47. Paralysed

4 7 0
                                    

"Yang aku paling kesalkan adalah disaat kamu pergi aku hanya bisa terdiam dan tak bisa mencarimu"

♡♡♡

Tetes air mata keluar dari kelopak mata Gren. Dia mencabut infusnya dan hendak turun. Akan tetapi karena tikaman itu membuatnya lumpuh sementara dan membuatnya terjatuh.

"Gren! Lo gila? Lo masih gabisa kemana-mana?!" Tegas Panji hendak membantunya berdiri

Tangis mulai menetesi pipinya.

"Tapi gimana dengan Zeva? Ha? Dia bahkan pergi tanpa bicara apapun ke gue! Dia pergi gitu aja. Semua memory akan hilang. Dan janji dia untuk nemuin gue juga akan hilang. Gimana gue bisa relain dia begitu aja? Ha?" Isak tangis Gren dihadapan mereka semua

"Gren tapi lo gabisa kemana-mana dengan kaki lo" ucap Panji lirih

Gren menangis disana. Di peluklah oleh Panji.

"Bukan lo aja yang kehilangan. Gue juga Gren." Ucap Panji masih memeluknya.

Gren tak henti-hentinya menangis setelah mendapati hal itu akan tetapi kondisinya tak mampu untuk mencari keberadaan Zeva.

Dia menangisi realita juga.

"Kenapa harus lemah gini sih?" Isak tangis Gren

"Gue minta maaf Gren, karna gue lo jadi kayak gitu" ucap Didi mendekat

"Mending kalian bertiga keluar dulu aja deh. Gue juga keluar. Kasih Gren waktu untuk sendiri" Ucap Panji

Mereka ber 3 lalu keluar dari sana. Setelah Gren kembali beranjak di ranjangnya, Panji juga keluar.

♡♡♡

"Gue harap setelah ini, kalian tetap bungkam yaa, jangan kasih tau ke teman-teman. Biarkan semua ini menjadi rahasia kita dan rahasia tuhan. Untuk masalah hubungan yang berlibet, kita kembalikan semuanya ke posisinya." Ucap Panji

"Sorry ya Nji. Naya kembali ke gue" ucap Alvin

Panji mengerti dia mengangguk dan tersenyum.

Setelah itu, mereka kembali pulang.
Sebelumnya, Alvin dan Naya datang menghampiri rumah Zeva dan menjelaskan semuanya supaya tidak ada salah paham lagi.

♡♡♡

Mendengar penjelasan dari cerita Panji panjang lebar, Dewa pun turun tangan. Hanya Dewa sajalah yang bisa diandalkan. Karena sejak saat itu, Gren jadi malas untuk bergerak. Dia tidur dan terus tidur. Sudah tidak ada semangat lagi di dalam dirinya untuk berjuang berjalan.

Kenangan Zeva hanya terpendam di otaknya.

Dewa datang membuka pintu ruangan kamar Gren.

"Anak papa yang ganteng udah bangun?" Sapa Dewa yang lama tak didengar oleh telinga Gren

Gren yang masih menangis dari balik selimut lalu menoleh menuju sumber suara. Ia terkejut melihat kehadiran sosok papanya yang sangat ia rindukan ini telah datang kembali.

"Papa?" Gren langsung bangun dan duduk

Dewa memeluknya dan duduk disampingnya.

"Kamu baru kehilangan pacar kamu ya? Tapi kamu gabisa bergerak" ucap Dewa

Gren mengangguk.

"Pasti Panji ya yang panggil papa kesini?" Tanya Gren

"Sebenarnya waktu kamu belum sadar, papa udah datang buat donorin darah buat kamu. Panji dan pacar kamu yang nyamperin kantor papa dan memohon. Padahal cukup dikasih tau aja, papa akan tetap mendonorkan darah papa" ucap Dewa

"Makasih pah masih baik sama Gren" ucap Gren tersenyum

"Jelas. Kamu kan putra satu-satunya papa" jawab Dewa

"Kapan papa bisa kembali tinggal sama kita berdua? Kenapa kalian ga baikan aja sih? Cuman masalah gaada waktu doang sampai pisah gitu. Gren kan kangen papa. Pengen kita bertiga hidup bareng. Papa masih single atau udah punya keluarga baru?" Tanya Gren

"Masih sendiri. Keluarga papa kan cuman Gren doang." Ucap Dewa

"Sama mama tentunya. Rujukan lagi yaa pah sama mama. Ya yaa.. pliss! Ntar Gren berusaha buat jalan lagi deh. Janji" ucap Gren sambil mengacungkan huruf V di jarinya.

"Iyaa, bilang sama mama kamu dulu ya tapi. Ntar dikira papa yang ngancem" kekeh Dewa

"Asyik." Sorak kecil Gren sangat senang mendengarnya.

Dia harus terluka dulu untuk menyatukan mereka kembali. Sungguh sangat sulit. Alur hidup Gren bersyukur karena telah mengembalikkan papanya di dalam kehidupannya.

Akan tetapi ia juga berduka karena telah membawa Zeva pergi menghilang dari hidupnya.

♡♡♡

Hari perhari datang dengan semangat. Dewa telah menyempatkan sedikit waktu untuk bertemu dengan Gren dan membantunua latihan.

"Ayo semangat! Cowok harus jantan! Jangan lemah! Buktikan papa kamu kuat!" Tegas Dewa tak main-main dalam melatih anaknya untuk bisa berjalan kembali

"Cape pah!" Komen Gren yang sudag terlihat kelelahan

"Ayo dikit lagi, nanti kalau kamu udah bisa jalan lagi. Kita pulang. Tapi bukan ke rumah kamu. Ke rumah papa. Gimana? Makin semangat buat latihan?" Tanya Dewa

"Beneran pah?! Mama ngebolehin?" Tanya Gren

"Iyaa kita bertiga akan tinggal di rumah papa seperti yang kamu minta" ucap Dewa tersenyum

Gren bersorak sangat senang.

"Yess!! Asaaaa!! Kalau gini mah Gren makin semangatt latihannya" sorak Gren terlihat sangat bahagia

Dari balik pintu, Melody tersenyum melihat senyum Gren yang kembali karena kedatangan Dewa.

Benar-benar ide yang bagus dari Panji.


♡♡♡

Hello Everyone!!👋

Gimana ceritanya? Suka?😍

Pantengin terus yaa😇

Jangan lupa Vote and Komen😘

Grenze Lovers! Stay Read yaw 🤗

See you next chapter 💖💖

TE AMO 🌹💟

GRENZE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang