[Completed] The Beauty In The Dark : (#01. The Darkness Heart Series).

💔 The Beauty in the Dark : Part Twenty Three 💔

Bab sebelumnya ada beberapa plot hole hahahaha jadi saya edit lagi nanti. Sori ya.

Selamat membaca.

Judul lagu multimedia : Handel- Sarabande.

"Aku hanya ingin melihatmu tersenyum bahagia, namun pada akhirnya cuma bisa membuatmu menderita. Sesungguhnya hatiku juga ikut sengsara".
💔 The Beauty in the Dark 💔

Raninda dan Garuda memilih saling diam seribu bahasa sampai lelaki itu pergi meninggalkan ruangannya bersama Elang. Ia sempat mendengar Elang bertanya tentang luka memar di dagu Garuda. Sementara Garuda berpura-pura bertanya tentang ke mana Raninda semalam. Kejengkelannya mulai keluar membuat Raninda membanting pintu kantor seraya menghela napas panjang. Dia amat letih padahal pekerjaannya belum dimulai. Memutar badan. Barulah Raninda menyadari keberadaan Alen, sekretarisnya masih ada di sana.

"Ibu setengah jam lagi kita ada rapat dengan semua divisi, lalu jam makan siang menemui para seniman yang disokong selama setahun ke depan oleh yayasan Saksakala Group melalui galeri" pungkas Alen. Memberikan tablet ke hadapannya.

Raninda menggerakkan lehernya seraya melangkah menuju meja kerja sambil menggaruk dahinya yang tidak gatal. "Baiklah taruh di situ saja. Aku harus mengecek beberapa email baru yang dikirim sekolah seni dalam negeri karena mereka akan memakai galeri kita untuk acara ulang tahun pemerintah kota"ucapnya.

Namun, dia berhenti tepat di tepian meja. Lengannya terulur, tangannya meraih buket bunga gardenia lantas membaca kartu nama yang terselip.

'Aku tidak akan beralasan lagi. Aku berdosa besar. Maaf.
Tapi jangan membenci ku.
-G-.

T

angan Raninda sedikit gemetar, menjilat bibir bawahnya sambil memandang ke atas sejenak. Aneka emosi berkecamuk hebat dalam dada.

Garuda selalu seperti ini. Melakukan kesalahan lalu berpikir kalau kado akan membuat segalanya menjadi lebih baik. Tapi Raninda menyadari satu hal, lelaki itu akhirnya mengucapkan kata 'maaf' walau dalam bentuk tulisan. Hal yang rasanya nyaris jarang lelaki itu lakukan di masa lalu.