32.RUMAH SAKIT✓

18.6K 1K 21
                                    

Happy reading
Enjoy!📖

"KAK KEN AWAS"teriak Naya dari arah belakang. Naya melepas genggaman tangan Angga begitu saja. Ia berlari menghampiri Kenzio dan memeluk cowo itu.

JLEB

"AKKHH..."

Jarak Gilang ke arah Kenzio tinggal beberapa langkah lagi, tapi ia tidak melanjutkan langkahnya saat melihat seseorang melindungi Kenzio.

Jantung Kenzio berdetak kencang saat melihat Naya menjerit kesakitan. Ia melihat banyak darah yang keluar dari pinggang gadis itu.

Semua yang berada disitu terdiam ditempatnya. Tak terkecuali Leo yang sudah menusuk gadis itu.

"Shhh... S-sakit..."ringis Naya yang merasakan sebuah pisau menancap di pinggangnya. lalu tubuhnya jatuh menubruk Kenzio.

Kenzio dengan sigap menanggap Naya. Tatapannya mengarah ke Leo yang masih terdiam ditempat. Tatapan Kenzio seakan akan ingin membunuh mangsanya saat ini juga.

"Kak.. ka-kaka ga-gapapa kan?"Naya berucap dengan terbata bata karena merasakan sakit yang luar biasa di pinggangnya.

Kenzio ingin sekali berteriak dihadapan Naya. Ia juga kesal dengan Naya. Mengapa Naya harus melindungi Kenzio? Kalo Naya tidak melindungi Kenzio, kejadian ini tidak akan terjadi.

"AMBIL MOBIL SEKARANG!!"

Tanpa banyak bicara Rio langsung mengambil mobil di bagasi margas mereka.

Kenzio mengangkat Naya ala bridal style. Sebelum ia melangkah, ia menatap Leo dengan tajam.

"Lo abis ditangan gue!"ucap Kenzio dengan tajam. Aura cowo itu jauh berbeda dari yang tadi.

Setelah mengucapkan itu, Kenzio masuk kedalam mobil dan bergegas pergi ke rumah sakit terdekat. Disusul oleh Arlan dan Angga untuk membantu membukakan jalan mereka.

Gilang berjalan mendekati Leo. Anggota Leo yang berada disisi Leo menodongkan pistol ke arah Gilang untuk berjaga jaga.

"Santai..."Gilang menurunkan salah satu pistol yang dipegang oleh mereka.

"Seneng?"Gilang menatap Leo dengan remeh.

Leo hanya diam dan menatap Gilang dengan tajam.

Bukan. Bukan ini yang diinginkannya. Ia ingin Kenzio yang merasakan pisau itu, bukan gadis itu.

"Lo mau bukti kalo dia itu bener anak lo"

Leo masih diam.

Gilang mengambil kertas di saku celananya.

"Ambil. Baca"

Leo mengambil kertas itu dan bergegas membaca surat itu.

"Gimana? Masih belom percaya juga? Tenang, gue punya bukti lain"

Gilang mengambil sebuah kertas lagi di saku celananya yang lain.

"Nih"

Leo dengan cepat merampas kertas putih itu.

"Gimana?"

Leo terdiam. Awalnya saat menerima kertas yang pertama Leo tidak terlalu percaya, tapi saat membaca surat kedua ia langsung menyadarinya. Ia telah membunuh darah dagingnya sendiri.

KENNAYA[HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang