GAB; 22

26.6K 1.6K 15
                                    

Cup.

”Pagi.”

Guntur mengecup pelipis Pasha dan menaruh jas nya di sandaran kursi. Keduanya sudah siap berangkat dan tengah sarapan di dapur, menikmati nasi goreng buatan Susi, ibu paru baya yang masih gesit bekerja. Rambutnya bahkan sudah di penuhi uban, sampai sebelumnya Guntur ragu untuk memperkerjakan ibu itu di rumah.

”Langsung ke bandara?”

”Nanti, setelah jam makan siang.”

”Masih gak mau ikut?” tanya Guntur, ia menerima air putih dari Susi. Sementara Pasha menerima jus buah yang akhir-akhir ini jadi menu ia tiap sarapan, maklum Pasha tengah menjalani program penambahan berat badan.

”Nggak.”

”Di ajak jalan-jalan ogah.”

”Bukan ogah, kan sekolah.”

Pasha menjawab sembari tertawa, ia memasukan dua botol susu pisang ke dalam tas. Sementara Guntur masih menghabiskan roti tanpa selai. Pria dewasa itu menenggak air putih sampai habis dan beranjak.

”Yuk!”

Guntur merangkul bahu Pasha dan gadis cantik itu membalas dengan merangkul pinggang Guntur. Keduanya keluar meninggalkan Susi yang tersenyum hangat menatap dua majikannya pergi. Tiga Minggu sudah ia bekerja disini, ia sudah merasa betah. Rezeki memang tidak selamanya berbentuk uang, bisa jadi mendapatkan bos yang baik yang memanusiakan manusia sebagai karyawannya.

”Pagi tuan, pagi neng.”

”Pagi.” Pasha membalas sapaan kedua satpam depan rumah, Audi R8 sudah siap terparkir di depan rumah. Gerbang tinggi juga sudah terbuka lebar-lebar, Guntur tersenyum ketika melihat sikap Pasha yang ramah.

”Dadah!”

Audi R8 melesat meninggalkan kediaman besar milik Guntur, katanya pria dewasa akan pergi ke Bali untuk menghadiri acara pernikahan Reno yang di adakan disana. ”Aku ke Bali, bukan mau kerja tau.”

”Loh terus?” tanya Pasha. Ia pikir Guntur akan terbang untuk melakukan perjalanan bisnisnya seperti biasa.

”Temen nikahan. Mau ikut?”

”Boleh?”

”Boleh. Gitu dong, dari kemaren kek.”

”Kirain mau ke Bali mau kerja mangkanya ogah.”

Guntur tertawa pelan dan menggapai sebelah tangan kanan Pasha untuk ia genggam. Perjalan menuju sekolah tampak santai di iringi lagu ’Rindu sendiri’ milik Iqbaal Ramadhan yang akhir-akhir ini Pasha dengar setelah habis menonton film yang di bintangi aktor muda itu.

Pria dewasa itu masih tersenyum penuh arti mengingat Pasha ingin ikut. ”Masih inget gak sama tiga cowok yang pernah main ke rumah?”

”Masih.”

”Nah itu yang sore hari ini nikah, namanya Reno.”

”Oalah, Shasa gak inget.”

”Dih!”

Pasha tertawa, serius ia sama sekali tidak ingat. Siapa teman-teman Guntur? Siapa Reno?. Tapi saat pria di sampingnya ini bilang jika temannya itu pernah ke rumah, Pasha hanya pernah lihat sekali ketika ia baru pertama kali mengenal Guntur di malam mereka bertemu.

”Nanti bang Guntur jemput. Kamu semangat sekolahnya ya, ini uang jajannya.”

Guntur memberi dua lembar uang merah pada Pasha dan gadis itu menerima dengan suka cita. Sembari tersenyum, Pasha mengucapkan terimakasih dan mengambil tangan kanan Guntur untuk ia cium.

GUNTUR ASKA BUMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang