"Tanpa ku sadari dia benar-benar orang baik"
♡♡♡
"Gue juga gatau kemana perginya mereka berdua. Benar-benar gaada kabar sama sekali. Gue fikir, mereka tukeran jiwa dan raga. Entah sampai kapan mereka kembali gue juga gatau" ucap Gren
"Kalau Naya kembali, Zeva yang pergi. Dan bila Naya kembali, dia pasti kembalinya sama gue bukan sama lo. Dan bila saat itu tiba, apa yang akan lo lakuin buat ke depannya?" tanya Alvin
Gren tersenyum.
"Sorry ya udah mukul lo. Sorry gue kelewatan. Gue bener-bener udah kehabisan kata lagi. Gue udah gabisa mikir gimana lagi. Thanks ya lo beneran buktiin kalau lo memang orang baik. Thanks juga udah selalu ada buat Naya. Bila Naya kembali nanti, titip baik-baik yaa. Gue pamit dulu" ucap Gren berbalik meninggalkan rumah itu dan melajukan motornya kembali untuk pulang.
♡♡♡
Di kamar, Alvin ngechat Zeva. Dia cerita semua yang terjadi dengannya dan Gren.
"Gren barusaja ke rumah gue. Kayaknya dia down banget deh abis gue ceramahin"
"Hah? Lo ceramahin gimana?"
"Perihal kalau Naya itu pacar gue. Perihal gue juga udah tau kalau lo dan Naya bukan Zeva dan Naya asli. Kalian bertukar kan?"
"Trus kenapa down? Kan Gren punya gue"
"Karena alasan Naya frustasi adalah dirinya. Gue baru bisa cerita saat dia yang minta sendiri buat dijelaskan. Makanya gue mengurungkan niat buat ngasih tau sebenernya. Takut kalau dia akan down. Sama seperti Naya dulu yang sangat down karna Gren sekarang giliran Gren"
"Naya frustasi karena Gren? Jadi karna Gren Naya berubah?"
"Emang berubah jiwa itu karena frustasi?"
"Iyaa, ada satu anak di kelas gue yang sama kayak kita. Namanya Didi. Dia mengalami hal serupa dengan kita. Dan dilihat sebelum kejadian perubahannya dia sempat mencoba bunuh diri. Tapi saat Gren selametin, Didi sudah berubah menjadi orang lain. Bisa kita simpulkan kalau kuta berubah karena frustasi akan hidup"
"Bener juga sih. Naya juga selalu mencoba mau bunuh diri juga"
"Berarti memang benar karena frustasi"
"Eh Didi? Adi dinata maksudnya?"
"Iyaa kenapa? Lo kenal?"
"Iyaa dia temen gue SMP. Pantes aja akhir-akhir ini dia jarang reply sw gue ataupun ngechat gue lagi"
"Cuman gue belum tahu alasannya Didi frustasi karena apa. Kalau lo kenal dia, tolong dibantu yaa"
"Iyaa Zev"
Chat tersudahi, dan Zeva pun tertidur karena sudah larut malam.
♡♡♡
Esok harinya, Zeva menghampiri Gren di rumahnya. Dia hendak berangkat bersama dengan Gren.
Di bukalah pintu rumah Gren. Terlihat, Gren belum mengenakan seragamnya. Bahkan mandi saja belum.
"Kok belum siap-siap sih? Udah jam segini juga" omel Zeva pagi-pagi
Gren terkejut melihat kedatangan Zeva di rumahnya. Zeva langsung melangkah masuk ke dalam.
"Lo kenapa kesini?" Tanya Gren
"Gue kesini buat ngajakin lo berangkat sekolah bareng. Mesti kalau karna Naya pasti lo mogok berangkat sekolah. Mogok tuh makan atau tidur. Mogok kok berangkat sekolah. Udah buruan sana mandii! Terus kita berangkat bareng. Gaada bolos-bolosan. Lo udah lama banget ga ke sekolah saat lo sakit. Ini ga lagi" ucap Zeva tegas sambil mendorong-dorong Gren menuju ke dalam.
Gren langsung berjalan masuk ke kamarnya kembali. Pintu kamarnya hendak ditutup tapi dicegah oleh Zeva dengan satu kakinya menghalangi pintu.
"Zev pliss!! Sehari aja! Gue beneran lagi males sekolah hari ini. Lo buruan berangkat ntar telat loh!" Ucap Gren
"Biarin telat. Yang penting lo harus sekolah!" Tukas Zeva tegas
Gren melepaskan geggaman tangannya yang dari tadi memegangi pintu kamarnya. Lalu beranjak ke kamarnya dan menutupi dirinya dengan selimut.
Zeva yang capek dan sebel langsung menghampiri Gren lagi dan menarik tubuhnya dari balik selimut.
"Grennn ayo berangkat! Jangan kalah sama anak Paud lah!" Ajak Zeva sambil menarik-narik selimut Gren yang dipegang erat.
"Keluar Zev. Ini kamar gue. Lo ga takut apa berada di kamar cowok sendirian?" Tanya Gren memunculkan wajahnya dari balik selimut
"Kan lo cowok gue. Kenapa harus takut." Ucap Zeva terus terang
Gren tersenyum mendengarnya. Karena dia masih bersikeras dengan maunya, dia sengaja hendak bermain sedikit dengan Zeva. Dia menarik tangan Zeva dan membuatnya terjatuh di sampingnya.
Zeva terkejut karena tiba-tiba ditarik oleh Gren lalu dipeluk dan dijadikan sebagai gulingnya.
"Yaudah kalau ga mau keluar. Gausah berangkat sekolah aja sekalian biar sama bolosnya kayak gue. Kalau gue giniin kan pasti lo bakalan risih dan bakalan keluar juga dari kamar gue. Ya kan?" Ucap Gren menantangnya
Zeva mendongak.
"Siapa bilang?" Jawab Zeva ga kalah sama tantangan Gren
Zeva memeluk Gren erat dengan tangannya dengan kondisi Zeva masih memakai seragam dan Gren dengan baju tidur. Zeva masuk kedalam dekapannya dan memejamkan matanya.
"Jadi gini rasanya hidup bersama sama orang yang kita sayang? Andai lo bakalan tetap jadi milik gue selamanya Gren" lirih Zeva dalam dekapan Gren
♡♡♡
Hello Everyone!!👋
Gimana ceritanya? Suka?😍
Pantengin terus yaa😇
Jangan lupa Vote and Komen😘
Grenze Lovers! Stay Read yaw 🤗
See you next chapter 💖💖
TE AMO 🌹💟
KAMU SEDANG MEMBACA
GRENZE
Ficção AdolescenteSatu nama dengan berbeda kehidupan. Memulai kisah baru, cerita baru dengan nama yang sama, akan tetapi berbeda kehidupan. Semua berubah menjadi tak terduga. Hingga kisah bersamamu terukir indah🌺 Namun, semua hal pasti ada batasnya. Bilamana ini sud...