5. Roadside

16 15 2
                                    

"Ketulusan yang kau berikan, membuat hati ini goyah. Antara teman atau lebih."

♡♡♡

Ekstra kulikuler yang diambil oleh Zeva ialah ekstra badminton. Bukan karena ia lihai akan bulu tangkis, hanya saja dia terlalu bosan di rumah yang hanya terisi semua asisten rumah tangga.

Tidak ada orang sama sekali. Big home, but kek kuburan.
Finally, ia memilih Badminton yang ia bisa dari seluruh ekstra kulikuler di situ.

Sore harinya, setelah Zeva selesai dengan kegiatannya. Ia dihampiri oleh Alvin lagi.

"kenapa lagi?" tanya Zeva ketus

"gue cuman mau ngelurusin aja kalau tadi emang benar-benar kesalahan yang tidak tersengaja" tukasnya

"maksudnya?"

"ternyata waktu gue ngechat kalau gue sakit itu ga kekirim, makanya lo gatau. Jadi, sorry gue ga ngabarin dan datang saat itu" ucap Alvin mengerucutkan bibirnya gemoy.

"oh ga ke kirim, ya udah, udah berlalu juga. Gue lupain" jawab Zeva memaafkan

"AAAA ZEVA!! Thankyuuu" Alvin kegirangan hingga meluk Zeva lagi. Sudah dari kecil, ia terbiasa dengan ini. Tapi Zeva yang kini tidak terbiasa. Karena Zeva yang ia maksud, bukanlah Zeva yang sekarang.

Zeva hendak melepaskan pelukan itu, tapi tubuhnya terlalu lemah dibandingkan pelukan Alvin yang begitu erat.

Ia hanya bisa menjawab dengan senyuman smirk nya. Lagi-lagi Gren melihat pelukan mereka. Meskipun paksaan, tapi itu namanya tetaplah pelukan.

"Cih" Decaknya sebal lalu langsung bergegas pulang.

Alvin memang orangnya seperti itu. Ia bertingkah laku apa adanya hanya saat bersama Zeva. Apalagi Zeva yang sekarang makin cantik, makin kesengsem hatinya.

"lo mau pulang dianterin Pak Mamat lagi ya?" tanya Alvin

"iyaa, tuh udah nunggu di gerbang, gue balik dulu bye!" ucap Zeva langsung berangsur pergi meninggalkan Alvin.

"yah, padahal mau ngajak pulang bareng. Kapan-kapan aja lah gue ajaknya" ucap Alvin ngedumel sendiri lalu kembali ke Auditorium dan bermain basket lagi.

♡♡♡

Hujan turun deras mengguyur. Baru saja keluar dari gerbang sekolah. Untung saja Zeva sudah masuk ke dalam mobil.

Di tengah perjalanan, ia menjumpai sosok Gren yang terguyur basah oleh hujan. Ia tengah sibuk mengecek motornya kenapa tiba-tiba mati di tempat itu.

Creepy sih jadinya.

Gren tidak peduli akan hujan yang mengguyurnya saat itu. Motor yang ia naik ini adalah kenangan satu-satunya peninggalan almarhum papanya.

Tampak seseorang dengan payung yang tiba-tiba saja berada diatasnya. Gren yang tersadar akan hal itu, ia lalu menoleh ke arah atas. Melihat sesosok gadis yang ia kenal ini berada di atasnya sambil memayunginya.

Gren lalu berdiri dan menghadap ke arah Zeva.

"Motornya kenapa? Mogok?" tanya Zeva

"kayaknya sih iya" jawabnya

"yaudah masuk mobil gue aja, giliran gue yang anterin lo sampai ke rumah lo" ucap Zeva

"trus motornya?" tanya Gren seperti tidak mau lepas dari motor itu.

"gampang, nanti biar di urusin sama pak Mamat, supir gue" ucap Zeva
Mereka pun masuk ke dalam mobil.

"Pak Mamat, nanti bantuin temen Zeva buat ngurusin motor itu ya pak" ucap Zeva

"Siap non,"

"Baik banget sih lo Zev, setahu gue lo ga sebaik ini dulu" ucap Gren

"Karna yang lo maksud itu Zeva yang lo kenal Gren, bukan gue" batin Zeva

Zeva hanya tersenyum menanggapi pujian Gren.

Sesampainya di depan rumah Gren. Hujan masih turun dengan derasnya.

"ini rumah gue, Kapan-kapan kalau mau mampir gue persilakan" ucap Gren tersenyum

"okedee"

Gren masuk ke dalam rumahnya. Sedangkan Zeva kembali menuju rumahnya.

♡♡♡

Keesokannya, pelajaran bahasa Indonesia yang diampu oleh Pak Indra berlangsung. Zeva heran saat melihat ke arah Gren.

Tumben banget dia tertidur di waktu pembelajaran sedang berlangsung. Biasanya kalau anak pintar gapernah gitu sih. Tapi apalah daya Zeva yang tidak tahu dengan semua yang terjadi di masalalu.

Ia hanya mengira Gren tertidur karena terjaga semalaman. Namun, tebakannya salah.

Bel istirahat berbunyi. Semua berbaur pergi menuju kantin.

"lo duluan aja deh, gue nyusul. Ntar kehabisan cimol loh" ucap Zeva

Jingga lalu berangsur keluar. Di dalam kelas kini hanya tinggal mereka berdua. Zeva menghampiri bangku didepan Gren lalu duduk disana.

"Gren, lo gak ke kantin? Lo insomnia ya, makanya terjaga semaleman? Grenn?!"

Zeva mengecek suhu badan Gren dengan meletakkan tangannya di jidat Gren. Panas.

"Gren, lo demam?" ucap Zeva panik sambil mengguncangkan tubuh Gren.

Mau memanggil diluar pun juga tidak ada orang.

"Gren bangun Gren, yuk gue anter ke Uks, lo jangan paksain buat tiduran di atas meja gini, ntar makin pusing loh." ucap Zeva sedari tadi menasehati panjang lebar.

Gren mengangkat kepalanya. Masih dengan mata terpejam dan kulit pucat pasi.

"gue bisa kesana sendiri, gausah panggil orang" ucap lirih Gren
Gren berusaha bangkit.

Namun, saat jalan hanya beberapa tapak ia sudah lunglai dan bersandar ke dinding.

"tuh kan bandel sih jadi orang. Sini, gue bantu jalan." ucap Zeva membantunya berjalan.

Gren tampak lemas saat dibawa oleh Zeva.

"kuat Gren, jangan tumbang disamping Zeva. Lo harus kuat" batin Gren menyemangati dirinya sendiri
Hingga akhirnya mereka sampai juga di dalam UKS. Namun, tidak ada orang sama sekali didalamnya. Mungkin karena bukan hari senin, jadi sepi.

Kini Gren telah berbaring dan terpejam.

Zeva mencari kemana-mana tidak ada penjaga UKS sama sekali. Ia juga tidak tahu dimanja letak obat buat orang sakit demam.

"ini pasti karena lo kehujanan kemarin kan?" tanya Zeva telah menduga alasannya.

♡♡♡

Hello Everyone!!👋

Gimana ceritanya? Suka?😍

Pantengin terus yaa😇

Jangan lupa Vote and Komen😘

Grenze Lovers! Stay Read yaw 🤗

See you next chapter 💖💖

TE AMO 🌹💟

GRENZE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang