17. Weird

10 7 0
                                    

"Kamu Aneh tetapi menarik. Membuatku berfikir dengan seribu pertanyaan. Alasan kamu berbeda."


♡♡♡

"Whoah!! Hujannya berirama ya kan Gren!?" Teriak Zeva penuh riang

Senyum manisnya keluar dengan indahnya, mengalahkan hujan saat itu. Gren hanya berdiri memandang mata Zeva. Wajah yang penuh dengan kebahagiaan saat hujan tiba.

Pak Mamat dan Bi Minah melihat ke arah mereka penuh keheranan.

"Gren! Ayo menari hujan! Gue ajarin" pekik Zeva

Tangan Zeva menarik tangan Gren untuk ikut serta. Ikut serta di dalam keanehan tingkah Zeva yang menarik.

"Jeng-jeng-jeng, kita saksikan princess Raina menari hujan diatas panggung" ucap Zeva seolah-olah menjadi pengisi acara

Alunan musik mulai terngiang di pikiran Zeva. Ia mulai melakukan gaya tari seperti biasa. Menarik Gren dan berputar penuh riang seakan tati dansa kembali berlangsung.

Gren hanya mengikuti arah tarian yang dilakukan Zeva. Zeva tersandung oleh kaki Gren.

"Yang gue bisa aja narinya, daripada kesandung kek gini" ucap Gren

"Yaudah, tari dansa kayak di party semalem" tukas Zeva berpendapat.

Mereka mulai memperlihatkan gerakan demi gerakan saat pesta dansa itu. Lebih seru yang ini ternyata. Karena hujan turut serta diantaranya.

Zeva terus berputar dan ditangkap Gren persis seperti Prince yang menangkap Princessnya.

"Huwaww!! Seru banget kan Gren!" Teriak Zeva bersorak penuh kegirangan

Gren hanya mengangguk dan tersenyum.

"Udah yaa, lo ga cape apa? Terlalu bersemangat" komen Gren

"Gak, karna gue Zeva. Suka hujan wuyh!" Sorak Zeva

"Iyaa tapi tadi udah lama, ntar lo masuk angin. Masuk yaa!!" Gren langsung menarik tangan Zeva untuk masuk ke dalam.

Bi Minah sudah mengambilkan dua handuk untuk mereka berdua.

"Bibi ga ikutan? Seru banget loh bi!" Ucap Zeva

"Wah ga non. Nanti badan bibi ngiluu semua. Non Zeva tumben banget suka hujan. Biasanya juga kalau hujan takut dan di dalem kamar terus sukanya" tukas bi Minah.

Zeva terbelalak kaget mendengarnya. Ternyata Zeva yang asli malah takut sama hujan.

Ia hanya terkekeh menjawabnya.

"Yaudah, bibi siapin susu anget dulu yaa di meja" ucap bi Minah

"Iyaa bi makasih" tukas Zeva

Gren melihat ke arah Zeva yang punya gerak gerik berbeda setelah bi Minah mengucapkan hal itu.

Namun, dugaan yang selama ini ia fikirkan belum terjawab dan masih ia simpan rapat-rapat di fikirannya.

Gren mengambil handuk yang ada di tangan Zeva lalu mengeringkan rambut Zeva atas kemauannya sendiri.

Tingkah manis yang Gren berikan ini, membuatnya menatap manik mata itu. Ia tulus melakukannya.

"Bagaimana kalau akhirnya Gren tau, kalau gue bukan Zeva?" Batin Zeva terus melamunkan hal itu

Kedua tangan Gren yang memegang handuk menutupi seluruh rambut Zeva itu.

Kini tengah menyadarkannya dari lamunan. Ia meniup bulu mata Zeva, menyadarkanya dari lamunan.

"Mikirin apa lagi? Kek nya lo kebanyakan mikir deh!" Ucap Gren

"Eh engga! Gapapa" jawab Zeva

Rambut Zeva sudah sedikit mengering. Kini gilirannya mengambil handuk yang ada di tangan Gren dan mengeringkan rambut yang lebih sedikit dari rambutnya. Gren hanya tersenyum melihatnya.

Setelah semuanya kering mereka menuju ruang makan dan meminum susu anget buatan bi Minah. Setelah semuanya kelar.

"Gren, mending lo mandi aja deh. Gue diatas, lo dibawah. Nanti gue pinjemin kaos yang sekiranya muat lo pake" ucap Zeva menyarankan

"Oh yaudah"

Zeva membawakan kaos itu.

"Kebesaran ga ya? Punya papa ini" ucap Zeva

"Muat muat" jawab Gren

♡♡♡

Setelah itu mereka kini saling ngobrol seru di ruang tamu. Hujan masih turun meskipun tidak sederas tadi. Tapi masih belum juga berhenti.

"Ga nyangka ya, bentar lagi udah kenaikan kelas" ucap Zeva

"Iya cepet banget" jawab Gren

Mereka tiba-tiba terdiam karna kehabisan topik.

" Ze, kata bibi lo ga suka hujan. Kenapa sekarang jadi suka hujan?" Tanya Gren

Zeva terdiam dan tak menjawab pertanyaan Gren barusan. Ia hanya terus menatap kosong ke arah Gren.

"Kalo ga bisa jawab gapapa kok" lanjut Gren memahami maksud tatapan kosong itu.

"Sorry yaa, nanti kalau waktunya udah tepat. Gue kasih tau" ucap Zeva

"Lo masih utang jawaban banyak ke gue Zev!" Ucap Gren mengingat hal itu.

"Hah? Apa aja?" Kekeh Zeva tak ingun menganggap hal ini terlalu serius.

"Alasan lo tiba-tiba pinter. Lo gabisa ngelukin. Lo jadi suka hujan. Lo berubah penampilan dan yang paling heran alasan tangan lo dingin" ucap Gren menyebutkannya satu persatu.

"Percaya ga? Gue gatau jawabannya, makanya gue gabisa jawab" ucap Zeva menanggapi

"Aneh, tapi menarik" tanggapan dari Gren dengan tawa kecilnya.

"Eh udah ga hujan tuh, gue panggilin pak Mamat suruh anterin lo yaa" ucap Zeva

"Eh gausah, ntar ngrepotin" elak Gren tidak enak

"Gapapa kali, kayak sama siapa aja" ucap Zeva

"Yaudah kalau gitu" jawab Gren akhirnya mau juga.

Zeva memanggilkan pak Mamat untuk mengantarkan Gren pulang.

"Pak Mamat, anterin Gren sampai rumahnya yaa" ucap Zeva memerintah

"Siap Non, marii den!" Jawab Pak Mamat.

"Okee, gue balik dulu yaa, thanks lo udah nawarin tumpangan" ucap Gren

Zeva mengangguk tersenyum.





♡♡♡

Hello Everyone!!👋

Gimana ceritanya? Suka?😍

Pantengin terus yaa😇

Jangan lupa Vote and Komen😘

Grenze Lovers! Stay Read yaw 🤗

See you next chapter 💖💖

TE AMO 🌹💟


GRENZE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang