Judul lagu multimedia : Sum41-Pieces.
"Keramaian justru selalu melumpuhkan aku. Dan cahaya membutakan mataku. Aku tersesat dalam relung jiwa terdalam. Jatuh ke dalam kegelapan. Aku ingin bangkit, namun pada akhirnya justru kehilangan uluran tanganmu dalam prosesnya".
💔 The Beauty in the Dark 💔
Tubuh Garuda ikut menari, meliuk-liuk mengikuti irama musik di atas lantai dansa. Dibawah sorot lampu diskotik. Badannya dihimpit oleh dua gadis berperawakan seksi yang mengenakan terusan serba terbuka berwarna merah dan oranye menyala. Wanita berambut pendek dari arah belakang sesekali meletakkan kedua tangannya di atas bahu kokoh Garuda sementara gadis lain berambut ikal sebahu, tampak sibuk mencumbu bibirnya.
Garuda merasa dirinya kini melayang jauh ke awang-awang. Entah berapa banyak alkohol yang sudah dia konsumsi. Lelaki itu tak peduli, pada faktanya sebanyak apapun minuman keras yang ia teguk, tak mampu menghilangkan nyeri di dalam hatinya.
Malam ini Garuda cuma ingin bebas. Lepas. Melampiaskan semua amarah juga kekecewaan yang menumpuk dengan bersenang-senang; Minum lebih banyak alkohol, dan mungkin bercinta bersama kedua wanita di kedua sisi....
Grep...
Seseorang menarik kerah baju Garuda dari belakang.
"Bajingan! Mereka pacar kami, njing!".
Buagh!.
Duagh!.Garuda merasa tubuhnya melayang dan jatuh tersungkur ke atas lantai, dalam artian sebenarnya. Kemudian tendangan serta pukulan membabi buta diarahkan tepat ke area perut, bahu, juga kakinya. Saat itu dia tak merasakan apapun akibat efek alkohol. Pria tersebut secara refleks bergelung sebagai bentuk perlindungan diri. Entah berapa orang kini tengah menghajarnya beramai-ramai.
Terdengar suara pekikan, jeritan tertahan dari pengunjung lain berdengung di telinga Garuda. Dibarengi suara-suara gemeratak tulangnya sendiri. Namun Garuda tak peduli. Sebaliknya, dia justru malah tertawa terbahak-bahak saat sedang dihajar.
"Jingan! Jangan ketawa, bangsat!".
Salah seorang penyerang Garuda dalam balutan jaket parasut biru tua mendadak mengambil botol bekas bir secara sembarangan, sudah siap melayangkannya ke atas kepala Garuda. Tepat di saat itulah sesuatu terjadi.
"Argh! Sakit bang....".
Ucapan pria bertubuh kurus tersebut terhenti saat tahu siapa yang tiba-tiba mendadak mencekal serangannya dari samping.
Seorang perempuan dalam balutan tunik hitam beludru selutut, menatapnya tajam melalui sepasang lensa coklat terangnya. Jika pandangan mata perempuan itu adalah pisau, pasti kini sudah membelah serta mencabik-cabik tubuh si lelaki penyerang.
"Beraninya main keroyokan. Kalian bisa dikenakan pasal 170 KUHP atas tuduhan tawuran dan perkelahian serta penyerang massal" Vanda Darusman lalu dengan entengnya melepaskan cekalan nya secara kasar. Membuat tubuh pria bertato di alis kanan tersebut sedikit terdorong ke belakang.
"Tapi yah, silahkan saja kalau masih nekad. Paling hukumannya cuma 12 tahun penjara serta denda yang nggak bakal bisa kalian bayar meski harus mendekam seukur hidup di dalam sel tahanan" tambah Vanda lagi. Mendadak sibuk meletakkan atensi pada kuku-kuku palsu panjang merah menyala, warna senada dengan polesan lipstik serta sepatu hak tinggi yang sengaja ia kenakan malam itu.
Vanda berdiri dalam posisi berdiri tegak, kedua kaki jenjangnya sedikit dibuka lebar. Bersedekap dalam gaya angkuh nan elegan. Mengedarkan pandangan ke sekeliling, seketika nyali para penyerang Garuda mendadak langsung ciut.
Teman-teman Vanda yang lain menyeruak maju. Nayaran jadi orang pertama yang berlari serta berjongkok di samping kawannya. Mencoba membantu Garuda bangun. Pria itu bangkit perlahan. Berdiri. Dengan sengaja meludahkan air liur bercampur darahnya secara sembarangan.
Lalu sambil melemparkan tatapan mengejek dia mencibir kedua pria berdarah campuran yang baru saja menghajarnya tersebut dengan kalimat.
"Pantas saja pacar-pacar kalian berselingkuh. Rupanya kalian berdua tak lebih dari pecundang impoten".
Adjie dan Narayan terkesiap kaget. Panca memutar bola mata sementara Vanda mendelik.
Dan benar saja. Detik berikutnya keributan kembali terjadi. Namun kali ini Garuda tidak bertengkar seorang diri. Sebab Adjie serta Narayan ikut serta dalam pertarungan.
"Si brengsek itu sebenarnya kenapa! Dasar sialan! Percuma aku susah-susah minta izin keluar dari kantor kalau ujung-ujungnya harus mengatasi hal begini lagi" gerutu Vanda jengkel.
Memutar badan, dia sudah siap berjalan pergi sewaktu Panca meletakkan satu tangannya di atas bahu sahabatnya tersebut. Menahannya lembut. Membuat Vanda menolehkan leher. "Ada apa lagi?".
"Tetaplah di sini" kata Panca kalem dibarengi ekspresi datar.
"Kenapa aku harus tetap di sini?".
"Karena". Menghembuskan napas panjang. Panca melirik ketiga kawannya yang sibuk menyikut dan menendang. "Kalau Garuda sampai membuat bocor kepala orang lagi, seenggaknya ada yang bisa membantunya menangani pihak berwajib". Kembali meletakkan tatapannya pada Vanda. Bibir Panca mengukir senyum sok polos. "Dan itu kamu".
Vanda mendengus kasar. Cuping hidungnya memerah sewaktu melakukan itu. "Argh! Kenapa aku harus berteman dengan mahluk seperti kalian!". Lalu berbalik lagi dan kini ikut masuk ke arena pertarungan. Namun tujuannya adalah melerai mereka semua.
Dibarengi tatapan juga senyum penuh arti dari Panca. Yang kemudian secepat kilat hilang ketika melihat ekspresi pada air muka Garuda dari kejauhan.
Panca tahu persis, tanpa perlu bertanya atau mendapatkan jawaban dari Garuda. Jika sahabatnya kini sedang terluka sekali. Kemungkinan sedang terjangkiti patah hati kronis yang belum tentu dapat diobati.
Dia tahu sebab Panca pernah merasakan hal serupa. Di momen ketika dua perempuan yang paling dia cintai di atas muka bumi ini pergi dari dunia untuk selama-lamanya.
Dan itu semua karena kesalahannya, juga Garuda.
To be continue.
Part ini sepanjang kereta api Sancaka..jadi harus saya pisah dua bagian hehehehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Completed] The Beauty In The Dark : (#01. The Darkness Heart Series).
Romance(20+) [Harap follow dulu sebelum membaca ya] ⚠️: Mature contain. Obsessive. Posesive story plot. With Dark mature scene. Please be wise. #01. Rank in Ballad. #04. Rank in Profesi. #07. Rank in Suspense. 💔💔💔💔💔 Raninda, Garuda dan Elang. Tiga an...