Ketika tiba di galeri, acara jumpa pers sudah dimulai di aula utama lobi pameran. Gandhi Saksajaya tampil lebih dulu memberikan penjelasan terkait pemberitaan mengenai skandal keluarga mereka yang melibatkan mendiang Alena.
Begitu memasuki area terbuka, Raninda secara otomatis melepaskan genggaman tangannya dari Elang, meringis melemparkan tatapan meminta maaf kepada pria itu karena Elang terlihat sedikit kecewa. Tapi Elang bisa memahami tindakannya.
Kaelis segera mendatangi Raninda saat melihatnya, begitu pula Alen.
"Tim publishing sudah menyiapkan bahan materi untuk anda" ujar lelaki dalam dua setelan hitam serta abu-abu gelap tersebut.
Raninda segera mengambil tempat tepat di bawah podium. Di sekeliling mereka tampak para petugas keamanan, bahkan orang kepolisian berjaga.
Alen memindah tangankan berkas yang harus Raninda pelajari kepada si pengacara.
"Lalu usahakan jangan menjawab pertanyaan apapun yang bersifat memancing. Jika bingung sebaiknya anda diam saja dan tersenyum" tambah Kaelis. Seraya menyerahkan map berwarna merah dengan ukiran emas timbul kepada Raninda.
Gadis itu meraihnya dari samping kanan, menundukkan kepala lantas membuka sambil membaca isinya,ia menggigit bibir bawahnya. "Senyum ya? Sepertinya itu memang keahlian ku" nadanya terdengar sarkas. Membuat Kaelis memberikan lirikan tertarik kepadanya.
Lalu tiba giliran Raninda untuk berbicara. Saat naik ke atas podium ia merasakan isi perutnya seakan tertekan ke dalam. Dulu Raninda punya demam panggung cukup parah, namun kehidupan di Louisiana mengubahnya, dan dia dipaksa harus selalu berani tampil saat memutuskan mengambil profesi yang digelutinya beberapa tahun terakhir.
Semuanya berjalan lancar. Raninda berhasil menyampaikan isi materi buatan tim publish mereka dan menyalurkannya memakai gaya bahasanya sendiri. Dia tampak penuh percaya diri bahkan saat menjawab sejumlah pertanyaan dari wartawan terkait masalah di galeri.
Saat sesi hampir berakhir, juru bicara galeri mengambil alih sambil mengedarkan pandang ke penjuru ruangan. "Baiklah kalau sudah tak ada yang ingin ditanyakan lagi oleh teman-teman media maka....".
Sebuah lengan panjang terjulur ke udara dibarengi suara maskulin bernada tanya. "Saya dari stasiun TVC. Apa benar ada alasan lain dibalik kematian mendiang Ibu Alena Saksajaya?".
Degup jantung Raninda terpacu lebih keras akibat pertanyaan ini. Mendongak, mengedarkan pandang, matanya menangkap sosok si penanya yang menyeruak dari balik kerumunan. Dia berdiri di bagian terdepan sekarang, secara visual dia terlihat begitu menarik; tubuhnya tinggi menjulang dalam balutan kemeja hitam lengan panjang, celana jeans biru gelap, menyandang ransel coklat pada punggungnya. Ada kamera tergantung di lehernya.
Raninda bisa melihat bisik-bisik mulai bergaung dari arah awak media, kemudian beberapa dari mereka mulai mengarahkan lensa kameranya kepada Raninda.
"Apa betul Ibu Alena sesungguhnya menjadi korban pembunuhan? Benarkan beliau sudah tahu soal kasus cuci uang di dalam galerinya? Lalu pertanyaan terakhir, apa sesungguhnya ada anggota keluarga Roswell yang sebetulnya ikut terlibat dalam perdagangan obat-obatan terlarang dengan pihak luar??".
Lelaki muda tersebut terus memberondong Raninda dengan pertanyaan. Tidak memberikannya celah sedikitpun padahal Raninda sudah mulai membuka mulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Completed] The Beauty In The Dark : (#01. The Darkness Heart Series).
Romantik(20+) [Harap follow dulu sebelum membaca ya] ⚠️: Mature contain. Obsessive. Posesive story plot. With Dark mature scene. Please be wise. #01. Rank in Ballad. #04. Rank in Profesi. #07. Rank in Suspense. 💔💔💔💔💔 Raninda, Garuda dan Elang. Tiga an...