45. Stabbed

9 7 0
                                    

"Lagi dan lagi, kamu terluka."

♡♡♡

Ambulan datang dan membawa Gren ke rumah sakit. Setelah sampai, Gren langsung dirawat di UGD.

Mereka berdua juga dibersihkan luka karena luka babak belur akibat perkelahian tersebut. Alvin segera menghubungi Panji dan mengabarinya. Supaya Panji juga memberitahukan kabar ini ke nyokap Gren.

"Nji! Gren ditikam. Sekarang dia udah ada di RS. Tadi kita bertiga berantem buat nolongin Didi tapi gataunya Gren malah yang kena. Lo buruan kesini Nji. Kabari nyokapnya juga"

Pesan itu terbaca saat Panji di kantin. Memang saat itu tengah jam istirahat.
Muka panik terlihat di wajah Panji.
Zeva yang mengetahuinya langsung menanyakan alasanya.

"Panji, ada apa dengan Gren?" Tanya Zeva

"Dia ditikam, gue mau ke RS sekarang" ucap Panji

"Gue ikut"

Panji mengangguk lalu mereka berlari menuju parkiran bersama. Melaju ke RS bersama.

Di depan ruangan UGD, tampak mereka berdua sudah stay disana.

"Gren gimana?" Tanya Panji

Melihat kondisi Gren dari balik jendela Zeva menangis.

"Dia kehilangan banyak darah. Kata dokter, dia harus segera menemukan pendonornya. Atau kalau ga, dia ga akan selamat" ucap Alvin menjelaskan

Mendengar hal itu Zeva makin terisak.

"Golongan darah Gren sangat langka. Hanya satu orang yang sama dengannya" ucap Panji sebagai saudara yang sangat mengenal kehidupan Gren

"Siapa?" Tanya Didi

"Om Dewa, bokap Gren yang udah ga tinggal bersama dengannya" ucap Panji

"Broken home?" Tanya Didi

"Iyaa" tukas Panji menjawabnya

Tak lama kemudian Melody datang dengan wajah resah dan cemas. Panji menjelaskan semuanya.

"Nyawa Gren sekarang ada di tangan Om Dewa tante. Kasih tau Panji alamat Om Dewa sekarang" ucap Panji tegas

Ia tegas demi keselamatan Gren. Melihat Melody yang sudah renggang komunikasi dengan Dewa setelah sekian lamanya.

"Saya gatau alamatnya sekarang. Yang saya tahu hanya dimana ia bekerja." Tukas Melody

"Dimana tan?" Tanya Panji

"PT Krimanjaya." Jawab Melody

Panji langsung membuka goggle maps dan mencari alamat perusahaan tersebut.

"Oke, gue kesana dulu dengan Zeva. Kalian berdua tetap jaga sini" perintah Panji

Alvin mengangguk.

♡♡♡

Tak lama kemudian, sampailah mereka berdua di depan perusahaan itu.

Mereka masuk lalu di halang oleh satpam. Perusahaan ini sangatlah besar ternyata.

"Stop! Kalian berdua ada urusan apa disini?" Tanya Satpam itu

"Kami mencari Pak Dewantara" ucap Panji

"Untuk apa kalian berdua mencari pak Bos?" Tanya Satpam itu

"Pak Bos?" Batin Zeva bertanya-tanya

"Demi keselamatan putranya. Saya ponakan beliau, saya harus bertemu dengannya sekarang." Ucap Panji

"Pak, kita mohon pak. Nyawa Gren ada di tangan papanya sekarang." Ucap Zeva dengan sangat memohon

"Baiklah, saya panggilkan dulu" ucap pak satpam itu

Mereka menunggu di lobi perusahaan. Dewa turun ke lantai dasar dan menemui mereka berdua.

"Om Dewa, saya Panji om" panggil Panji langsung bersalaman begitu pula Zeva

"Kalian berdua teman Gren?" Tanya Dewa

"Iyaa om, sekarang Gren masuk UGD dan hanya darah om saja yang bisa menyelamatkan nyawa Gren" ucap Panji

"Baiklah, ayo kita segera kesana" ucap Dewa dengan bijaksananya melangkah keluar dan memasuki mobil.

Panji mengikuti mobil itu menuju RS.

Setelah sampai disana. Mereka berdua bertemu. Tak banyak obrolan, Dewa langsung menghampiri dokter yang merawat Gren dan langsung mendonorkan darahnya untuk Gren.

Setelah proses pendonoran selesai, Dewa melihat kondisi anaknya. Putra satu-satunya yang ia miliki.

Dewa mencium kening Gren sebelum ia keluar darisana.

Setelah keluar, dia menitipkan pesan kepada Panji.

"Makasih ya Om, udah rela donorin darahnya buat Gren" ucap Panji

Dewa mengangguk.

"Titip salam juga dengan Gren yaa. Saya pamit kembali ke kantor dulu" ucap Dewa bergegas pergi

Panji mengangguk. Dewa langsung kembali ke kantornya.

Panji berfikir. Mungkin karena kesibukan Om Dewa lah yang membuat Om Dewa meninggalkan rumah tangganya.

♡♡♡

Setelah itu Gren dipindahkan ruangan. Akan tetapi Gren masih belum sadar juga. Otaknya masih belum mendapat oksigen sehabis luka yang membuat darahnya banyak terkuras.

Hingga malam pun tiba.

Sehabis dari toilet, Zeva merasakan keanehan dari dalam tubuhnya. Kenapa rasanya pusing tiba-tiba. Pertanda apa lagi ini?

Zeva langsung menghampiri Panji.

"Nji, gue pulang dulu yaa" ucap Zeva pamit

"Oh iya, biar gue yang jaga Gren. Vin, anterin dia pulang yaa" pinta Panji

"Okee" jawab Alvin

"Gue juga pamit dulu yaa" ucap Didi

"Oh yaa lupa bilang. Lo nginep dulu aja di rumah Alvin. Soalnya Om Dewa lagi mengurusi tentang si preman itu. Nanti takutnya mereka datengin rumah lo lagi" ucap Panji

"Oh gitu yaudah. Thanks ya infonya" ucap Didi

Panji mengangguk. Mereka bertiga pulang. Setelah Alvin mengantarkan Zeva pulang. Didi nginep di rumahnya.

♡♡♡

Hello Everyone!!👋

Gimana ceritanya? Suka?😍

Pantengin terus yaa😇

Jangan lupa Vote and Komen😘

Grenze Lovers! Stay Read yaw 🤗

See you next chapter 💖💖

TE AMO 🌹💟

GRENZE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang