"Kita tidak bisa memaksa hati kita untuk mencintai siapa. Hati sebenarnya selalu melaju ke arah yang berbeda dengan keinginan kita"
♡♡♡
Satu hari Gren Alfa, ia kembali berangkat ke sekolah seperti biasa. Tanpa ada yang tau apa masalahnya. Acara keluargalah yang menjadi alasannya tidak berangkat hari itu. Gren duduk ke bangku nya seperti biasa.
Dari pandangan Zeva, Gren terlihat masih belum lepas dari kenyataan itu.
Bel istirahat berbunyi. Di Kantin, Gren duduk di depan makanan dan minumannya sendiri. Lalu Panji datang dan duduk di sampingnya.
"Hey bro! Kok lo kacangin gue sih di chat? Kenapa lo?" tanya Panji berusaha bersikap gaul
"Gapapa" jawab Gren singkat
"Kabar lo sama Naya, gimana? Katanya lo ngajak dia ketemuan ya lusa kemarin?" Gren langsung meletakkan minumannya dengan keras dan berdecak kesal. Lalu, ia pergi meninggalkan tempat dan berjalan menuju kelasnya.
Panji yang merasa heran dengan tingkah si Gren langsung menghampirinya. Masih berada di lorong, kini mereka mulai berdebat.
"Gren! Kok malah kabur sih?!" tegas Panji menarik tangan Gren, hingga akhirnya ia berhenti dan menoleh menghadap Panji.
"Karena Naya sukanya sama lo!" tegas Gren menekankan setiap katanya.
"Loh? Kok bisa?!" tanya Panji masih tidak percaya
"Kalo ga percaya, tanya aja sama Naya nya!" tegas Gren langsung berjalan kembali dan masuk ke dalam kelas.
Panji masih terkaget mendengar pernyataan barusan. Ia langsung berbalik kembali menuju kelasnya. Menemui Naya, yang masih becanda ria dengan Karin. Panji langsung menduduki bangku di depannya.
"Nay! Jangan ngadi-ngadi deh lo! Lo kan sukanya sama Gren, kenapa malah bilang kalo lo suka sama gue?!" tanya Panji otodidak
"What?! Beneran?" tanya Karin yang ikutan terkejut mendengar penuturan dari Panji
"Emang kenapa sih?" tanya Naya
"Ya, gue ga habis pikir aha gitu loh, kalaupun itu bkhong, mendingan lo langsung ngomong sama Gren kalo yang lo ucapin itu salah! Harusnya Gren yang lo suka, kenapa malah gue?" tanya Panji
"Emang salah ya suka sama lo?" tanya Naya menekankan ucapannya lalu berdiri dan keluar kelas
Karin sedari tadi masih ternganga, ga nyangka dengan berita segini dadakannya. Sedangkan Panji, malah terdiam bengong di tempat.
"Kok lo masih diem aja sih Nji? Hati orang mana bisa yang berjalan sesuai dengan jalurnya? Kalo dia sukanya sama lo, yaudah! Terima aja. Lumayan kali kalo lo bisa jadian sama dia. Gue pikir, lo juga sama Naya" kekeh Karin
"Ahh!" decak Panji kesal dan bingung.
Ia langsung keluar kelas dan menghampiri Naya. Yang kini masih berdiri di depan lapangan.
"Nay!! Nay---nay!!! Bukan itu masalahnya..! Duh gue jadi bingung juga kab jadinya" decak Panji mengacak-acak rambutnya
"Bingung kenapa sih Nji? Lo pikir bilang jujur kayak gitu, ga butuh mental apa?" kesal Naya
"I know you love me, but-- gimana dengan Gren? Dia sepupu gue loh! Cintanya ke lo 3 tahun. Dan selama itu lo sukanya ke gue? Bukan ke dia?" tanya Panji
"Gue juga ga ngerti harus cerita kayak gimana. Yang pasti, gue suka ke lo. Bukan ke Gren. Untuk masalah Gren, biar Zeva aja yang menanganinya. Toh, gue ga hadir di partynya, Zeva hadir sebagai pengganti gue." ucap Naya sinis
"Ya oke kalo emang kenyataannya begitu. Gue juga butuh waktu untuk menenangkan dia. Emosinya udah berada di puncak, kalo dia lihat ke arah gue." ucap Panji langsung berjalan kembali meninggalkan Naya untuk menuju ke kelas.
"Nji!! Tapi lo juga suka kan, sama gue?" tanya Naya
Panji hanya menghentikan langkahnya sejenak. Lalu, ia kembali berjalan meninggalkan tempat itu, tanpa merespon sedikitpun dari Naya.
Ia tidak takut untuk kehilangan cinta dari Naya. Yang ia takutkan hanya kehilangan status dengan sepupunya.
♡♡♡
Bel pulang sekolah berbunyi. Semua sudah meninggalkan kelas. Tersisa hanya Gren dan Zeva di dalamnya. Zeca berjalan mengarah ke bangku Gren. Ia meletakkan botol minuman dingin kesukaan Gren. Dan ditempelkan pula sebuah Note berisi emot smile di botol minuman itu.
Zeva meletakkannya di meja Gren, lalu berjalan keluar kelas tanpa sepatah kata. Melihat notes yang berisi emot smile itu membuatnya sedikit tersentuh. Senyum kecil sudah berhasil keluar dari mimik wajahnya yang tampak stres dari tadi.
Ia membuka botol coffee itu lalu meminumnya.
Sesampainya di rumah, Gren pulang dengan tampak lesy. Melodi heran ada apa dengan ni anak.
"Hey Gren, kenapa kamu? Pelajarannya melelahkan ya?" tanya Melodi terkekeh
"Oh yaa mah! Gren udah tanya sama Naya, katanya Naya suka sama Panji, bukan Gren. Berarti ga salah Gren kan, kalu Gren pergi?" tanya Gren menceritakannya
"Lah, Panjii-- Panjinya kita maksudnya?" tanya Melodi
Gren hanya mengangguk.
"Yaudah kalo gitu, Cinta memang tidak bisa dipaksa"
Tanpa menjawab lagi. Gren kembali menuju kamarnya. Setelah ia beres-beres sehabis pulsek. Kini, ia duduk di depan keyboard alias piano kecil miliknya. Memainkannya tiba-tiba, dan tanpa aba-aba.
Alunan nada yang ia mainkan sedikit berbeda dari arti kata lembut. Tempo yang kini ia mainkan lebih cepat dari biasanya. Mungkin, itu dijadikan sebuah cara untuk menghilangkan dari arti kata stress.
Dari luar kamar Gren, Melodi yang mendengarnya cukup paham. Bahwa arti dari alunan nada yang ia mainkan itu sedikit ada tekanan seperti hatinya kali ini.
♡♡♡
Hello Everyone!!👋
Gimana ceritanya? Suka?😍
Pantengin terus yaa😇
Jangan lupa Vote and Komen😘
Grenze Lovers! Stay Read yaw 🤗
See you next chapter 💖💖
TE AMO 🌹💟

KAMU SEDANG MEMBACA
GRENZE
Teen FictionSatu nama dengan berbeda kehidupan. Memulai kisah baru, cerita baru dengan nama yang sama, akan tetapi berbeda kehidupan. Semua berubah menjadi tak terduga. Hingga kisah bersamamu terukir indah🌺 Namun, semua hal pasti ada batasnya. Bilamana ini sud...