💔 The Beauty in the Dark : Part Twenty Eight (C).

122 20 14
                                    

Raninda turun dari dalam mobil Kaelis sambil tertawa, wajahnya tampak riang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Raninda turun dari dalam mobil Kaelis sambil tertawa, wajahnya tampak riang. "Terima kasih atas hari ini, aku sangat menikmati makan siangnya". Katanya dengan pintu mobil masih membuka.

"Semestinya aku yang bilang begitu. Baiklah, jadi next lunch lusa ya" Kaelis memastikan. Ada senyum lebar terkembang di wajah tampannya yang menjadikannya makin menawan.

"Tentu, nanti saling berkirim pesan saja. Kalau begitu aku masuk dulu ya. Hati-hati di jalan" Raninda melambaikan tangan di udara.

"Kamu juga. Semangat!" Kaelis mengangkat satu tangan yang terkepal di udara. Senyum Raninda semakin lebar.

Setelahnya pintu ditutup, Raninda membalikkan badan lalu menaiki undakan tangga sambil melirik jam tangannya. Dia sudah terlambat lima menit, meski tidak ada pertemuan lagi setelah ini namun Raninda benci jika tidak tepat waktu dalam bekerja.

Ia menyusuri sepanjang berpilar sewaktu sesuatu menarik lengannya dan membuat tubuh mungilnya sampai bergeser ke samping.

Deg.

"Kamu mau apalagi" Spontan Raninda berbicara memakai nada tinggi pada sosok yang kini mengurungnya ke pojok salah satu pilar.

"Aku nggak punya banyak waktu jadi dengarkan aku baik-baik" suara bass Garuda Roswell begitu serak, napasnya terdengar memburu.

Ia membungkukkan badan, mengurung Raninda memakai kedua lengan, punggungnya yang kokoh melengkung, mendekatkan wajahnya sedemikian rupa hingga bila Raninda menggerakkan lehernya sedikit saja, maka bibir mereka bisa bertemu.

Dari tempatnya Raninda bisa mencium aroma alkohol yang amat memuakkan. Ditambah cara Garuda menatapnya sekarang. Hanya ada kegelapan juga kilat kebencian yang tampak jelas di kedua mata pria itu. Segala kejernihannya hilang. Garuda seakan dibutakan oleh sesuatu.

"Badai akan segera datang, hal yang sangat buruk bakal terjadi. Aku sudah membelikan mu tiket, pulanglah ke Amerika Serikat dan tinggallah di sana. Jika situasi sudah membaik aku akan menjemputmu" tukas Garuda. Suaranya serak serta sarat akan kecemasan.

"Apa?" Raninda terlihat bingung.

Satu tangan Garuda diturunkan, merogoh saku celana lantas menyodorkan dua lembar kertas ke hadapan Raninda. Ragu-ragu Raninda meraihnya, membaca isinya lalu kembali meletakkan atensi Garuda dengan dahi berkerut dalam. Masih kesulitan memahami.

"Mengapa harus kembali? Aku kan sudah memutuskan untuk menetap di Indonesia lagi. Tak mau" Raninda bersikap keras kepala.

"Ran! Demi Tuhan ini demi kebaikanmu!".

Bentakan Garuda sontak membuat Raninda merasa ciut meski hanya sesaat. Namun dia menolak terlihat takut di depannya, memberanikan diri melihat wajah Garuda, memandang lekat-lekat dan jauh ke dalam sepasang iris biru pria itu. Mengamati secara seksama serta berusaha memahami isi kepala Garuda.

[Completed] The Beauty In The Dark : (#01. The Darkness Heart Series).Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang