44. Ray

7 8 0
                                    

"Ini bukanlah hal yang sepele. Ini adalah sebuah pertanda bahwa sebentar lagi semuanya akan kembali"

♡♡♡

Gren membuka matanya karena terkejut mendengar penuturan Zeva.

"Kenapa terus lo ungkit sih Zev? Lo ga akan kemana-mana. Lo akan tetap jadi milik gue seutuhnya dan selamanya. Ga peduli wajah lo nanti akan berubah. Tapi jiwa lo dan hati lo akan seperti ini. Zeva kesayangan gue. Zevanya Gren" ucap Gren mengusap rambut Zeva beberapa kali.

Zeva lalu mendongakan kepalanya dan menatap mata Gren lekat seraya tersenyum. Lalu dengan cekatannya Zeva mencium bibir Gren singkat maish dalam posisi itu.

Gren terkejut dibuatnya.

"Zevaa! Lagi ngomong juga! Dasar, mencuri kesempatan dalam kesempitan!" Decak Gren

Zeva lalu terkekeh. Gren hendak membalas akan tetapi telapak tangan Zeva sudah ia letakan terlebih dahulu di depan mulutnya. Ia menghalangi mulutnya dengan tangannya.

Gren berdecak.

"Kenapa dihalangin? Kan gue mau bales kenakalan lo!" Ucap Gren

"Tapi habis ini berangkat sekolah?" Tanya Zeva memberi syarat itu terlebih dahulu

Gren mengangguk. "Janji"

Tangan Zeva ia mundurkan dan ia kalungkan ke leher Gren dan Gren pun menciumnya. Ia melumat bibir Zeva dengan perlahan dan merasakan sensasi kecupan itu. Penuh dengan saliva.

Masih dengan posisi saling kiss. Tiba-tiba tangan Zeva yang tadi ia kalungkan di leher Gren langsung bersinar.

Zeva memundurkan kepalanya.

"Gren, tangan gue kenapa?" Tanya Zeva bingung melihat tangannya tiba-tiba bersinar

"Hah? Tangan lo ga kenapa-napa. Kenapa emangnya? Jangan nakutin deh" ucap Gren langsung membolak balikan tangan Zeva sambil mengeceknya.

"Masak gue doang yang lihat?" Bingung Zeva dalam batinnya. Dia melamunkan sesuatu hal yang tak ia pahami

"Kenapa Zev? Ceritaa" ucap Gren langsung duduk begitupula dengan Zeva.

"Tangan gue tiba-tiba bersinar lo ga lihat?" Tanya Zeva

"Engga, tangan lo ga kenapa napa" jawab Gren

"Berarti hanya gue yang bisa lihat? Ini pertanda apa Gren? Apa waktu gue disini mau habis?" Tanya Zeva

"Zev, ga lucu yaa. Jangan nakutin gue ah" ucap Gren resah

"Bukannya mau nakutin tapi memang bener gue ga bohong Gren. Tangan gue tadi bersinar dan cuman gue yang bisa lihat" ucap Zeva

Gren langsung memeluk Zeva erat.

"Jangan pergi Zev. Gue mohon" ucap lirih Gren

Kedua tangan Zeva langsung memundurkan kembali kepala Gren.

"Gue ga kemana-mana kok. Gausah takut lagi yaa" ucap Zeva tersenyum sambil mengusap rambut Gren dengan tangannya.

Gren mengangguk. Lalu dia turun dari kamarnya dan bergegas untuk mandi.

Setelah itu mereka berdua berangkat ke sekolah bersama.

Sesampainya di kelas, mereka pada dilihatin sama seisi kelas karena teat berduaan. Untung jamkos pagi hari itu.

Drrt. Notif pesan dari Alvin sangat banyak.

"Gren! Kita berdua lagi dikejar sama Preman kampung Didi. Kayaknya Didi dibuli deh sama mereka. Lo bisa bantuin kita ga?"

"Oke otw"

Gren bergegas hendak berbalik lagi keluar kelas.

"Gren! Lo mau kemana lagi?!" Teriak Zeva diluar kelas

"Nolongin Didiii" jawab Gren langsung lari menuju parkiran dan melaju menuju rumah Didi.

♡♡♡

Belum sampai rumah Didi, di tengah jalan. Gren melihat Didi dan juga Alvin tengah ada disana. Di kepung para preman.

"Woy! Beraninya kok komplotan! Kalian kenapa ganggu Didi sih?" Tanya Gren tegas menghampiri mereka dengan berjalan

"Dia punya utang ke kita. Dan belum dibayar-bayar sampai sekarang. Dengan jumlah yang banyak. Sekarang, dia malah pura-pura gatau" ucap salah satu preman itu

"Jadi Didi frustasi karna dikejar utang?" Batin Gren

"Tapi ya ngga pake kekerasan juga dong mainnya!" Tegas Gren

"Heh bocil! Lo temennya diem aja! Urusan kita hanya ke Didi aja bukan ke kalian berdua." Ucap preman itu

Gren memutuskan untuk bertengkar menghadapi mereka semua. Dibantu dengan Alvin yang masih bisa bangkit. Didi sudah terjatuh dengan wajah lebam di pipinya.

Mereka berdua bertengkar melawan preman itu yang jumlahnya lebih banyak dari mereka bertiga.

Penuh suara bugh menggelegar pagi hari itu. Didi bangkit juga dan mereka bertiga bertengkar bersama.

Alvin dan Didi terjatuh dari area pertempuran sengit itu. Tersisa hanya Gren dengan satu lawannya yang sangat ampuh.

Dengan kelincahan Gren saat berantem membuat lawan yang katanya sangat ampuh itu kewalahan. Kini posisi Gren tengah menduduki si botak dan memukulinya. Tanpa sadar dari belakang Gren ada satu preman yang bangkit dan menghampiri Gren dengan cepat.

"Gren awaas!" Teriak Alvin disela teparnya

Gren menoleh kebelakang, akan tetapi dia kurang cepat untuk melihat situasi sekitarnya. Preman itu menikamnya dengan pisau dan membuat Gren jatuh dengan darah bercucuran.

"Grenn!!" Teriak Didi dan Alvin langsung menghampirinya

Para warga datang karena melihat keributan di sana. Preman preman tadi langsung kabur semua.

Alvin dan Didi hanya memedulikan kondisi Gren sekarang. Alvin menyekap luka tusuk itu dengan tangannya. Dia berusaha menghentikan kucuran darah segar yang keluar dari samping perut Gren.

Gren sudah pingsan. Didi langsung menelfon ambulan untuk membawa Gren ke rumah sakit segera.











♡♡♡

Hello Everyone!!👋

Gimana ceritanya? Suka?😍

Pantengin terus yaa😇

Jangan lupa Vote and Komen😘

Grenze Lovers! Stay Read yaw 🤗

See you next chapter 💖💖

TE AMO 🌹💟

GRENZE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang