Raninda memutuskan tidak turun lagi untuk menemui tim dari kepolisian serta badan intelijen Indonesia, dia sudah kehilangan semangat dan sebetulnya separuh masa bodoh juga. Efek lelah juga stres berkepanjangan melanda. Raninda memilih di kamar sambil membalas pesan dari keluarganya di Amerika Serikat. Rupanya mamanya akan berkunjung ke Singapura karena pernikahan salah satu kawan baiknya. Sampai di titik ini Raninda merasa enggan memberitahukan kebenaran soal situasi di Indonesia, alasannya sederhana; dia sudah tak mau lagi mendengar keributan.
Mamanya berbeda dari Bunda Alena yang cenderung tenang di permukaan, ibu kandungnya adalah sosok impulsif serta terbuka pada segala hal serta menunjukkannya secara terang-terangan di kehidupan nyata. Saat masih menjadi aktris, mamanya mungkin jago berakting tapi tidak dalam menyembunyikan fakta hidupnya. Beruntung satu-satunya skandal yang dimiliki mamanya kala itu hanyalah perceraian bersama ayahnya saja.
Sesudah membalas sejumlah pesan lain di kotak masuk mail soal pekerjaan lamanya, Raninda kembali bergelung di atas kasur, mendadak teringat pada sesuatu. Terduduk di tepian ranjang, dia meraih tas kerja yang selalu ia pakai selama beberapa hari terakhir, mengaduk-aduk isinya lalu mengangkat tangan ketika menemukan apa yang ia cari. Kunci pemberian Alena Roswell sekaligus bagian dari wasiat miliknya. Lama Raninda mengamati benda tersebut hingg dahinya terlipat dalam.
"Sebenarnya kamu ini buat apa?" tanya Raninda lebih kepada diri sendiri.
Terdengar bunyi ketukan dari luar pintu, Raninda segera memasukkan benda itu lagi ke tempatnya lalu mempersilahkan masuk. Sosok Gandhi sudah berdiri di ambang kamar.
Wajah tampannya terlihat letih, kelelahan tak bisa lagi ia samarkan. Kerutan di sekitar kelopak mata juga area dahi atas yang dulu tak ada kini muncul semakin jelas. Kehilangan istri tercinta saja sudah cukup memukul pria itu, kini dia harus menghadapi berbagai fakta menyakitkan mengenai keluarganya sendiri yang coba dikubur selama beberapa waktu oleh anak semata wayangnya.
"Mereka sudah pulang" kata Gandhi.
"Aku tahu, maaf karena bersikap nggak sopan".
Gandhi menggeleng. Memasukkan satu tangan sambil berjalan memasuki ruangan. "Ayah paham, semua ini pasti berat untukmu. Erlangga saja masih kesulitan menerimanya. Namun penjelasan serta bukti-bukti yang diberikan pihak berwajib selanjutnya adalah data konkret. Dan jika memang benar bunda mu terlibat semua itu, apapun alasannya maka tidak bisa dibenarkan".
"Lalu, sekarang kita harus gimana?" tanya Raninda sambil mendongakkan kepala.
Gandhi mendesah panjang, napasnya pendek-pendek seraya mengambil tempat di samping kiri putrinya. "Lebih tepatnya, mereka mau kita melakukan apa".
"Maksudnya?" Raninda menolehkan wajah, memandang Gandhi tepat di kedua mata.
"Pihak berwajib ingin kita membantu mereka mencari uang serta emas itu. Bagaimanapun juga itu bukan milik kita atau meski punya kita tetap harus diurus melalui proses hukum secara sah dulu" Gandhi menggaruk dahinya. Terlihat pucat.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Completed] The Beauty In The Dark : (#01. The Darkness Heart Series).
Romance(20+) [Harap follow dulu sebelum membaca ya] ⚠️: Mature contain. Obsessive. Posesive story plot. With Dark mature scene. Please be wise. #01. Rank in Ballad. #04. Rank in Profesi. #07. Rank in Suspense. 💔💔💔💔💔 Raninda, Garuda dan Elang. Tiga an...