"Ini bukan aku, semua tampak asing bagiku. Tidak ada rasa sama sekali. Seperti menjalani kehidupan orang lain dengan nama yang sama"
♡♡♡
Bel pulang sekolah berbunyi.
"Bye Zev, gue mau pulang duluan!! Bye" ucap Jingga
Zeva merapikan tasnya lalu membuka ponselnya.
"oh ya lupa, pak Mamat ga bisa jemput deh" batin Zeva berdecak
"pulang sendiri lagi Zev? Mau nebeng gue lagi ga?" tanya Gren mendekat
"lagi? Pernah kah?" tanya Zeva
"heem, waktu dilabrak kakkel" ucap Gren
"kayaknya ga deh, ga enak ngrepotin lo terus" ucap Zeva
"Sans, rumah kita juga searah" jawab Gren tersenyum
"yaudah kalo gitu, tapi gue ga maksa loh, ntar dilabrak kakkel lagi" ucap Zeva
"engga ada, sans" jawab Gren
Mereka berjalan bareng menuju parkiran.
"tuh liat kakkel yang pernah nglabrak lo lagi bareng sama Alvin. Lo masih suka ya sama cowok kayak Alvin, setelah lo dilabrak abis-abisan sama kakkel" cibir Gren
"Plis Gren, gue gatau apa-apa, jangan menanyakan hal yang tidak-tidak." batin Zeva melamun.
"nih" Gren menyodorkan helm satunya ke Zeva.
Zeva langsung memakai helm dan menaiki motor Gren segera.
Hal itu terlihat oleh si Alvin. Ia tidak suka melihat Zeva dekat sama cowok lain selainnya.
Di Perjalanan, Zeva melamunkan hal tadi. Dia dilabrak kakkel? Itu seperti bukan dirinya. Dirinya sebenarnya adalah cewek pemberani yang tak peduli akan hal apapun yang menentangnya.
♡♡♡
Sesampainya mereka di depan rumah Zeva.
"thanks ya udah nganterin sampai rumah"
Gren mengangguk singkat lalu melajukan kembali motornya. Zeva langsung masuk kedalam dan menuju kamarnya.
Setelah ia berberes-beres, ia mulai menggeladah isi kamarnya. Membuka laci meja belajarnya dan mencari buku diary.
Ia menanyakan pada Jingga.
"Jingga, apakah gue pernah hilang ingatan/ kecelakaan gitu?"
"engga, kenapa i?"
"gapapa"
Buku diary mulai Zeva baca satu persatu. Ia mengambil album foto yang terletak di rak buku nya.
Semua foto-foto ini. Benar-benar asing baginya.
Bahkan isi diary itu semua tertuang pada kisah cinta Zeva sama Alvin.
Alvin, adalah cinta pertamanya. Dan kini mereka masih dekat, hanya saja tidak berpacaran.
"Terus kalo Gren?"
ia tidak menemukan selembar tentang Gren di buku nya. bahkan tidak ada foto Gren sama sekali di ponselnya.
Tulisan yang tertuang di dalam buku diary itu berbeda dengan tulisannya saat ini. Bahkan dengan nilai-nilai yang tampak rendah ini benar-benar berbeda dengan IQ nya.
"Who am i? gue bukan Zeva, tapi gue yakin kalau nama gue bener-bener Zeva. gue juga yakin kalau gue bener-bener tinggal di Bandung, tapi tidak dengan sekolah itu. Kalaupun gue cinta sama Alvin, hati gue tetep bakalan berdebar saat dia peluk. Tapi ini engga, semua tampak asing bagi ku. Jingga, Alvin, Gren. gue ga kenal sama mereka semua. Dimana gue sebenarnya? Apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa gue menjalani hidup sebagai Zeva disaat gue bukan Zeva yang mereka tahu. Gue harus cari tau apa yang sebenernya terjadi"
Zeva duduk di depan meja riasnya. Melihat wajahnya yang bahkan ia sendiri tidak kenal. Bilamana bukan Amnesia lalu apa?
"Kalau emang gue harus menjalani hidup sebagai Zeva Adelaide. Gue ubah semua kisah Zeva sebenarnya." ucapnya yakin di depan cermin.
Inilah sifat Zeva sebenarnya. Apa yang ia inginkan, akan ia usahakan untuk terjadi.
Mulai saat itu, Zeva yang dulu kini berubah.
Yang pertama ia mengubah dirinya dulu.
"Sorry Zeva, gue rubah hidup lo yang monoton ini menjadi hidup gue. Kalau ga suka, munculkan wujud lo sebenernya. Jangan buat gue merubah semua hidup lo menjadi hidup gue yang sebenarnya. Mulai sekarang, gue bodo amat sama orang yang mengatakan gue berbeda. Gue berbeda bukan atas mau gue. Tapi terjadi tiba-tiba" ucap Zeva di depan cermin.
Ia mengambil hairdryer dan meluruskan rambutnya. Mengubahnya dengan apa yang ia mau.
Zeva pun turun menghampiri asisten rumah tangga yang bekerja di rumahnya.
"Bi, Zeva cakep ga?"
"Cakep Non"
"Oh ya bi, mobil Zeva yang mana ya?" tanya Zeva
"Yang warna silver itu non, loh non Zeva mau kemana?" tanya Bi Reni
"Mau shopping, bibi mau nitip?" tanya Zeva
"Ealah engga non, wah sekarang non Zeva udah balik aktif lagi ya"
"hehe iya dong bi, Zeva harus berubah, ya kan?" tanya Zeva
Bi Reni pun mengangguk dan mengacungkan jempol."oh ya bi, kalau si Alvin dateng ke rumah ini, jangan pernah bilang Zeva ada di rumah ya, gue mau lepas sama dia" ucap Zeva
"Siap Non"
Zeva langsung kembali di kamarnya, dan mengambil kunci. Lalu melajukan mobilnya menuju mall sendiri.
Sesampainya di mall ia membeli baju, tas, sepatu, buku, make up, boneka dan semua yang ia inginkan.
Agak boros sih emang, tapi kesempatan tidak datang untuk kedua kalinya.
Ia bersenang-senang sendiri sambil membeli apa yang ia inginkan. Tapi hidupnya terlalu monoton bila hanya melakukan semuanya sendiri.
Not problem, ini masih permulaan.Lihat saja besok.
♡♡♡
Hello Everyone!!👋
Gimana ceritanya? Suka?😍
Pantengin terus yaa😇
Jangan lupa Vote and Komen😘
Grenze Lovers! Stay Read yaw 🤗
See you next chapter 💖💖
TE AMO 🌹💟
KAMU SEDANG MEMBACA
GRENZE
Teen FictionSatu nama dengan berbeda kehidupan. Memulai kisah baru, cerita baru dengan nama yang sama, akan tetapi berbeda kehidupan. Semua berubah menjadi tak terduga. Hingga kisah bersamamu terukir indah🌺 Namun, semua hal pasti ada batasnya. Bilamana ini sud...