Bagian 14 - Penantian Hangat

21 5 3
                                    

----------------


Kami telah sampai di Pandora, tempat yang sangat dingin diselimuti salju yang sangat bersih bebas dari hiruk pikuk kegiatan masyarakat layaknya wilayah yang tak terjamah. Jika kau membawa es krim ke sini mungkin kau tidak akan kehilangan es krim mu selagi megobrol sampai berjam-jam. Ini sangat berbeda dari tempat tinggalku di Kota Burzche yang banyak polusi serta pemerintahan yang membosankan.

"Kau perlu ini."

Dios menggantungkan jaket tebal ke pundak ku sambil melintangkannya disekitar punggung ku.

"T-terimakasih," sahutku dengan nada naik turun karena perpindahan suhu yang sangat mendadak membuat mulutku menggigil hebat bak suara helikopter terbang.

Pandora dahulu merupakan dataran yang sangat luas berisi rumput dan semak layaknya sabana di daerah Mattium, akan tetapi setelah terjadinya perang hebat pada 30 tahun yang lalu, tepatnya perang Entitas Agung entah kenapa sebuah Cyberse Link jatuh ...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pandora dahulu merupakan dataran yang sangat luas berisi rumput dan semak layaknya sabana di daerah Mattium, akan tetapi setelah terjadinya perang hebat pada 30 tahun yang lalu, tepatnya perang Entitas Agung entah kenapa sebuah Cyberse Link jatuh ke tangan pihak akademi. Setelah Cyberse Link ini hadir di pihak akademi yang sangat minim akan riset dan pengoperasian Cyberse Link, terjadi kesalahan dari pihak akademi dan membuatnya meledak bergemuruh mengisi seluruh area akademi hingga menciptakan keempat musim yang aku lihat saat ini.

Begitulah Dios Cristata menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi di akademi sambil melihat pegunungan salju yang terbentuk akibat bencana dari kekuatan Cyberse Link. Pelayan gerbong datang menyambut kami dengan bubur hangat ditambah dengan coklat yang masih panas.

"Terimakasih," sahutku dengan lembut, pelayan itu hanya tersenyum kecil kepada kami yang masih bersemangat karena telah disajikan makanan dan minuman hangat untuk mengembalikan suhu tubuh. Ia berjalan menyusuri gerbong kereta berjalan dengan anggun sembari melayani para master yang hendak menuju Pandora. Ditengah kekaguman ku melihat para pelayan cantik, Dios tiba-tiba menyela dengan lembut sambil memperhatikan pemandangan di luar gerbong kereta dengan salah satu tangan memegang minuman hangat yang disajikan tadi dan menyeruputnya.

"Ah~ Kau... siap kehilangan mereka?"

"Siapa?"

"Leo dan Shina..."

"Kau bercanda? Tentu saja aku tidak siap," kataku dengan tegas sampai tidak sadar memukul meja yang ada di depan kami sambil memeras tanganku. Suara dentuman meja tersebut menarik perhatian seisi gerbong kereta. Beberapa manik mata memperhatikan kami dengan heran.

"Kau terlalu naif, X. Aku kira kau belum cukup untuk masuk ke akademi ini dengan sikapmu yang masih naif," sahut Dios dengan lembut mengalahkan kelembutan salju yang ada di luar gerbong. Dios melanjutkannya dengan memakan makanan yang masih hangat di meja.

"Semua orang akan mati. X."

Aku pun terdiam mendengar perkataan yang sangat tegas dari Dios sembari melihat kebawah dengan pandangan merengek malu karena aku tidak menyadari hal tersebut dan masih bersikap kekanak-kanakan. Aku mengambil gelas yang berisi minuman hangat dan meminumnya, tanpa sadar minuman ini menjadi dingin karena terbawa emosi mendengar kata yang dilontarkan oleh Dios, aku jadi tidak sempat meminumnya.

101-The BookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang