Bagian 51 - Pengunjung? Penjajah!

11 2 0
                                    

"Apa yang akan kau lakukan pada mereka Aira?" tanya Agnis kepada Aira.

"Aku akan memastikan mereka bukan pihak Eternity," sahut Aira.

"Jika mereka bukan pihak Eternity, pastikan mereka berpihak kepada Entitas Agung," sanggah Agnis.

"Baiklah, Tuan," sahutnya.

Aira Ristas kemudian mengaktifkan Anchentrys Energi Kinetik kemudian memusatkan seluruh energi pada kakinya untuk meluncur menuju pintu gerbang.

"NGUUUUUUNGGGGGG!"

"DASSSSSSHHH!!!"

Aira Ristas meluncur dengan cepat menjauh dari kami. Sementara itu Chera dan Liam bergegas menuju kastil milik Aira Ristas untuk menonaktifkan resonansi Anchentrys Energi Kinetik agar gerbang tidak terkunci.

"Ayo Gusta kita ke laboratorium," ucap kakakku.

"Apa yang akan kita lakukan disana?" tanyaku.

"Kita akan membuat Anchentrys, tapi kita harus menunggu Aira membereskan penjajah itu semua," sahut Agnis sembari tersenyum.

"Mengapa orang asing dari Taman Tundra Efrilheim disebut penjajah? Apa citra orang luar seburuk itu bagi Suku Saraca," tanyaku.

"Sebelum perang Entitas Agung terjadi, Suku Saraca tidak sekuat saat ini, orang-orang dari luar Taman Tundra Efrilheim berbondong-bondong mengeksploitasi sumber daya Elemental Neon yang ada di daerah ini. Mereka mulai kehilangan rumah karena kerakusan orang-orang itu. Seiring berjalannya waktu ayah kita memutuskan untuk datang ke tempat ini untuk meneliti Elemental Neon yang ada. Karena trauma yang mendalam terhadap orang luar, mereka mulai menyerang kelompok peneliti ayah hingga kehilangan beberapa rekan penelitinya," jelas Agnis dengan lantang.

"Lantas mengapa Aira Ristas yang dipilih untuk ditugaskan menjaga tanah ini?" tanyaku.

"Aira Ristas adalah rekanku semasa mengenyam pendidikan di Kerajaan Nwara. Aku memerintahkan Aira untuk mengaktifkan Elemental Neon dan membuat sebuah kumpulan Elemental Neon menyerupai danau yang dijadikan penghalang untuk orang luar agar tidak masuk ke Taman Tundra Efrilheim. Aku mempercayakan tanah ini karena dia adalah wakilku dulu," sahut Agnis lembut.

"Tunggu dulu, itu berarti kau adalah..."

"Benar, dahulu aku adalah pemimpin Squadron Thestral," ucap Agnis yang cukup untuk mengkerutkan dahiku.

"Tunggu dulu, aku sempat bingung. Perang Entitas Agung terjadi beberapa dekade yang lalu, bukankah seharusnya kau menua atau mati? Itu berarti kau bergabung dengan squadron jauh sebelum itu?" tanyaku yang makin bingung.

"Kau benar-benar bodoh. Pengguna Anchentrys tidak memiliki jantung. Anchentrys sendiri lah yang menjadi jantung penggunanya. Pengguna Anchentrys akan mati jika tidak menyerap energi Cyberse Link dalam 20 tahun setelah Anchentrys ditanamkan ke tubuhnya," 

"Jika pengguna Anchentrys dibunuh?"

"Tentu saja mati, hah~" ucap Agnis sembari menangkup dahinya dengan kesal.

-------------------

Di pintu gerbang Taman Tundra Efrilheim terlihat Dios, Ixora, Clero, Ficus, Mira dan Hica tengah saling bahu-membahu untuk berdiri setelah hampir termakan oleh Elemental Neon yang menggrogoti mereka. Ixora terlihat cemas dan berusaha meyakinkan Dial komunikasi yang berbicara tersebut . Ia takut akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan mereka.

"BZZZZT!"

Benjamin Ficus tertegun melihat kubus energi raksasa terebut tiba-tiba berhenti menyala, Ficus kemudian mendekat untuk memastikan bahwa tidak ada sesuatu yang dapat membahayakan mereka.

Beberapa saat kemudian tanpa mereka sadari, kubus energi tersebut perlahan terbuka mengeluarkan sebuah celah dimensi mirip seperti distorsi spasial milik Hica Swazicoff.

Dari celah tersebut keluarlah Aira Ristas dengan hawa yang mengerikan mendekati mereka.

"Siapa kalian?" tanya Aira.

"Berhati-hatilah menjawab Dios, orang ini memiliki Anchentrys yang siap membunuh kita kapan saja," gumam Ixora dengan perasaan takut menyelimuti bibirnya yang gemetar. Dios mengangguk kepada Ixora tanda Ia siap untuk menjawab.

"Kami mencari seseorang dengan Chromo Farium menempel pada tangannya," ucap Dios.

Aira kemudian sedikit mengangkat alisnya tanda terkejut.

"Apa yang kalian cari darinya?" ucap Aira untuk memastikan bahwa mereka bukan dari Eternity.

"Kami adalah rekannya, kami sangat mengkhawatirkan keadaan X," sahut Dios.

"X? Jadi Tuan Gusta sangat menutupi identitas aslinya," gumam Aira Ristas dari lubuk hatinya.

"Orang yang bernama X itu adalah orang penting bagiku, apa aku bisa memastikan kalian adalah rekannya?" sahut Aira Ristas dengan mata tajam.

"M-maafkan kami, sebelumnya perkenalkan namaku adalah Dios Cristata pemimpin Squadron Augurey dari Pandora," ucap Dios sembari menunduk hormat kepada Aira Ristas.

"Pandora? Bukankah itu sangat jauh dari sini?" sahut Aira Ristas.

"X adalah anggotaku, jadi aku bertanggungjawab atas keselamatannya."

"Baiklah, sepertinya hari ini aku tidak membunuh mangsa hahahaha!" ucap Aira Ristas sembari tertawa lepas, seolah membunuh adalah hal yang biasa baginya.

"Pssst!" Ixora berbisik memanggil Dios. Dios lantas memalingkan pandangannya kepada Ixora Aster.

"Apa kita bisa percaya orang ini? Aku bisa saja memotong kepalanya saat ini juga," gumam Ixora Aster angkuh kepada Dios Cristata. Dios lantas menggeleng cepat dengan mata mendelik. Dios sepertinya ingin menghancurkan mulut milik Ixora saat itu.

"Tidak, orang ini menutupi keinginan membunuhnya, maka dari itu kita tak bisa melihat sejauh mana kekuatan miliknya," sahut Dios Cristata kepada Ixora Aster.

Aira Ritas kemudian memotong pembicaraan mereka berdua dengan nada tenang.

"Daripada bergumam seperti itu, bagaimana jika kita masuk dan membahas lebih dalam tentang asal-usul kalian?"

Dios dan Ixora terdiam beberapa saat sebelum menoleh ke Benjamin Ficus, Mira Evodia, Hica Swazicoff dan Clero Thompson dengan ekspresi bingung.

"B-baiklah. Bolehkah kami tahu nama anda Tuan?"

Aira Ristas kemudian berbalik menuju gerbang kubus energi sembari berucap,

"Aira Ristas."

Benjamin Ficus adalah satu-satunya orang yang terkejut mendengar nama itu. Aira Ristas adalah dewa bagi para peneliti karena senjata ciptaannya yang sangat sulit untuk ditiru dengan susunan logam yang amat rumit dan senyawa yang terkandung didalamnya dapat menyatu dengan Anchentrys tertentu.

"Kau harus percaya padanya Dios," ucap Benjamin Ficus sembari mencengkram pundak Dios erat-erat. Dios pun terkejut akan reaksi Benjamin Ficus yang aneh.

"Ayo kita ikuti saja dia," ucap Dios. Mereka pun ikut masuk ke Taman Tundra Efrilheim untuk menjemput X.

101-The Book

**************

101-The BookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang