GAB; 43

25.9K 1.2K 3
                                    

”Sekarang apa?”

Pasha mengedikan bahu ketika Guntur bertanya, ia baru keluar dari kamar mandi, ”Udah gak mual?”

”Udah nggak,” jawab Guntur.

”Aneh tau, aku yang hamil kenapa abang yang mual ya?”

Guntur memakai baju yang sudah di siapkan Pasha di ranjang, setelah selesai ia menggapai ponselnya yang tergeletak di nakas, ”Nih, liat deh.”

Pasha ikut duduk di ranjang, ia melihat hasil pencarian di ponsel suaminya ini. Beberapa fakta menyebutkan jika istri hamil dan yang suami yang mengalami morning sicknees memang benar adanya dan bisa di jelaskan secara medis, ”Udah nggak aneh, ini terjawab.”

”terus sekarang jadi keluar?”

”Jadi dong,”

Guntur menyambar kunci mobil dan dompetnya, ia merangkul bahu Pasha dan keluar dari kamar.

”Terus kita ngapain kesini?” tanya Pasha saat Guntur membawanya ke Garage, dimana mobil-mobil koleksi Guntur ada disana, ”Aku lagi pengen bawa ini.”

Lamborghini Gallardo.

”Tiba-tiba pengen, ayo sayang!”

Tapi, Pasha tidak bergeming dari tempatnya.

”Sha, kenapa?”

”Ha, nggak apa-apa.”

Pasha masuk ke dalam setelah di bukakan pintu oleh Guntur, padahal mereka hanya akan makan malam berdua di restoran, baju yang mereka pakai juga casual karena memang tidak akan bertemu dengan siapa-siapa.

Mobil yang tengah Guntur kendarai ini jelas sekali harganya tak main-main, Pasha belum pernah melihat mobil ini di jalanan meski ia sudah lama tinggal di Jakarta, mimpi apa ia bisa menaiki mobil mewah yang notabenenya milik suaminya sendiri.

”Mobil lama, jarang aku pake.” ujar Guntur.

”Masa? Gak percaya,”

Guntur terkekeh, menggapai tangan Pasha dan membawanya ke atas paha, ”Serius, baru dua kali di pake kalo gak salah, pertama pas baru dateng, terus yang kedua...,”

Guntur menoleh ke arah Pasha ketika mereka berhenti di lampu merah, Pasha menunggu ucapan Guntur yang menggantung, ”Yang kedua apa?”

Ia menggaruk kepala belakangnya, ”Gak jadi, Yang.”

”Melati pernah duduk disini ya?” tebak Pasha.

”Nggak ko,”

”Boong, pasti iya mangkanya tadi tiba-tiba diem.”

Pasha menarik tangannya dari genggaman Guntur, kemudian melipat kedua tangannya di depan dada. Melihat respon Pasha seperti itu, Guntur ikut diam. Senjata makan tuan, padahal ia hanya ingin bercerita tentang riwayat mobil yang tengah ia kemudikan ini.

”Kamu mau makan apa?” Guntur mengusap rambut Pasha dengan lembut, tiga hari sudah ia merepotkan istrinya di rumah karena terus merasa mual padahal Pasha lah yang tengah hamil, istrinya itu juga tidak merasa ngidam atau ada hal yang ingin ia lakukan.

”Apa aja,” jawab Pasha ketus.

”Aku ada resto favorit mau?” tanya Guntur lagi.

Pasha mengedikan bahu, ”Terserah.”

Guntur menggaruk belakang kepalanya lagi yang tak terasa gatal, Pasha yang tadi mengalihkan pandangan keluar sekarang sibuk bermain ponsel tanpa memperdulikan Guntur yang sesekali menoleh ke arahnya, ”Iya deh ngaku, ini mobil pernah aku bawa pas ngedate sama Melati,”

GUNTUR ASKA BUMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang