"Cinta pertama memang mempunyai tempat jauh lebih banyak di hati jauh dibandingkan cinta setelahnya. Meskipun lebih baik atau lebih cocok tapi cinta pertama tak akan bisa dikalahkan semudah itu"
♡♡♡
Lalu ia mengusap juga air mata Gren hingga tak tersisa seka air matanya.
"Thanks" lirihnya menjawab dengan tersenyum
Zeva mengangguk.
"Lo ga kangen sekolah? Lo ga kangen gue? Ayo lah.. lo pasti bisa kok" ucap Zeva sambil mengulurkan tangannya dan tersenyum
Gren pun menjawab uluran itu lalu berdiri.
Zeva mengambilkan kruk itu kembali dan menyerahkannya ke Gren.
"Oh ya, siapa bilang gue bakal nganterin lo sampai rumah? Engga kok. Lo bareng Panji. Dia lagi otw kesini katanya. Gue habis ini pulang naik Ojol" ucap Zeva
"Ehm.. lo duduk dulu aja, tunggu Panji sampai dateng. Gue mau pulang duluu" lanjut Zeva mengambil tasnya dan mencangklongkannya ke bahunya.
"Zev" panggil Gren membuatnya langsung menoleh.
"Sorry yaa" ucap Gren
Zeva mengangguk dan tersenyum. Lalu ia melambaikan tangannya dan kemudian keluar dari sana. Sampai di luar ia terkejut melihat Panji yang udah nungguin dari tadi.
Panji menyuruhnya diam dengan gerak geriknya.
"Lo daritadi ada disini?" Tanya Zeva berbisik pelan
Panji mengangguk.
"Trus kenapa lo ga masuk?" Tanya Zeva
"Sst.. Gue mau nunggu dia lega dulu. Tuh kan. Seperti yang gue bilang. Meskipun badannya terlihat udah gedhe, tapi dia masih bocil umur 5 tahun." Ejek Panji
"Namanya juga lagi sakit oon!" Sewot Zeva membelanya dengan menampar pelan tangan Panji
Panji terkekeh.
"Bukan gitu, tapi dia memang gitu. Hatinya terlalu lemah untuk dikatakan cowo remaja. Ya gitulah." Ucap Panji
"Yaudah gue cabut pulang dulu yaa. Kabarin kalau dia udah sampai rumah" ucap Zeva
"Kenapa ga minta dikabarin dia aja?" Tanya Panji
"Habis kayak tadi lo masih nyuruh gue ngechat dia? Hh adekaka sama aja gapeka!" Zeva langsung melangkah pergi meninggalkan Panji.
Zeva pun pulang. Tak lama kemudian, Panji masuk ke dalam.
♡♡♡
Sesampainya di rumah, Zeva tengah memikirkan hal tadi. Di kamarnya sambil memeluk sebuah guling tersayangnya dia menatap langit kamarnya dan berbicara tersenyum sendiri.
"Gren.. lo lucu deh kalo lagi nangis. Gemess aja gitu liatnya"
"Gue kira cowok tuh ga pernah nangis. Ternyata bisa juga yaa hehe"
"Tapi sungpa! Tadi gue berasaa jahat di depannya karna udah bikin nangis"
"Harusnya kan gue yang nangis. Kenapa malah dia?"
"Bodo ahhh... kenapa juga mikirin tadi. Mending gue tidur"
Setelah ngobrol panjang lebar akhirnya Zeva pun tertidur.
♡♡♡
Panji telah mengantarkan Gren sampai di kamarnya. Untuk hari ini, Panji memang sengaja menginap di rumah Gren dengan kamar yang berbeda.
"Gren! Besok lo gausah berangkat aja. Sampai kaki lo full pulih dulu. Lo kan pinter. Jadi ga bakal lah jadi bodoh setelah ini, ye kan?" Tukas Panji
"Ya emang gue ga mau berangkat sekolah. Jujur ya Nji. Gue udah males gitu buat sekolah. Bukan karena capeknya. Tapi ya aneh aja gitu" ucap Gren diatas kamarnya
"Lo mikir gini karna gaada Naya kan? Ternyata dalam hati lo yang paling dalam, lo masih sayang sama dia." Ucap Panji
"Sepertinya" ucap Gren juga tak yakin dengan perasaannya
"Setidaknya lo hargai aja dulu lah Zeva yang slalu ada disamping lo" ucap Panji
"Gue capek Nji, sumpah. Gimana ya? Malah jadi pengen juga gitu ngerasain frustasi tuh gimana? Trus ngerasain tukeran jiwa. Biar new life juga gitu kayak Zeva dan Naya" ucap Gren
Panji terdiam. Dia bingung kenapa Gren mengungkit masalah perbedaan jiwa itu?
"Gue tau lo kangen kan sama Naya?" Ucap Panji tak mau membuat Gren sebal karena sarannya.
Dia memosisikan dirinya sebagai pendengar bukan penyaran. Karena apa yang dilakukan Gren adalah keputusannya sendiri. Ia jarang mengikuti saran orang lain sekiranya lebih baik untukknya. Dia benar-benar bergerak mandiri dari tiap menangani sebuah masalah yang terjadi di kehidupannya.
"Kalau Naya kembali, kira-kira dia mau ga ya sama gue?" Tanya Gren
Panji merasakan sisi Gren yang telah berbeda setelah ketubrukan runtuhan batu gedung kala itu.
"Iya kalau kembali. Kalau engga?"
Ucapan Panji membuat Gren menoleh kearahnya.
"Ya gue tetep sama Zeva lah" tukas Gren
"Emang ya, cinta pertama ga akan bisa dirubah sedikitpun posisinya. Cinta pertama memang mempunyai tempat jauh lebih banyak di hatinya jauh dibandingkan cinta setelahnya. Meskipun lebih baik atau lebih cocok tapi cinta pertama tak akan bisa dikalahkan semudah itu" batin Panji mengingat kisah Gren pertama mencintai Naya dalam kehidupannya
"Gren gue ngantuk nih, gue ke kamar dulu yaa. Lo tidur, jangan bergadang" ucap Panji
Gren mengangguk paham. Panji pun keluar dan menuju kamarnya yang jadi kamarnya bila ia berada dirumah Gren.
♡♡♡
Hello Everyone!!👋
Gimana ceritanya? Suka?😍
Pantengin terus yaa😇
Jangan lupa Vote and Komen😘
Grenze Lovers! Stay Read yaw 🤗
See you next chapter 💖💖
TE AMO 🌹💟
![](https://img.wattpad.com/cover/307622318-288-k907080.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
GRENZE
Подростковая литератураSatu nama dengan berbeda kehidupan. Memulai kisah baru, cerita baru dengan nama yang sama, akan tetapi berbeda kehidupan. Semua berubah menjadi tak terduga. Hingga kisah bersamamu terukir indah🌺 Namun, semua hal pasti ada batasnya. Bilamana ini sud...