia kan type gadis yang suka dengan coklat sebagai isian saja.
"Gak mau! Kok lu maksa sih?!"
"Yaudah deh," Guntur mencium pipi Pasha membuat gadis itu mengusap bekas basah dan berdecak pelan. Setelah tinggal bersama Guntur, ia bisa tau jika pria dewasa yang duduk di lengan sofa sebelahnya ini sering bepergian jauh.
"Aku punya sesuatu buat kamu," pria yang sudah rapi dengan setelan jas itu kini mengambil sesuatu di balik saku celana licinnya. Mengeluarkan kalung dengan liontin huruf inisial bahasa Hangul yang ia beli diam-diam untuk Pasha.
"Bagus, buat siapa?"
Guntur tidak menjawab lagi, ia memakaikan kalung itu ke leher Pasha. Bukannya sudah jelas ia bilang kalung itu untuknya, kenapa harus bertanya lagi.
"Buat gue?"
Guntur mengangguk, terakhir ia mengecup pelipis Pasha, mencubit pelan pipi gadis kecilnya ini. Ia sungguh gemas pada Pasha, ia tidak akan membiarkan gadis ini melakukan hal bodoh lagi untuk ketiga kalinya.
Pukul delapan seperti ini, Pasha belum juga mandi. Perlahan Guntur tau bagaimana Pasha yang tidak suka di paksa jika urusan mandi. Katanya, untuk apa terburu-buru jika tidak kemana-mana.
Iya juga sih.
"Makasih...,"
Pria dewasa itu sengaja tidak memberitahu jika huruf Hangul itu adalah inisial hurufnya, karena Guntur yakin gadisnya tidak akan memakainya jika tau. Wajah cantik Pasha kini lebih bersinar karena sekarang tidak ada lagi bercak abstrak merah di wajahnya, terlihat begitu sempurna dimatanya.
"Sekarang anter aku ke depan ya, aku kan mau pergi."
Guntur memakai jas hitamnya, penampilannya terlihat begitu rapi dan membuat pria itu tampan berkali-kali lipat, apalagi sepatunya yang mengkilap.
"Pulang jam berapa?"
Pria itu tersenyum, akhirnya pertanyaan yang ia tunggu-tunggu keluar juga dari mulut Pasha. Terdengar menggemaskan karena gadisnya ini terlihat begitu tidak peduli saat ia akan terbang seperti ini.
"Hmm, gak tau."
"Bodoamat!"
Pasha menyingkirkan tangan besar milik Guntur dari bahunya, ia sudah merendahkan rasa gengsinya untuk bertanya karena penasaran. Sementara Guntur tertawa, mengecup pipi Pasha dengan gemas. Ia sampai tidak sadar jika dua satpam yang berjaga di depan rumah sempat memalingkan wajah saat melihat adegan romantis sepagi ini.
Audi R8 berwarna putih bertengger manis di depan rumah siap menjemput tuan Guntur Aska Bumi di kediamannya. Pasha menunjuk mobil itu dengan dagunya, menyuruh pria di sampingnya ini cepat masuk.
"Udah sono!"
"Gak salam tempel?"
"Gak!"
"Yaudah deh. Dadah sayang," Pria dengan setelan jas hitam itu masuk ke dalam mobil. Namun sebelum pintu belakang tertutup, Pasha menahannya. Gadis itu membungkuk, mencium bibir Guntur singkat dan berbisik pelan.
"Hati-hati Abang!"
Lalu, secepat kilat Pasha berjalan cepat ke dalam rumah. Sementara Guntur meraba bibirnya, meski singkat tapi tak urung membuatnya tersenyum kecil hingga...,
"Jalan sekarang pak?"
Guntur melirik supir dan Riki yang duduk di depan, pria itu mengangguk lalu mobil pun meninggalkan kediaman mewah Guntur. Pasha memukul kepalanya bersandar di belakang pintu, bodoh sekali sudah berani mencium Guntur.
Apa Pasha perlahan sudah mencintainya? Menyukai gadis sekecil Pasha membuat Guntur harus ekstra sabar, karena ia paham betul bagaimana ego dan gengsi yang dimiliki remaja seperti gadisnya.
"Akh, bego! bego! Lu emang bego, Sha!"
Apa kata pria itu nanti? Dasar murahan! Sudah hidup numpang, ngelunjak lagi! Pasha memaki dirinya sendiri. Rupanya ia sudah gila!
Untuk menghilangkan pikirannya yang masih berbayang bagaimana kecupan tadi, akhirnya Pasha memutuskan untuk menonton film. Namun, tetap saja tidak bisa menghilangkan bayangan Guntur di pikirannya.
Hingga detik selanjutnya, ia mendengar bel rumah berbunyi. Pasha berdecak, terpaksa bangkit dari duduknya dan membuka pintu. Namun, rasa kesalnya mendadak menguap setelah melihat salah satu satpam rumah yang datang.
"Kiriman dari bapak datang, saya mau taro di dalam. Izin mondar-mandir ya, Non."
Dahi Pasha mengerut, seolah menjawab kebingungannya, satpam itu menyingkir dari hadapan Pasha. Memperlihatkan mobil box warna putih yang terparkir di depan rumah dengan dua orang berseragam ekspedisi yang membongkar muatan di dalamnya.
"Kiriman apa?"
"Susu Korea...,"
Pasha tidak mengerti dengan 'izin mondar-mandir' yang satpam tadi katakan. Selanjutnya ia menghampiri dua orang pemuda itu dan bertanya mengenai apa yang mereka kirim.
"...,tapi ini benar kediaman bapak Guntur Aska Bumi?"
"Y-a bener sih,"
Pasha melihat susu pisang yang bertumpuk banyak, Guntur memang gila! Dua satpam dan dua orang yang mengantar pesanan Guntur mengangkat semua susu itu ke dalam rumah. Sungguh, ia tidak mengerti dengan jalan pikiran Guntur. Astaga!
"Tapi ini udah di bayar?"
"Sudah, kak."
Pemuda yang memakai topi merah itu tersenyum ramah menjawab pertanyaan dari Pasha. Gadis di depannya ini terlihat begitu cantik, mulus tanpa cacat sedikitpun. Pasha melirik dua satpam yang bekerja pada Guntur. Pasha terlihat bingung, untuk apa membeli susu sebanyak ini.
"Totalnya sebanyak tiga juta, dibayar transfer sebelum barang di kirim, kak."
Pasha hanya mengangguk. Sudah dibuat gemetar karena bisa-bisanya mencium bibir Guntur seberani itu dan sekarang ia harus pusing karena tingkah Guntur yang terlalu peka.
"M-akasih ya...,"
_____
Aku tulis ulang, padahal sebelumnya berasa baper bgt.
KAMU SEDANG MEMBACA
GUNTUR ASKA BUMI
RandomNovel tersedia di shopee galeriteorikata. Guntur pernah gagal menikah. Kini, hidupnya hanya tentang kerja, pesta, dan buang-buang uang saja. Sering bepergian melakukan perjalanan bisnis tak membuat Guntur menemukan pengganti Melati, mantan tunangan...