11. Melt

13 12 1
                                    

"Masih ada cinta terakhir untuk melengkapi semuanya."


♡♡♡

"Gren!! Lo kenapa? Naya mana? Bukannya tadi ada Naya bareng lo?" tanya Zeva.

Air matanya keluar setelah mendengar nama itu disebut kembali.

"Gren, lo berantem sama Naya?" tanya Zeva

Tiba-tiba Gren maju selangkah, mendekat ke arah Zeva dan memeluknya erat.

Menumpahkan air matanya di bahu Zeva. Zeva terkejut dengan perlakuan Gren yang tiba-tiba ini.

"Naya suka sama Panji. 3 tahun gue suka sama dia. Dan-- Jadi..? selama ini dia sukanya sama Panji? Kenapa dunia selalu mempersulit semuanya? Kenapa tidak ada satupun realita yang berjalan sesuai ekspektasi gue? kenapa-- kenapa harus Panji? Kenapa dia memperlihatkan rasa sukanya ke gue, kalau ternyata dia sukanya sama Panji? kenapa harus ada rintangan seperti ini? kenapa Zev? Kenapa Naya memberi harapan lebih ke gue, kalau ternyata dia sukanya sama Panji. Kenapa harus Panji dari semua ini? padahal Panji yang selalu jadi jembatan antara cinta gue ke Naya. Kenapa cinta pertama Gue malah oleng gitu aja ke sepupu Gue, yang sekaligus Sahabat gue sendiri." Isak tangisnya terdengar, meskipun hujan juga turun dengan deras saat itu.

Zeva berangsur memeluk Gren dengan erat. Ia menangkan Gren yang rapuh karena di tolak oleh Cinta Pertamanya. Ternyata benar kata Jingga, masih ada hati yang Gren jaga.
Yang tak lain adalah Naya seorang.

5 menit mereka berada di posisi saling memeluk itu, hingga berakhir saat hujan deras reda. Zeva melepaskan pelukannya dan menatap ke arah manik mata Gren. Tangan Zeva menuju ke arah rambuy Gren lalu merapikan rambutt Gren yang acak-acakan terkena hujan seraya tersenyum.

"Cinta Pertama memang tak seindah yang kita duga. Masih ada Cinta terakhir untuk melengkapi semuanya"

Mendengar hal itu, Gren langsung menoleh ke arah lain. Ia malu memperlihatkan wajah komuknya saat nangis ke hadapan Zeva.

"Yaaaahh-- lo jadi tahu tentang gue, yang di tolak Naya" keluh Gren pelan

"Tidak ada yang perlu di buat malu, wajarlah cinta pertama tidak seperti yang kita duga, wajar juga kalo lo nangis. Itu tandanya lo bener-bener cinta sama dia.

"terus kenapa lo ikut-ikutan hujan-hujanan?" tanya Gren melihat ke Zeva yang juga basah kuyup

"karena nyamperin Lo lah, lo aja kayak orang kesurupan tahu, diam tak berkutik di bawah derasnya hujan. Lagian gue suka hujan, jadi gue nggak takut kalau akan demam setelahnya. Harusnya lo yang sadar kalau lo bakal demam lagi kayak kemarin itu, hahaha" ucap Zeva terus terang

"Itu karena gue belum makan sih, makanya lemes. Tapi, tadi udah makan kok, jadinya nggak mungkin demam." ucap Gren menceritakan alasan sebenarnya.

"Ya udah balik, masih nunggu hujan lagi lo?" tanya si Zeva

"Lo ke sini tadi jalan?" tanya Gren

"Tadi sama pak Mamat, tapi takut kuenya lumer jadi gue suruh pulang duluan deh." ucap Zeva

" ya udah gue anter aja, deket juga dari rumah lo" ucap Gren

Zeva mengangguk tersenyum. Setelah itu di antarlah sampai rumah Zeva.

Zeva masuk ke dalam. Setelah melihat Gren telah pulang.

"Darimana aja sih kamu? datang kue nya, orangnya ilang. Kamu turun waktu hujan? Lihat, basah semua tubuh kamu" omel mamanya

"Mama cantik, Zeva ke kamar dulu yaa"

Belum sempat diomelin mamanya, Zeva langsung naik ke atas dan masuk ke dalam kamarnya.

Ia tergirang-girang setelah kejadian tadi, saat Gren memeluknya untuk pertama kali. Dia kebaperan dan salting akan hal itu. Ia pun langsung mandi dan mengeringkan rambutnya dengan hair dryer.

Ponselnya bergetar. Pesan dari Gren muncul. Dengan cepatnya Ia langsung membaca chat itu.

" Thanks ya.. tadi mungkin, kalau lo nggak datang, gue nggak bakal pulang"

Zeva yang membacanya lalu kembali terjungkal-jungkal di kamar.

♡♡♡

Pagi harinya, Gren tidak berangkat sekolah. Tanpa kabar ia tidak hadir ke sekolah hari itu.

Zeva mengeluarkan ponselnya dan mengechat Gren.

"Gren, lo demam lagi? Kenapa ga masuk?"

"Butuh waktu sendiri Zev, gausah kasih tau tentang semalem yaa.. Cukup lo yang tau"

"Okey kalo gitu, gausah lama-lama bolosnya. Ntar gue salip nilai lo!"

"Iya-iyaa, lagian salip juga gapapa, gue udah ga mood jadi anak pinter lagi"

Zeva hanya membaca pesan itu. Ia mematikan ponselnya dan memasukkanya ke dalam tas. Ia tenggelam lagi dalam lamunan. Gren masih belun lepas dari bayang-bayang Naya. Jadi, alasan ia menjadi pintar itu juga karena Naya.

Pulang sekolah, Zeva keluar kelas dengan tergesa-gesa. Ia berjalan menyusuri lorong. Lalu, tanpa sengaja, ia bertabrakan dengan Naya.

"Sorry-sorry,"

"Eh Zeva, apa kabar? Gimana ngelukisnya?" tanya orang itu, yang tak lain adalah Naya.

"Udah ga mood ngelukis lagi" jawab zeva jutek, lalu kembali berjalan melalui Naya seketika.

Naya heran, kenapa Zeva hari ini tampak tidak mood?

Baru aja berjalan beberapa langkah, kini ia bertemu juga dengan Panji.

"Zev, foto-fotonya ada di ponsel Gren semua, kalau mau langsung suruh dia send aja, foto jepretan gue mana ada sih yang jelek" ucap Panji dengan kepedean tinggi.

"okeh" jawab Zeva langsung melalui Panji

"Zev, lo lihat Gren ga? Gue chat, ga di bales" teriak Panji mengarah ke Zeva

"engga"

Zeva langsung berlari keluar, untuk menghindari bertemu denga mereka. Rasa malas yang sangat untuk bertemu dengan dua sejoli yang membuat Gren rapuh.

♡♡♡

Hello Everyone!!👋

Gimana ceritanya? Suka?😍

Pantengin terus yaa😇

Jangan lupa Vote and Komen😘

Grenze Lovers! Stay Read yaw 🤗

See you next chapter 💖💖

TE AMO 🌹💟

GRENZE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang