💔 The Beauty in the Dark : Part Three 💔.

720 63 2
                                    

"Saat kita mencintai atau dicintai orang, sudah pasti kita akan tersakiti atau menyakiti. Itu adalah penderitaan yang tak bisa dielakkan. Namun setidaknya, bisa merasakan sakit karena jatuh cinta, jauh lebih baik daripada tidak pernah merasakan cinta".
💔 Beauty in the Dark 💔

Tubuh Raninda secara spontan bergerak menjauh dari Elang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tubuh Raninda secara spontan bergerak menjauh dari Elang. Berjalan tertatih ke arah pintu, tanpa menatap Garuda dia berkata sambil lalu. "Aku mau nemuin tamu dulu ya".

Begitu berada di luar, Raninda baru bisa mengambil napas, sambil meletakkan tangan di atas dada yang berdegup kencang. Suasana tadi terlalu intens, dan entah mengapa Raninda merasa seperti sedang tepergok melakukan kesalahan oleh Garuda.

Menggelengkan kepalanya sekali, Raninda memandang ke sekeliling ruangan. Para pelayat yang baru kembali dari pemakaman sudah mulai berdatangan, sekarang dia harus menyapa mereka. Raninda bergegas mengurus segala keperluan; mulai dari makanan untuk para tamu, menemui satu persatu anggota keluarga besar serta kerabat.

"Ran....".

Mendengar namanya disebut, Raninda yang masih sibuk menata kue ke atas loyang keramik kaca segera memutar badan. Panggilan feminim itu rupanya datang dari wanita berpostur sama rampingnya seperti Raninda, namun memiliki badan lebih tinggi darinya.

Sosok berkucir kuda tersebut melepaskan kacamata aviator miliknya. Barulah Ran menyadari siapa dia.

"Kak Vanda...".

Vanda Darusman berjalan cepat menyebrangi ruangan, merentangkan kedua tangannya lebar-lebar lantas memeluknya erat.

"Ran sayang, aku turut berduka cita ya. Dan maaf karena datang telat". Bisik Vanda, di luar daun telinga Raninda.


Mereka melepaskan pelukan, tangan Raninda kini berganti memegang kedua bahu Vanda. "Makasih ya kak, padahal setahuku kakak sibuk banget di Jerman, tapi masih nyempetin mampir".

"Kamu ini bilang apa, aku kan sahabat baik si kembar, Bunda Lena sudah ku anggap seperti ibuku sendiri, kamu juga sama. Kita ini kan keluarga meski nggak terikat darah. Lagipula bukan cuma aku yang berpikir begini". Vanda menolehkan kepalanya ke balik bahu.

Raninda mengekori arah pandangan mata berbulu lentik milik wanita yang seusia si kembar tersebut. Sedikit kaget ketika menemukan tiga figur maskulin berbeda ras, serta postur. Ketiganya kini berjalan ke arahnya.

"Kak Narayan, Adjie, bahkan Kak Panca juga dateng. Makasih banyak ya" tukas Raninda dibarengi air muka terharu.

"Kami telat karena ke makam dulu. Turut bersedih ya Ran. Kamu yang ikhlas ya" kata sosok berdarah campuran timur tengah dan solo. Narayan Gautama berdiri menjulang tinggi, seperti tugu raksasa jika disandingkan bersama Raninda yang berbadan mungil.

[Completed] The Beauty In The Dark : (#01. The Darkness Heart Series).Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang