24. Màs que nada

7 7 0
                                    

"Aku pernah kehilangan semuanya, Darimu aku mendapat lagi segalanya"


♡♡♡

Zeva mengangguk dan menjawab uluran tangan itu, lalu bergandeng tangan dan menuju ke pasir pantai.

Bermain pasir pantai malam-malam. Seru dan menarik. Mereka menggambar-gambar yang tidak jelas dengan pasir pantai.

"Oh yaa tadi lo bilang pake bahasa Spanyol itu dari mana?" Tanya Zeva

"Kamu aja kali pake nya. Biar romance dikit hehe" kekeh Gren

"Eh iya-iyaa deh" ucap Zeva

"Belajar dari translatetan goggle lah, hehe" kekeh Gren

"Gren untuj sementara kita pacaran diam-diam dulu aja yaa. Masih butuh mental buat aku jelasin ke Jingga dan yang lainnya" ucap Zeva

Gren mengangguk paham.

"Tapi tadi Arnold liat, yakin ga akan diaduin?" Tanya Gren

"Kayaknya engga deh" jawab Zeva

"Makin dingin, balik ke rombongan aja yuk" ajak Gren

Mereka pun kembali ke kamar hotel masing-masing.

"Darimana aja Zev, senyum-senyum?" Tanya Jingga merasa heran

"Dari luar. Udahlah, gue mau tidur duluan yaa" ucap Zeva dengan riangnya langsung tenggelam di balik selimut kamar hotel. Malam terindah baginya adalah malam ini.

♡♡♡

Esok harinya, masih dengan lokasi yang sama, namun berbeda wisata. Mereka mengunjungi wisata di lokasi itu satu persatu. Masih dengan pantai. Hanya dengan nama yang berbeda. Semua orang tengah sibuk foto-foto.

Gren menarik tangan Zeva dan bertemu dengan rombongannya.

"Didi.. fotoin kita dong yah" Pinta Gren pada teman sebangkunya yang introvent ini.

Didi mengangguk, lalu mulai memotret mereka dengan menggunakan ponsel Gren. Beberapa kali Didi memotret mereka foto bersama.

Pose mereka telah berbeda, dari yang mulai absurd banget hingga romance banget. Namun, Didi tak kepo. Ia hanya menjalani permintaan dari Gren.

"Thanks ya diii" ucap Gren

"Gue balik rombongan dulu yah" ucap Didi langsung pergi meninggalkan mereka berdua.

"Selfinya belum Gren" kekeh Zeva meminta

Mereka pun juga tak lupa foto selfi dengan ponsel Gren.

"Sanaa!! Pose! Biar aku yang fotoin" ucap Gren

Mereka berdua bergilir memotret satu sama lain. Tuntas keinginan mereka untuk mengabadikan momen pikniknya itu.

Pindah ke lokasi selanjutnya, waktunya untuk shopping. Zeva dan Jingga berkeliling membeli barang-barang yang ia inginkan.

Yang tak lain seperti baju, aksesoris, gantungan kunci, alat tulis, boneka, topi, tas dan lain sebagainya. Gren dengan Didi juga membeli barang-barang seperti baju, topi, sepatu dan lain-lain.

"Lo pacaran ya sama Zeva?" Tanya Didi pelan

Gren terkejut mendengar hal itu tiba-tiba dari mulut Didi yang bisa dibilang tak pernah ingin tau urusan orang lain.

Akan tetapi, Didi menanyakan hal ini bukan bermaksud kepo. Dia mengetahui sedikit tentang kedekatan Zeva dan Alvin.

"Iyaa, tapi diem loh! Zeva yang minta buat ngerahasiain" ucap Gren

"Bukannya dia sama Alvin? Kapten basket itu?" Tanya Didi

"Kalau suka sama Alvin? Ga mungkin nerima gue lah" jawab Gren terkekeh

"Setau gue, Zeva yang gue kenal tidak bisa lepas dari bayang-bayang Alvin. Dulu aja dia sering nyamperin kelas Alvin saking kangennya" ucap Didi malah membuat kuping Gren panas aja.

"Zeva yang lo kenal, mungkin seperti itu. Tapi.. Zeva yang gue kenal, sudah berubah. Cinta bisa berubah kali Di. Btw lo kapan nih nyusul jadian?" Kekeh Gren bercanda agar tidak membawa obrolan itu terlalu serius.

"Kapan-kapan" jawab Didi tersenyum

♡♡♡

Satu persatu tempat wisata telah mereka kunjungi. Perjalanan pulang dimulai. Semuanya telah duduk di bangku bis yang mereka tempati.

Gren dan Zeva asyik chattingan meskipun mereka satu bis. Zeva yang tengah mengenakan headsetnya tertawa kecil, senyum salting dan penuh kebaperan.

"Kesambet apaan luh Zev, lihat ah lihat"

Belum saja Jingga melirik ke layar ponsel Zeva. Zeva sudah menyembunyikannya terlebih dahulu.

"Gapapa" jawab Zeva masih tersenyum salting.

"Gue tidur duluan yaa, Zev! Ntar kalo udah nyampe bangunin gue" pinta Jingga

"Siap" jawab Zeva mengangguk

Zeva kembali melihat chat dari Gren.

"Aku pernah kehilangan semuanya, Darimu aku mendapat lagi segalanya"

"Sama-samaa"

"Belum aja bilang makasih, hadeuh"

"Kan aku Gercep"

"Iya iyaa, la buat aku, mana kata-katanya?"

"Itu namanya kembang api dan kamu bintangnya."

"Weyh, curi kata-kataku itu"

"Mas que nada.. te amo"

"Nah, kalau ini kata-kata buat kita. Cukup bilang itu aja aku terus mengingat semua tentangmu."

"Dah sana loh tidur! Ga cape apa?"

"Kamu aja ga tidur, nyuruh-nyuruh tidur"

"Yaudah aku tidur dulu, ntar diamuk Jingga akwkwk"

"Siap"

♡♡♡

Bis telah sampai dan terparkir rapi di halaman sekolah. Semua turun secara bergilir.

"Baik anak-anak. Pastikan kalian pulang dengan selamat yaa. Bagi yang belum dijemput bisa menunggu dulu sampai sedatangnya." Ucap pak Zaka

"Baik pak" jawab anak-anak

Pak Mamat sudah stay disana. Zeva melambaikan tangannya ke arah Gren seraya tersenyum. Ia pun langsung pulang bersama pak Mamat.

"Ehem" dehem Arnold yang tiba-tiba lewat dan melihat mereka berdua.

"Eh nold, diem aja loh! Zeva yang nyuruh" ucap Gren pelan

Arnold hanya terkekeh lalu berjalan keluar. Gren pulang sendiri dengan motornya.



♡♡♡

Hello Everyone!!👋

Gimana ceritanya? Suka?😍

Pantengin terus yaa😇

Jangan lupa Vote and Komen😘

Grenze Lovers! Stay Read yaw 🤗

See you next chapter 💖💖

TE AMO 🌹💟

GRENZE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang