"Memang tidak ada Bintang di langit itu. Lihatlah kearahku, maka kamu akan melihat bintang sesungguhnya. Bintang yang akan selalu bersinar indah di hatimu."
♡♡♡
Kini, sampailah mereka di lapangan rumput luas, yang biasa digunakan anak-anak daerah itu untuk bermain sepak bola.
Zeva melihat ke arah langit. Langit kosong dan tidak ada bintang sama sekali.
"Mana Gren bintangnya?" Tanya Zeva
"Bentar, belum mulai. Ayo hitung mundur. 10,9,8,7,6,5,4,3,2...1.." ucap Gren mulai menghitung mundur.
Terlihat kembang api dinyalakan. Beberapa kembang api kini terlihat indah di langit. Gren menatap ke arah langit penuh dengan senyuman.
Zeva tertawa kecil melihat keanehannya Gren.
"Gren! Itu namanya kembang api! Bukan Bintang" kekeh Zeva tertawa
"Iyaa gue tahu itu kembang api" ucap Gren mengangguk
"Terus mana bintangnya?" Tanya Zeva menoleh ke arah Gren
Gren menoleh kembali menatap Zeva.
"Gue bintangnya" ucapnya sambil tersenyum
"Hih ngaco luh! Lagi-lagi Zeva mendorong bahu Gren.
Gren terkekeh.
"Akhirnya lo bisa ketawa lagi" ucap Gren membuat Zeva kembali berfikir
Saat itu Zeva benar-benar ga mood karena Gren selalu mengungkit R.O di dalam obrolan mereka. Zeva kembali menatap ke arah langit yang penuh dengan kembang api. Hingga habislah sudah akhirnya. Keindahan langit malam itu tak berlangsung lama.
"Zev, ada bola! Main bola yuk!" Ajak Gren langsung berlari ke arah bola dan mengambilnya dengan kakinya.
"Siapa yang masukin ke gawang duluan dia menang!" Sorak Gren memulai pertandingan sederhana.
Zeva berlari mengejarnya. Mereka sama-sama ga lihai tentang permainan sepak bola. Yang mereka lakukan hanya berebut bola dan berusaha memasukannya ke gawang.
Tanpa ada perarturan, mereka berebutnya, dengan fisik juga ikut-ikutan. Saling dorong mendorong, gelitikan, tipuan daya dan yang lainnya.
Memakai segala cara untuk memenangkannya. Yang paling curang adalah Zeva. Ia menggelitiki habis-habusan si Gren agar bola bisa diraih dengan kakinya. Canda ria dan tawa yang penuh hadir malam itu.
"Ze..Zevaa!! Lo curang!" Gren terkekeh merasa geli karena tangan Zeva menggelitiki badannya.
Hingga tak sengaja mereka jatuh bersama dan dengan posisi yang sama saat birthday party sekolah kala itu. Manik mata mereka saling menatap.
Teringat akan apa yang terjadi malam itu, Gren langsung tersadar dari lamunan itu. Ia menolehkan lehernya ke samping agar tidak menatap mata Zeva.
Zeva yang tersadar seketika ia langsung bangkit berdiri lalu menendang bolanya hingga masuk ke gawang.
"Goll!!! Gue menang!! 10-9" sorak Zeva
Gren langsung berdiri, dengan rela ia membiarkan Zeva menang.
"Heleh! Lo curang! Mana ada main sepak bola, kakinya nendang tangannya usil gelitiki badan orang" cibir Gren
"Yeye!! Pokoknya gue menang lagii!!" Sorak Zeva
"Okee, karena lo menang lo mau apa?" Tanya Gren
"Traktir gue makan, malam ini" ucap Zeva menyebutkan maunya.
"Cuman itu? Beneran?" Tanya Gren memastikan sekali lagi
Zeva mengangguk.
"Oke, ayo! Gue juga laper" tukas Gren
Mereka melanjutkan perjalananya kembali menuju rumah makan yang masih buka.
♡♡♡
"Yee chicken-chicken! Selamat makan!" Ucap Zeva langsung menyantap hidangannya
Gren terkekeh lalu ikut makan juga.
"Wah kalian masih pelajar yaa?" Tanya pelayan itu yang menghampiri ke arah meja mereka.
"Iyaa" jawab Zeva
"Untuk memperingati 1 tahun rumah makan ini berdiri , kita mau mengumpulkan kenangan lewat foto polaroid yang akan di tempel di dinding itu. Apakah kalian bersedia saya potret?" Tanya pelayan itu minta izin terlebih dahulu
"Sedia kak. Yuk Gren pose!" Fengan narsisnya Zeva sudah mengacungkan jarinya berhuruf V dan tersenyum.
Gren yang melihat ke arah Zeva langsung ikut-ikutan gaya yang diambil oleh Zeva.
Cekrek!
"Ini hasilnya akan saya tempel disana, jadi kalau kalian kembali disini akan melihat foto itu" ucap pelayan itu
"Baik kak, terimakasih"
Mereka melanjutkan makannya. Sebelum pulang, Zeva memotret hasil beberapa foto polaroid yang telah tertempel disana.
Unik dan menarik. Kumpulan beberap foto itu menjadi sebuah kenangan apabila mereka kembali makan disana.
Lalu mereka berdua pun pulang. Gren mengantarkan Zeva untuk pulang. Sesampainya di depan rumah Zeva.
"Kayaknya seru nih, kalau gue bawa kamera polaroid nanti saat piknik" ucap Zeva
"Punya juga? Yaudah bawa aja. Pasti akan seru banget nantinya." Jawab Gren
"Bentar lagi kan?" Tanya Zeva
"Iyaa" jawab Gren
♡♡♡
Hari berganti hari, kini mendekati piknik itu. Yakni H-1.
Waktu istirahat, Jingga dan Zeva pergi ke kantin. Lalu, ia kembalu ke kelas setelah membeli minuman. Terlihat dari arah berlawanan, di depan ruang Osis tampak Gren dengan Oliv sedang ngobrol dan bercanda ria.
"Tuh Zev! Lihat! Playboy banget kan si Gren! Habis sama Naya trus sama Oliv! Rumor-rumor anak Osis sih mereka pacaran. Ya gimana engga, mereka aja kelihatan nempel terus gitu. Katanya sih, Gren masuk Osis demi Oliv" ghibah pun dimulai.
Jingga mengucapkan gibahan panjang lebar tentang Gren dan Oliv hingga membuat kuping Zeva merasa panas saja.
Ia meneguk minumannya sampai habis. Lalu meremas botol minuman yang ia bawa. Zeva berdecak kesal lalu kembali menuju kelas.
♡♡♡
Hello Everyone!!👋
Gimana ceritanya? Suka?😍
Pantengin terus yaa😇
Jangan lupa Vote and Komen😘
Grenze Lovers! Stay Read yaw 🤗
See you next chapter 💖💖
TE AMO 🌹💟
KAMU SEDANG MEMBACA
GRENZE
Teen FictionSatu nama dengan berbeda kehidupan. Memulai kisah baru, cerita baru dengan nama yang sama, akan tetapi berbeda kehidupan. Semua berubah menjadi tak terduga. Hingga kisah bersamamu terukir indah🌺 Namun, semua hal pasti ada batasnya. Bilamana ini sud...