4. Grenada

18 15 0
                                    

"Aku terkesima bukan karena kamu makin cantik, tapi kamu jauh lebih berbeda dengan Zeva yang aku kenal"

♡♡♡

Pagi harinya, Zeva sengaja berangkat sedikit mepet agar semua melihat perbedaannya. Ia berjalan memasuki kelas.

Dengan tatapan rambut yang berbeda. Bahkan ia juga menambah makeup tipis di wajahnya. Sekarang, bahkan Zeva terlihat lebih cantik daripada Jingga.

"Zev, lo kesambet apaan anjir! Berubah secantik ini, tas lo, tempat pensil lo, dompet lo semuanya berubah." ucap Jingga meletakkan tangannya ke jidat Zeva

"iyaa gue kesambet puas?" sinis Zeva

"Sans aja kali, gue tau kok, lo udah cape kan menaruh harapan tinggi ke Alvin?" ucap Jingga

"Pinter banget sih bestiee ku satu ini" ucap Zeva menowel-nowel pipi Jingga

"aw sakit tau Zev,"

"ow tututu tayang, jan nangis yah"

Mereka berdua saling tertawa bersama. Meskipun fisik udah berubah, tapi keakraban Zeva tidak berubah.

Saat mata Zeva melihat ke arah depan lalu tak sengaja melihat Gren yang mengarah juga kearahnya.

Ia melihat Gren mengacungkan jempol untuknya dan tersenyum. Zeva membalas dengan senyuman juga.

Bu Dara selaku guru matematika datang dan memulai kelas.

"Anak-anak ulangannya ibu majuin hari ini yaa, soalnya Jumat ibu mau Dinas ke luar kota" ucap bu Dara
Suara desahan seisi kelas terdengar.

"LOH BU?! KOK DADAKAN SIH?!" teriak seisi kelas.

"Harusnya kalian selalu belajar jadi ga menanti mau ulangan dulu baru belajar!" skak bu Dara

Kertas dibagikan, dan mereka memulai ulangan.

Satu jam lewat. Zeva maju ke depan dan mengumpulkan kertas ulangannya pertama. Semua terkejut melihatnya. Apalagi Gren yang selalu mengumpulkan pertama kini tersalip Zeva.

"cepet banget kamu, ngasal semua ya"

"jangan ngira yang engga-engga bu"

Zeva langsung keluar kelas dan menuju kantin.

Gren yang sudah menyelesaikannya langsung menghampiri Zeva ke kantin. Ia menarik tangan Zeva refleks.

Zeva yang terkejut, langsung berbalik menghadap Gren.

"kok lo cepet banget ngerjainnya? Ini dadakan loh padahal" ucap Gren terengah-engah

"Kenapa? Takut salah saing ya?" tanya Zeva terkekeh

"ga gitu, aneh banget gitu, biasanya lo aja yang paling terakhir, tapi kali ini lo jadi first" ucap Gren

"gue gamau jawab alasannya.
Kumpulkan saja dugaan lo, nanti gue jawab di saat waktu yang tepat" ucap Zeva

"Hah? La kok?"

Zeva hanya tersenyum smirk di depannya

"Trus lo juga berubah. Rambut lo, dandanan lo, semua barang-barang lo juga beda."

"kenapa emangnya?"

"gapapa beda aja gitu,"

"bilang aja tambah cantik" ucap Zeva mendorong bahu Gren dan membeli minuman. Lalu duduk di kursi kantin.

Gren membeli minuman yang sama lalu duduk di depan kursi Zeva.

"iyaa lo makin cantik" puji Gren menatap ke arah Zeva

Zeva hanya tersenyum dan terkekeh.

"Gini nih, yang gue keselin dari cowok. Jual mahal! mo muji cantik aja lama banget" ucap Zeva tersenyum penuh tawa.

"Tapi nanti kalo nilai lo lebih bagus dari gue, gue bener-bener ga terima nih, perubahan lo meningkat pesat, dan gue harus waspada itu"

"yaudah bersaing secara sehat aja kalo kayak gitu"

Mereka melanjutkan perbincangan mereka dengan penuh tawa.

Alvin datang menghampiri mereka berdua di kantin. Ia duduk di samping Zeva.

"Zev, ada apa dengan rambut lo? lo dandan juga? kesambet apaan Zev?" tanya Alvin

"la emang kenapa sih? salah gitu kalau gue berubah makin cantik? apa gue harus terlihat Nerd gitu terus di mata lo?" tanya Zeva sinis

"Ya nggak gitu, ntar kalo lo makin cakep, gue makin suka sama lo Zev" ucap Alvin to the point

Zeva tersedak oleh minumannya sendiri. Gren juga terbelalak mendengarnya.

"Jangan suka sama gue, ntar di labrak lagi gue sama kakkel" ucap Zeva menegaskan kata-katanya

"Kalo masalah itu sih gampang diurusnya" ucap Alvin

"Gampang kata lo? kemana aja lo waktu gue dilabrak karena lo hah?" tanya Zeva

"Gue kan di rumah sakit waktu itu Zev, lo lupa?"

"anjir keceplosan, Duhhh ngomong apa coba gue" batin Zeva terkejut.

"ya pokoknya lo urusin dulu kakkel lo itu" ucap Zeva sinis lalu bangkit dari kursinya dan berjalan entah mau kemana.

Alvin menoleh kearah Gren. Gren hanya mengangkat bahunya dengan arti gatau apa-apa.

Alvin balik menuju kelasnya. Gren kembali juga ke kelas. Tatau nya Zeva juga udah kembali di bangkunya.

"Zev, tadi kok lo bisa cepet banget sih ngerjainnya?" tanya Jingga

"kan udah gue bilang, Gue berubah"

"tapi ngeri banget sih perubahannya, pesat" kagum Jingga masih ga nyangka.

Zeva hanya menanggapi dengan senyuman.

Gren kembali ke bangkunya lalu melanjutkan mabarnya kembali.

Sementara di kelas Alvin, ia mengecek kembali chatnya di whats up nya Zeva.

"Lah, ga ke kirim ternyata? Pantes, Zeva gatau kalau gue sakit waktu itu. Gabisa dibiarin ini. Jangan sampai si Ijo yang dapetin duluan hati Zeva. Dia kan udah lama kenalnya sama gue, harusnya dia lebih deket dong sama gue. Bukan ke si Ijo!" batin Alvin ngedumel dari tadi.

♡♡♡

Hello Everyone!!👋

Gimana ceritanya? Suka?😍

Pantengin terus yaa😇

Jangan lupa Vote and Komen😘

Grenze Lovers! Stay Read yaw 🤗

See you next chapter 💖💖

TE AMO 🌹💟

GRENZE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang