💔 The Beauty in the Dark: Part Sixteen 💔

245 30 15
                                    

"Jika jatuh cinta padamu membuatku jadi orang bodoh, maka biarkan lah. Karena kebodohan ini membuatku bahagia dan merasa utuh sepenuhnya".
💔 The Dark in the Beauty💔

Hari esok dimulai dengan langkah berat bagi semua anggota keluarga Saksajaya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hari esok dimulai dengan langkah berat bagi semua anggota keluarga Saksajaya. Mereka sudah bangun sejak pagi-pagi sekali, bersiap lalu sarapan sebisanya. Sangat sulit bagi Raninda untuk memasukkan sesuatu ke dalam kerongkongan selain segelas yoghurt smoothies blueberry buatannya, ia sudah menyerah mencoba mengunyah makanan.

Raninda bertemu ketiga lelaki Saksajaya di ruang keluarga. Ayahnya bertanya. "Kamu siap?".

Rasanya bagaikan mengubur ibunya dua kali. Raninda mengangguk lemah.

Mereka berempat berangkat ke pemakaman lebih dulu memakai mobil terpisah. Raninda dan Garuda tak banyak bicara, mereka hanya berkontak mata sekilas sebelum masuk ke kendaraan masing-masing.

Proses pembongkaran kuburan Alena berjalan lancar. Pihak pemakaman, kepolisian, tim medis hingga anggota badan negara juga berada di sana. Raninda hanya mampu mematung sambil mengepalkan kedua tangan erat-erat tatkala melihat peti mati Alena diangkat oleh eskavator dan diletakkan di atas tanah terbuka.

Anggota forensik bergerak cepat untuk mulai bekerja, melakukan pengecekan singkat, memberi isyarat lalu dibantu juru kunci setempat memasukkan peti penuh tanah yang masih liat tersebut ke dalam mobil khusus setelah dibersihkan sekenanya.

Gandhi memberi isyarat kepada ketiga anaknya untuk mengikutinya, setelah ini mereka harus ke rumah sakit kepolisian yang ditunjuk melakukan kegiatan autopsi. Raninda baru berjalan beberapa langkah ketika lututnya terasa begitu lemah, pijakannya oleng, dia nyaris jatuh. Tapi sebuah tangan kokoh menahan pinggangnya dari belakang sehingga insiden memalukan tidak terjadi.

"Kalau nggak kuat jangan maksain diri" parau suara Garuda terdengar.

Raninda bingung sesaat sebelum akhirnya segera menjauhkan dirinya. "Makasih. Cuma agak pusing aja".

"Ran..." Elang berjalan mendekati mereka, berdiri di tengah-tengah lalu tanpa sungkan meletakkan tangannya ke atas dahi wanita itu. "Suhu tubuhmu agak panas. Yakin nggak mau pulang aja?" Elang terdengar serta terlihat khawatir.

Garuda mendengus di belakang Elang sembari mengangkat wajah ke atas sekali. Raninda tahu kalau kakak keduanya sedang memberikan tatapan mengejek untuk mereka.

Melirik si kembar bergantian lalu menjawab. "Aku nggak apa-apa jangan berlebihan". Menepis tangan Elang dari dahinya. Membuat si sulung agak kaget atas tindakan Raninda barusan.

"Mungkin luka di bahu mu...".

"I'm fine. Ini bukan masalah fisik" mulai merasa gerah. Raninda berjalan lebih dulu meninggalkan si kembar tanpa menolehkan lagi kepalanya ke belakang.

Dan kali ini dia lebih memilih semobil bersama ayahnya ketimbang harus bersama Elang serta harus mendapatkan sorot kekhawatiran dari lelaki itu terus menerus. Terkadang sikap berlebihan Elang juga terasa mengekang meski ia tahu demi kebaikannya.

[Completed] The Beauty In The Dark : (#01. The Darkness Heart Series).Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang