33. Dream

5 8 0
                                    

"Bertemu denganmu meski hanya lewat mimpi saja sudah sangat berati bagiku. Apalagi bila bertemu beneran denganmu"

♡♡♡

Tiba-tiba air mata menetes dari kelopak mata Gren. Zeva yang menyadari satu hal itu ia langsung terkejut melihat Gren meneteskan air matanya.

"Gren lo kenapa? Bangun Gren. Lo napa nangis?" Tanya Zeva sambil menggerakan tangannya Gren perlahan.

Selang beberapa menit kemudian, Gren pun tersadar. Ia mengerjap matanya dan melihat akan kehadiran Zeva disampingnya.

Zeva memanggil dokter untuk memeriksa kondisi Gren setelah siuman. Gren telah diperiksa. Ia hanya butuh istirahat total saja menunggu yang lainnya sembuh.

Dokter itu keluar dan kembali bertugas. Gren menggerakan kakinya. Terasa sakit yang ia rasa. Lalu ia bertanya kepada Zeva.

"Apa yang terjadi? Kenapa gue...?"

"Lo tolol? Bodoh /gimana?!" Omel Zeva kemudian

Gren bingung akan maksud perkataan dari Zeva.

"Maksudnya?" Bingung Gren

"Lo ngapain masuk gedung yang mau roboh itu? Ya keruntuhan lah akhirnya" ucap Zeva memberitahukan hal yang terjadi sebenarnya

Gren teringat akan semuanya. Semua kejadian saat ia bertemu dengan Naya.

"Jadi semuanya cuman mimpi doang?" Lirih Gren menggerutu pelan

"Ha? Ngomong apa?" Tanya Zeva tidak jelas mendengar yang dibilang
Gren

"Engga papa" jawab Gren sambil tersenyum dan menggeleng seolah tidak terjadi apa-apa.

"Oh ya, tadi lo nangis kenapa?" Tanya Zeva

Gren langsung memegang pipinya.

"Hah? Nangis? Engga kok" elak Gren

"Iyaa tadi waktu lo belum sadar" ucap Zeva

"Zev, kamu kok galak banget sih." Cemberut Gren mengerucutkan bibirnya.

"Gausah manja deh. Stop panggil aku kamu dulu! Lo susah diatur! Kalo lo kenapa-napa gimana? Kalo lo sampai hilang gimana?" Tanya Zeva

Dibalik pertanyaan itu ada kekhawatiran yang sangat besar. Ia takut kalau Gren sampai kenapa-napa.

Gren tersenyum manis dan lebar. Dia merenggangkan kedua tangannya. Bermaksud untuk minta peluk.

"Peluk dulu dong" ucap Gren tersenyum

Zeva mendekat dan langsung memeluk Gren sambil duduk di ranjang bangsal kamar itu juga.

Masih dalam pelukan. Gren mengatakan sesuatu yang tak terlupakan.

"Gue sayang sama lo. Gue gaakan hilang meskipun nanti lo yang akan hilang" bisik lirih Gren mengatakannya

Zeva terkejut mendengarnya. Ia mau mundur dan melepaskan pelukannya tapi di dekap Gren sangat erat dan tidak ingin terlepas.

Alhasil Zeva hanya terbungkam mendengarnya. Kepala Gren ditenggelamkan dalam bahunya dan memeluknya erat.

Cekrek!

Pintu ruangan itu terbuka oleh tangan Panji. Sontak, mereka berdua langsung terkejut dan melepaskan pelukannya.

Semua langsung kembali pada posisi masing-masing sambil gelagapan karena terlalu dadakan.

"Gue salah kamar kali ya? Balik lagi aja deh. Lanjutin" canda Panji hendak menutup pintu kembali

"Heh!" Amuk Gren

Panji meringis dan mendekat ke mereka.

"Gimana keadaan lo?" Tanya Panji

"Baik, cuman kaki gue aja yang sakit" jawab Gren

Panji menarik satu bangku dan langsung ia duduki di samping kanan ranjang.

"Sekarang ceritain. Lo kesana karena kesasar? Disuruh setan? Atau gimana?" Tanya Panji

"Nji! Ngada-ngada deh lo ngomongnya!" Omel Zeva menyela

Panji hanya tersenyum.

"Sengaja. Gue kesana karena Naya" ucap Gren

"Naya nya gue?" Bingung Panji

"Bukan. Sorry ya Zev. Gue ga bisa ngelak lagi. Gue beneran kangen sama Naya. Dia menghilang tanpa kabar. Gue takut dia kenapa-napa disana. Lo tau sendiri kan gimana dengan kita. Dan tempat itu adalah salah satu kenangan gue dan Naya. Dia Astrophile. Dia suka lihat langit dan bintang-bintang disana" tukas Gren

"Terus?"

"Tiba-tiba ada suara benda jatoh. Gue susul suaranya. Gaada apa-apa. Ternyata cuman reruntuhan doang. Dan ga nyadar gue juga kena" ucap Gren terus terang

"Jadi tadi lo ngimpi ketemu Naya? Makanya sampai nangis?"

Pertanyaan Zeva membuat Panji terkejut.

"Gren nangis?" Tanya Panji ga percaya

"Iyaa tadi waktu belum sadar" jawab Zeva

"Iyaa, gue ketemu sama dia di mimpi. Gatau, rasanya begitu nyata. Disana dingin. Mungkin karna emang mimpi kali yaa?" Kekeh Gren

Dibalik tawanya dia menyimpan berjuta rasa rindu yang mendalam buat Naya.

"Naya pasti baik-baik aja kok. Lo tenang aja. Istirahat yang baik. Jaga diri lo. Cepet sembuh. Biar bisa ngejar materi lagi. Gabut gue gaada saingan mapel" tukas Zeva

"Kalian aneh yaa. Jelas-jelas yang cowo merindukan cewek lain. Kok lo masih tegar gitu aja sih Zev? Malah support segala" ucap Panji

"Karna gue percaya sama dia. Gue percaya dia bakalan setia sama gue" ucap Zeva tersenyum

Gren ikutan tersenyum juga.

"Pacar siapa dulu dong?" Pamer Gren pada Panji.

"Yeeh! Laper gue! Ke kantin yuk Zev. Lu juga belum makan kan?" Tanya Panji

"Iyaa, tapi Gren gimana? Masak dia ditinggal sendiri?" Tanya Zeva

"Dia bukan bayi kali Zev. Dia bisa jaga diri. Palingan cuman sebentar. Gabisa bergerak kemana-mana dia dengan kakinya yang sepertu itu" ejek Panji

"Dasar anjng lo!" Celetuk Gren

Panji tertawa lalu menggandeng Zeva dan menariknya keluar.

"Gausah gandengan juga kali!" Celetuk Gren merasa panas melihat mereka berdua gandengan begitu.




♡♡♡

Hello Everyone!!👋

Gimana ceritanya? Suka?😍

Pantengin terus yaa😇

Jangan lupa Vote and Komen😘

Grenze Lovers! Stay Read yaw 🤗

See you next chapter 💖💖

TE AMO 🌹💟

GRENZE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang