37. Chance

6 8 0
                                    

"Semua ini karena kefrustasian dalan hidup. Tuhan merubahnya dengan memberikan kesempatan seperti ini"


♡♡♡

"Ha? Maksudnya?" Tanya Didi bingung dengan maksud Gren

"Tapi kata pak Zaka, lo beneran Didi temen sebangku gue." Ucap Gren

"Lo ngomong apaan sih? Pak Zaka siapa lagi?" Tanya Didi

"Wali kelas kita" jawab Gren

Didi terdiam dan menatap manik mata Gren dengan tatapan serius. Dia juga bingung akan dirinya sendiri.

"Dari semua data administrasi, lo beneran Didi tapi sikap dan tingkah lo ga menunjukkan lo kayak Didi yang gue kenal" ucap Gren

"Kok bisa gitu?" Tanya Didi

"Bentar, gue punya kenalan yang kayak lo. Biar gue datengin disini. Eh tapi dia masih sekolah deh. Tunggu dia pulang aja" ucap Gren

"Oke" jawab Didi dengan anggukan

Gren kemudian mengeluarkan ponselnya dan mengechat Zeva.

"lantai 4 ruangan Melati no 5. Habis pulang sekolah dateng kesini. Ada yang mau gue tanyakan"

Pesan itu telah terbaca oleh Zeva. Zeva sempat bingung karena ruangan ini bukan kamar Gren.

♡♡♡

Sore harinya, Zeva langsung otw ke rumah sakit. Sebelumnya, Gren sudah latihan berjalan terus dari tadi dibantu dengan Didi.

Ia lalu menyuruh Didi mengembalikan kruk itu di ruangannya. Karena hanya beda satu lantai, Didi pun menurutinya.

Kini Gren terduduk di bangku. Dan Didi di ranjangnya. Tak lama kemudian, Zeva datang juga.

Ia melihat dua orang yang ia kenal ada disana.

"Didi! Lo di rumah sakit? Lo sakit apaa?" Tanya Zeva langsung mendekat ke arah Didi

Didi tersenyum karena melihat orang cantik tengah mengkhawatirkannya.
Merasa terbakar, Gren berdehem.

"Gausah genit. Dia Pacar gue!" Tegas Gren memperingatkan Didi

Didi menciutkan mukanya kembali. Lalu Zeva berbalik menghampiri Gren yang terduduk.

"Kenapa panggil gue?" Tanya Zeva sambil menarik satu bangku lagi dan duduk.

"Cuman mau ngenalin aja sama dia" tukas Gren

"Loh kan udah kenal. Orang kita sekelas" elak Zeva

"Dia bukan Didi teman kita. Dia kayak lo. Berubah kepribadian dengan tubuh yang sama" ucap Gren menjelaskannya

Zeva terkejut mendengarnya.

"Really?" Tanya Zeva

Gren mengangguk.

"Pantes gue datengin senyam senyum. Padahal kita ga akrab" tukas Zeva

"Bentar-bentar kalau dia kayak gue. Berarti dia bukan pacar lo dong. Kan beda orang" ucap Didi ngarang

"Justru karena dia beda orang, makanya kita pacaran. Kalau sama Zeva yang asli mah. Gamungkin pake banget." Ucap Gren

"Jadi namanya Zeva?"

"Iyaa gue Zeva. Persis seperti yang di bilang Gren. Tapi bukan cuman gue kok yang kayak gini, ada Naya juga. Crushnya Gren" ucap Zeva

"Apaan sih Zev, kok malah disebutin"

Zeva terkekeh. "Keceplosan"

"Trus ini tuh cobaan, sihir, kutukan apa anugerah?" Tanya Didi

"Keajaiban mungkin. Gatau juga ya, apa motivasi dari yang diatas bisa ngatur begini. Tujuannya apa juga gue masih ga ngerti" ucap Zeva

"Gue kira gue udah nemu jawabannya" ucap Gren

"Apa?" Tanya mereka berdua samaan

"Ini bukan kutukan. Ini sebuah anugerah dari tuhan untuk membuat hidup kalian bener lagi. Dari yang gue lihat. Didi tadi sempet mencoba bunuh diri dengan lompat ke air dan keliatan mukanya pasrah" ucap Gren

"Ha? Lo bunuh diri?" Tanya Zeva

"Bukan dia. Tapi Didi temen sebangku ku" ucap Gren

"Iya deh kan beda orang" tukas Zeva

Gren melanjutkan pembicaraannya lagi.

"Sepertinya tuhan memberikan Didi kesempatan untuk merubah hidupnya jadi yang lebih baik. Didi kayak frustasi akan hidupnya. Makanya dituker jiwa tapi tidak dengan raga. Biar mencoba merasakan kehidupan orang lain gitu." Ucap Gren

"Jadi gue juga frustasi akan hidup? Makanya gue juga dituker?" Tanya Zeva

"Sepertinya iya" ucap Gren

Mereka terdiam.

"Tapi lo udah lebih bahagia kan dengan kehidupan lo yang baru ini? Zeva mungkin juga bahagia dengan kehidupan barunya sebagai lo disana" ucap Gren

"Bahagia juga punya kamu" tambah Zeva tiba-tiba mengbucin

"Cih, bucin banget sih" tukas Didi mengiri

"Terus yang nolong lo siapa?" Tanya Zeva

"Gue" jawab Gren

Zeva menoleh dan terkejut.

"Dengan kaki lo yang kayak gitu? Lo masih berniat nolongin dia?" Tanya Zeva

"Kalau ga gue tolongin dia bisa mati kali Zev. Didi kan juga temen gue" ucap Gren

"Thanks ya bro. Lo rela nolongin gue meskipun kaki lo kayak gitu. Tenang aja. Gue bantuin lo jalan sampai full pulih sempurna" ucap Didi

Zeva terkejut mendengarnya.

"Lo belum pulih?" Tanya Zeva

Gren menggelengkan kepalanya.

"Tapi gue pulang malam ini." Ucap Gren

"Baguslah kalau kayak gitu. Gue anterin lo sampai rumah yaa? Sama Panji kok. Bentar lagi dia nyusul" ucap Zeva

Gren hendak menolak tapi Zeva makin mempertegasnya.







♡♡♡

Hello Everyone!!👋

Gimana ceritanya? Suka?😍

Pantengin terus yaa😇

Jangan lupa Vote and Komen😘

Grenze Lovers! Stay Read yaw 🤗

See you next chapter 💖💖

TE AMO 🌹💟

GRENZE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang